BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat mempunyai kontak paling lama dalam menangani persoalan pasien dan peran perawat dalam upaya penyembuhan pasien menjadi sangat penting. Seorang perawat dituntut bisa mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien. Termasuk salah satunya dalam perawatan pasien saat pre operasi. Perawatan pre operasi dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir saat pasien dikirim ke meja operasi. Perawatan pre operasi yang efektif dapat mengurangi resiko post operasi, salah satu prioritas keperawatan pada periode ini adalah mengurangi kecemasan pasien (Smeltzer & Bare, 2002). Kecemasan dapat terjadi pada semua pasien yang akan menjalani operasi. Kecemasan juga dapat terjadi pada pasien yang akan menjalani operasi hernia. Hernia adalah penonjolan diskus atau sebagian dari viskus melalui celah yang abnormal pada selubungnya (Grace & Borley, 2007). Salah satu layanan yang ada di Rumah Sakit adalah layanan pengobatan melalui operasi. Tujuan dari operasi hernia ini adalah untuk mereduksi hernia, mengeksisi kantungnya, dan memperbaiki defek dinding abdomen yang ada (Cook, 1995). Salah satu efek pembedahan hernia berupa nyeri dan infeksi pada bekas luka operasi. Komplikasi dari salah satu jenis pembedahan hernia skrotalis yaitu hematoma dan infeksi luka pada skrotum menjadi konsekuensi post operasi hernia terhadap fungsi seksual pasien hernia skrotalis (Grace & Borley, 2007). Menurut Potter dan Perry (2005) ada berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan atau kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain adalah takut nyeri setelah pembedahan, takut terjadi perubahan fisik, dan takut operasi akan gagal. Kecemasan yang mereka alami 1
2 biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam pembedahan dan tindakan pembiusan. Reaksi cemas ini akan berlanjut bila pasien tidak pernah atau kurang mendapat informasi yang berhubungan dengan penyakit, dan tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. Kecemasan pasien timbul dari rasa kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti, tidak berdaya, serta obyek yang tidak spesifik. Kecemasan tersebut dimanifestasikan secara langsung melalui perubahan fisiologis seperti (gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, nyeri abdomen, sesak nafas) dan perubahan perilaku seperti (gelisah, bicara cepat, reaksi terkejut) dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala sebagai upaya untuk melawan kecemasan (Stuart & Laraia, 2005). Salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah pandangan interpersonal yang beranggapan adanya ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Stuart, 2007). Kecemasan yang dialami pasien dapat mempengaruhi status hemodinamik pasien. Penelitian Rini (2006) menyimpulkan adanya hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan profil tekanan darah pada pasien pre operasi TURP. Adanya perubahan hemodinamik akibat kecemasan pada pasien pra operasi akan mempengaruhi keberhasilan operasi. Kecemasan pada pasien pra operasi yang tidak segera diatasi juga mengganggu proses penyembuhan. Perawat berperan penting dalam membantu pasien untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan yang dialami oleh pasien yang akan menjalani operasi.
3 Salah satu tindakan untuk mengurangi tingkat kecemasan adalah dengan cara mempersiapkan mental dari pasien. Persiapan mental tersebut salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan (Health education). Kemampuan perawat untuk mendengarkan secara aktif untuk pesan baik verbal dan nonverbal sangat penting untuk membangun hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga. Pendidikan kesehatan pra operasi dapat membantu pasien dan keluarga mengidentifikasi kekhawatiran yang dirasakan. Perawat kemudian dapat merencanakan intervensi keperawatan dan perawatan suportif untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien dan membantu pasien untuk berhasil menghadapi stress yang dihadapi selama periode perioperatif (Burke & Lemone, 2000). Pendidikan kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu untuk memperolah pengetahuan tentang kesehatan yang baik. Sehingga, pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku kearah yang lebih baik (Notoatmojo, 2003). Penelitian menunjukkan efektifitas pendidikan kesehatan pada pasien pre operasi. Penelitian Burhanuddin (2011), tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi fraktur di RSUD Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten menyimpulkan pendidikan kesehatan dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan pengetahuan pada pasien pre operasi fraktur. Berdasarkan data yang terdapat dibagian Rekam Medis RSUD Kudus, pada tahun 2010 terdapat 221 pasien yang menjalani operasi hernia. Sedangkan untuk tahun 2011 terdapat 219 pasien yang menjalani operasi hernia. Berdasarkan catatan keperawatan ruang bedah Cempaka I dan Cempaka III RSUD Kudus, penderita yang akan dilakukan tindakan pembedahan pada kasus diatas, 10% dilakukan penundaan karena peningkatan kecemasan. Kemungkinan seperti ini muncul karena kecemasan yang dapat menimbulkan
