BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA. Oleh : Ahwy Oktradiksa ( ) Dosen Pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 3 4 TAHUN (PRASEKOLAH) DI PLAY GROUP TUNAS MEKAR MEDAN : TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK TESIS. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

Tahap Pemrolehan Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DAN PEMEROLEHAN BAHASA (Tinjauan Pembelajaran Bahasa) Oleh, Sukirman *

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

WHAT PSYCHOLINGUISTICS IS

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN PEMEROLEHAN BAHASA MELALUI METODE PEMBIASAAN DI SEKOLAH

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

HIPOTESIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMEROLEHAN SINTAKSIS. Oleh: Hayatun Nufus (Dosen Universitas PGRI Palembang)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

Pengertian Universal dalam Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

BAB I. dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

REPRESENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ANAK USIA 9-12 TAHUN BERWUJUD BAHASA: KAJIAN LEKSIKON PEMEROLEHAN BAHASA ANAK SKRIPSI

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi Kasus: TK Al-Hidayah 06 Candisari Semarang)

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA SEBAGAI DASAR PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA (Kajian Psikolinguistik)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah produk budaya manusia yang berfungsi sebagai alat

1. Identitas Mata Kuliah 2. Tujuan Mata Kuliah 3. Deskripsi Mata Kuliah 4. Pendekatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB II HAKIKAT BAHASA DAN PEMEROLEHAN BAHASA

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja

BAB I PENDAHULUAN. Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan

PEMBELAJARAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA OLEH DWI DALAM KONTEKS SEKOLAH

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK MENURUT TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK. Suci Rani Fatmawati 1. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erlin Herliana, 2014 Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa seseorang memiliki sifat serta pengetahuan yang baik. memadukan kalimat-kalimat yang kita tulis dan ucapkan.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. (Wirjosoedarmono dalam Husain Junus dan Arifin Banasuru, 1996: 14).

135 Tahap- Tahap yang Dilalui Oleh Anak-Anak dalam Pemerolehan Bahasa Pertamanya. Yurni Karim. Abstrak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk mencapai maksud dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. beberapa konsep dasar yang dijadikan sebagai acuan yaitu:

BAHASA GAMBAR PADA ANAK TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan objek yang diteliti. Untuk dapat mempertahankan hasil suatu karya ilmiah secara objektif digunakan sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, baik berupa buku-buku acuan yang relevan maupun dengan pemahaman-pemahaman teoritis dan pemaparan yang berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di lapangan. Berkaitan dengan judul proposal ini penulis bicarakan Pemerolehan Bahasa Anak Melayu Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kacamatan Tanjung Beringin: Kajian Psikolinguistik, terlebih dahulu penulis akan menguraikan beberapa defenisi para ilmuwan tentang pemerolehan bahasa sebagai berikut: Chaer (2003:167) mengatakan pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa bisanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Simanjuntak (2008:104) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa (language acquistion) adalah proses-proses yang berlaku di pusat bahasa dalam otak seorang anak (bayi) pada waktu dia sedang memperoleh bahasa ibunya. Dengan kata lain kita harus bisa membedakan pemerolehan bahasa ini dari pembelajaran bahasa (language learning) dan pemelajaran bahasa (language studying). Tarigan (1985:243) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang dipergunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun teori-teori

yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi, dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih, berdasarkan suatu ukuaran atau takaran penilaian, tatabahasa yang paling baik serta yang paling sederhana dari bahasa tersebut. Piaget dalam Chaer (2003: 107) berpendapat bahwa pemerolehan bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan kognitif secara keseluruhan; dan khususnya sebagai bagian dari kerangka fungsi simbolik. Dengan kata lain, bagi Piaget, bahasa merupakan hasil dari perkembangan intelek secara keseluruhan dan sebagai lanjutan pola-pola perilaku yang sederhana. Perkembangan kosa kata yang sangat pesat dialami kanak-kanak ketika berumur antara satu setengah sampai dua tahun, dijelaskan oleh Piaget sebagai hasil dari peralihan intelek kepada representasi akal (mental). Dardjowidjojo (2005:225) menyatakan bahwa Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language). Selanjutnya di dalam penelitian Putri (2009:87-91) menyatakan bahwa Kemampuan Berbahasa Anak Usia 3-4 Tahun di Play Grup Tunas Mekar Medan menyimpulkan bahwa dalam komponen Fonologi ada 2 anak tidak mampu mengucapkannya sesuai dengan bunyi bahasa yang sebenarnya, seperti melepas vokal [a] dan mengubah vokal [u] menjadi [o]. Dalam komponen Sintaksis anak sudah mampu menggunakan struktur-struktur kalimat yang gramatikal. Sedangkan dalam komponen Semantik hampir semua anak menggunakan makna denotatif (makna sebenarnya) dan sebagian anak menggunakan makna konotatif ( makna yang tidak sebenarnya). Dari beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung pada anak-anak saat dia memperoleh bahasa ibunya (B1) tanpa disadari atau secara alamiah. Untuk mengetahui pemerolehan bahasa anak (akuisisi), ada 3 komponen struktur bahasa yang perlu diperhatikan sebagai dasar pengamatan. Jadi, ketiga jenis rumusan inilah yang lebih dahulu diperoleh si anak dalam proses pemerolehan bahasa ibunya.

Adapun 3 komponen tersebut adalah sebagai berikut: a. Komponen Fonologi. Menurut Chaer (2003:102) Fonologi adalah bagian tatabahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi. Fonologi terbadi dari dua bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Menurut Simanjuntak (2008 : 81) Komponen Fonologi adalah sistem bunyi suatu bahasa. Komponen fonologi ini mempunyai rumus-rumus yang disebut rumus-rumus fonologi yang menukar struktur permukaan sintaksis kepada representasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar. Supaya hakikat rumus-rumus Fonologi ini dapat dijelaskan dengan baik perlulah membincangkan refresentasi fononetik terlebih dahulu misalnya apabila mendengar kata-kata berikut : pisang, pasang, pulang, potong, atap, hidup. Kalau kita kaji bunyi kata-kata yang di dengar maka akan mendapat bahwa semua kata itu mengandung suatu bunyi yang sama yaitu bunyi p. Pada lima kata pertama bunyi p itu muncul pada posisi awal, dan pada dua kata terakhir bunyi p itu muncul pada posisi akhir. Apabila kita perhatikan kedua kata pertama, pisang dan pasang, kedua kata itu berbeda hanya pada bunyi kedua yaitu i dan a, sedangkan bunyi lain sama saja. Kata pasang dan petang berbeda pada dua bunyi yaitu bunyi kedua dan ketiga : a, s, dan e, t. Setiap bunyi yang

membentuk suatu kata disebut unit bunyi atau sekmenponetik, dan lebih terkenal lagi dengan nama Fon (phone). Apabila kita menguraikan semua sekmenfonetik yang terkandung dalam suatu kata, umpanya kata pisang, maka diperoleh suatu uraian fonetik terhadap kata itu. Uraian fonetik kata pisang adalah sebagai berikut : # /p/ /i/ /s/ /a/ /ŋ/ # atau disederhanakan menjadi pisaŋ. Simbol # dipakai untuk menandakan suatu kata yaitu diawal kata dan akhir kata. Simbol [ ] menandakan suatu bunyi yang kita dengar. Pada uraian fonetik kata pisang di atas dapat kita ketahui bahwa sekali pun kata itu didengar hanya lima saja.bunyi yang terakhir /ŋ/ telah dituliskan dengan huruf ng. Setiap sekmen fonetik dilambangkan dengan satu simbol yang diambil dari International Phonetic Alphabet (IPA), yaitu suatu bunyi alfabet yang khusus diciptakan dalam ilmu Lingustik untuk melambangkan semua unit bunyi fon yang terdapat dalam bahasa-bahasa dunia. b. Komponen Sintaksis Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama. Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar. Leksikon suatu bahasa terdiri dari sekumpulan kata-kata, suatu reprentasi fonologi tiap-tiap kata yang abstrak, dan spesifikasi pembentukan sintaksis untuk tiap-tiap kata sebagai penanda frase struktur dalam kalimat dimana kata-kata intu telah terjadi. Bahasa sebagai suatu alat komunikasi melibatkan unit-unit yang lebih besar dari kata kata leksikon ini yang disebut frase - frase dan kalimat-

kalimat. Setiap organimsi pembentukan kalimat- kalimat atau unit -unit yang lebih besar ini mepengaruhi arti-arti setiap kata yang mernbentuk kalimat - kalimat atau unit-unit itu. Dengan kata lain, arti sesuatu kalimat atau frase tidak dapat ditentukan hanya dari arti kata kata yang membentuk kalimat itu. Arti sesuatu kalimat atau frase bergantung pada urutan dan organisasi kata - kata yang membentuk kelimat atau frase sebagaimana juga pada arti kata - kata itu sendiri. Pentingnya urutan kata - kata dalam menentukan arti jelas yang digambarkan pada kalimat dibawah ini: 1. Raja kera itu sangat besar 2. Kera raja itu sangat besar. Arti frase 'raja kera itu' delam kalimat (1) sangat berbeda dari arti frase 'kera raja' dalam kalimat (2) dan perbedaan telah ditimbulkan oleh urutan kata - kata yang membentuk frase - frase tersebut. Perbedaan arti ini sangat jelas pada penjelasan penanda frase berikut ini: 3. Kera itu mempunyai raja N Art V FN 4. Raja itu mempunyai kera N Art V FN Dari penanda Frase struktur dalaman kedua - dua frase kalimat (3) dan (4) di atas jelaslah bahwa dalam kalimat (3) keralah yang mempunyai raja dalam kalimat (4) rajalah yang mempunyai kera. Urutan organisasi kata-kata yang membentuk kalimat atau frase menurut rumus-rumus sangat penting dalam suatu bahasa dan komponen bahasa (atau komponen tatabahasa) yang mengaturnya disebut sintaksis. Tugas komponen ini adalah untuk menentukan hubungan di antara pola-pola bunyi bahasa itu dengan

arti-artinya dengan cara mengatur urutan kata-kata yang membentuk frase-frase atau kalimat-kalimatnya agar selaras dengan arti-arti yang diinginkan penutur. c. Komponen Semantik Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign). Semantik diartikan sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994: 2). Komponen semantik sesuatu tatabahasa memainkan peranan untuk menentukan arti setiap kalimat sesuatu bahasa. Dengan demikian, komponen semantik membentuk semacam perbatasan diantara bahasa dengan pikiran. Oleh karena itu, komponen semantik ini merupakan satu sistem representasi dalaman, maksudnya berada di dalam otak, maka komponen ini sangat sukar dipahami dan dikaji karena tidak diamati dan diteliti secam empirikal. Menurut Simanjuntak (2008:74) arti sesuatu kalimat atau frase ditentukan oleh beberapa faktor yang satu sama lain saling menjalin. Faktor-faktor itu adalah: 1. Arti kata -kata dan morfem - morfem yang membentuk kalimat atau frase. 2. Urutan kata -kata dan morfem- morfem ini dalam organisasi kalimat atau frase yang disebut sintaksis. 3. Intonasi dan cara kalimat atau frase itu diucapkan atau dituliskan. 4. Situasi pada waktu kalimat atau frase itu diucapkan. 5. Kalimat-kalimat yang diucapkan atau dituliskan sebelum kalimat-kalimat atau frase-frase itu. Satu pendapat yang keliru apabila kita menganggap bahwa arti sesuatu kalimat sama dengan kumpulan arti - arti kata - kata dan morfem _ morfem yang membentak kalimat itu. Sebagai contoh frase raja monyet dan monyet raja. Arti kedua-dua frase ini berbeda karena susunan kata-katanya berbeda. Begitu

juga kalau intonasinya berbeda Kalau dalam frase monyet raja, kata raja ditekankan menjadi 'raja monyet' artinya berbeda kalau kata 'monyet yang ditekankan menjadi raja monyet. Pengkajian komponen semantik ini menjadi semakin rumit lagi disebabkan oleh fakta bahwa banyak kata sesuatu bahasa mempunyai lebih dari satu arti. Kemudian arti-arti ini boleh saja berubah setelah kata-kata itu digabungkan dengan kata-kata lain. Misalnya kata mata yang arti terasnya ialah alat untuk melihat. Tetapi karen kata ini digabungkan dengan kata kaki menjadi mata kaki, artinya tidak ada hubungannya lagi dengan pengertian melihat. Oleh katena itu, suatu tatabahasa yang menandai haruslah mampu menerangkan hakikat semantik seperti ini, yaitu arti sesuatu kata boleh berubah karena faktor lingkungan. 2.2 Teori yang Digunakan Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk yang berlaku secara umum dan akan mempermudah seseorang penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Teori yang digunakan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis. Kalau dihubungkan dengan psikologi, ada tiga teori yang dapat menjelaskan pemerolehan bahasa pada seorang anak, yaitu : 1. Teori pemerolehan bahasa yang behaviorisme Kaum behaviorisme atau kaum empiris yang dipelopori oleh Skinner beranggapan, bahwa :

a. Bahasa adalah salah satu wujud dari tingkah laku manusia. b. Istilah bahasa kurang tepat digunakan yang lebih tepat adalah prilaku verbal agar tampak kemiripannya dengan perilaku lain yang harus dipelajari oleh manusia. Seperti : berjalan, makan, minum, dan lain-lain. c. Peroses pemerolehan dan kemampuan berbahasa seorang anak dikendalaikan dari luar dan diperoleh dari akibat adanya berbagai rangsangan (simulasi) yang disodorkan kepada si anak melalui lingkungannya. d. Anak merupakan penerima pasif dari lingkungannya, mereka tidak memiliki peranan yang aktif dalam perkembangan lingualnya. e. Kematangan si anak (kognitif) tidak menentukan proses perkembangan bahasa anak. f. Tidak ada struktur linguistik yang dibawa sejak lahir. Anak yang lahir dianggap kosong dari bahasa. Mereka berpendapat bahwa anak yang lahir tidak membawa kapasitas atau potensi bahasa. Bahkan Brown (1980) menyatakan bahwa anak lahir ke dunia ini seperti kain putih tanpa catatancatatan, lingkungannyalah yang akan membentuk tingkah lakunya. Pengetahuan dan keterampilan berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar. Dengan demikian, bahasa dipandang sebagai sesuatu yang dipindahkan melalui pewarisan kebudayaan, sama halnya seperti orang yang belajar mengendarai sepeda. 2. Teori pemerolehan bahasa yang mentalistik. Teori ini sering kali diposisikan dengan teori pemerolehan bahasa yang behavioristik. Dalam pandangan teori ini, anak yang lahir ke dunia sudah

membawa kapasitas atau potensi bahasa. Kapasitas atau potensi bahasa ini akan menentukan struktur bahasa yang akan digunakan selanjutnya. Kaum mentalistik atau nativisme yang dipelopori oleh Chomsky ini beranggapan bahwa : a. Pemerolehan bahasa anak tidak berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. b. Setiap anak yang lahir ke dunia ini memiliki bekal dengan apa yang disebutnya LAD (language aqquistion device) atau alat penguasa bahasa. c. Bahasa merupakan pemberian biologis manusia. d. Sistem bahasa pasti sudah ada dalam diri setiap manusia secara alamiah. e. Belajar bahasa pada hakikatnya hanyalah proses pengisian detil kaidahkaidah atau struktur aturan-aturan ke dalam LAD yang sudah ada. 3. Teori pemerolehan bahasa yang kognitivisme. Teori ini sebenarnya merupakan 'sempalan' dari teori yang mentalistik yang beranggapan bahwa kapasitas kognitif anak mampu menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di sekelilingnya. Pemahaman dan produksi serta komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil proses kognitif yang secara terus-menerus berkembang dan berubah. Kaum kognitivisme (salah satu penganut Piaget) beranggapan bahwa : a. Kemampuan berbahasa seseorang itu berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif sang anak. b. Bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Oleh sebab itu, urutan perkembangan dirinya.

c. Lingkungannya tidak besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual anak. d. Perkembangan bahasa pada anak akan bergantung pada sejauh mana keterlibatan kognitif sang anak secara aktif dengan lingkungannya. e. Perkembangan nosi-nosi seperti : waktu, ruang, modalitas dan sebab akibat merupakan bagian yang penting dalam perkembangan kognitif penguasaan bahasa seorang anak. Ketiga teori tersebut secara bersama-sama dapat dipakai untuk menjelaskan proses pemerolehan bahasa ibu, karena masing-masing teori dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam pemahaman saya, anak yang baru lahir memang telah mempunyai potensi jiwa yang secara terus-menerus dipakai untuk 'menganalisis' apa saja yang didengar dari lingkungannya. Kanak-kanak tersebut dapat mengembangkan kemampuan apabila anak berada dalam lingkungan pemakaian bahasa. Dengan demikian, di samping itu sejak lahir anak sudah mempunyai potensi berbahasa, lingkungan juga sangat berperan membentuk bahasa seorang anak.