4 peningkatan tekanan darah, sehingga apabila tetap dilakukan operasi akan dapat mengakibatkan penyulit terutama dalam menghentikan perdarahan dan bahkan setelah operasi pun akan mengganggu proses dari penyembuhan (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Studi pendahuluan yang dilakukan berdasarkan wawancara terhadap kepala ruang, didapatkan bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat semacam ini kurang berjalan semestinya. Pasien hanya dijelaskan secara lisan tentang prosedur operasi yang akan dilaksanakan. Informasi diberikan oleh dokter yaitu hanya dalam bentuk inform concent, yang mungkin itu kurang memenuhi kebutuhan pengetahuan pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan hernianya. Karena rumah sakit belum memiliki standar operasional prosedur (SOP) tentang pendidikan kesehatan pre operasi. SOP yang sudah ada hanya berisi tentang prosedur persiapan operasi secara umum. Oleh karena itu kecemasan pada pasien pre operasi hernia kadang kerap ditemui. Data pengetahuan pasien didapatkan bahwa mayoritas pasien tidak tahu apaapa tentang penyakit yang dideritanya dan solusi untuk mengatasi masalah kesehatannya. Kemudian dari anamnesa terhadap 5 pasien yang akan menjalani operasi hernia menggunakan instrumen VAS, ditemukan bahwa 2 pasien mengalami cemas kategori ringan, 2 pasien cemas kategori sedang, dan 1 pasien kategori berat. Mayoritas kecemasan pada pasien muncul karena pasien membayangkan hal buruk tentang kamar operasi dan takut pada dampak setelah operasi, yaitu akan terjadi gangguan pada alat reproduksinya yang terjadi setelah menjalani operasi hernia skrotalis dan nyeri setelah menjalani operasi. Berdasarkan data dari studi pendahuluan terlihat bahwa pendidikan kesehatan pre operasi yang tidak diberikan pada pasien dengan optimal dapat menimbulkan masalah. Masalah tersebut antara lain pasien mengeluh cemas
5 dan ketakutan. Kecemasan dan ketakutan yang dialami pasien dapat mempengaruhi keberhasilan proses operasi. Keadaan seperti ini yang tidak segera diantisipasi pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan pasien, dan akhirnya akan mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan oleh perawat. B. Rumusan Masalah Kecemasan dan ketakutan dapat dialami oleh pasien yang akan menjalani operasi, antara lain operasi hernia. Peran perawat sebagai edukator dapat menurunkan kecemasan dengan melakukan pendidikan kesehatan pre operasi. Mengingat pentingnya dilakukan pendidikan kesehatan terhadap pasien pre operasi hernia, peneliti merasa tertarik untuk menganalisa bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat terhadap kecemasan pasien pre operasi hernia. Secara khusus dalam hal ini peneliti ingin meneliti pengaruh health education yang dilakukan oleh perawat terhadap kesiapan pasien pre operasi hernia di RSUD Kudus. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan pre operasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi hernia skrotalis di RSUD Kudus. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi hernia sebelum diberikan pendidikan kesehatan. b. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi hernia setelah diberikan pendidikan kesehatan. c. Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan pre operasi terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi hernia di RSUD Kudus.
6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi perawat Memberikan kontribusi yang lebih baik lagi terhadap pengembangan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien pre operasi hernia. 2. Bagi Rumah Sakit Memberikan masukan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan, sebagai bahan untuk mengambil kebijakan mengenai pendidikan kesehatan pada pasien yang akan dilakukan operasi hernia sehingga dapat dibuat Satuan Operasional Prosedur (SOP). 3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan, khususnya keperawatan medikal bedah (KMB) tentang pendidikan kesehatan dan kecemasan pasien pre operasi hernia. E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan penelitian bidang kesehatan yang memfokuskan pada bidang keperawatan medikal bedah dan keperawatan jiwa. F. Keaslian Penelitian Penelitian tentang : Pengaruh pendidikan kesehatan pre operasi terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi hernia di RSUD Kudus, sepengetahuan peneliti penelitian dengan judul yang sama belum pernah dilakukan namun ada beberapa penelitian yang hampir sama yang sudah dilakukan : 1. Penelitian Setiawan (2005), tentang Efek Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di RS Haji Adam Malik Medan, yang menyimpulkan bahwa komunikasi terapeutik mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan pasien. Perbedaan penelitian Setiawan dengan penelitian peneliti adalah penelitian Setiawan mengambil sampel penelitian pasien pre operasi umum, sedangkan peneliti mengambil sampel pasien pre
7 operasi hernia. Perbedaan lain adalah variabel yang diteliti tidak sama, variabel independen yang diteliti adalah pendidikan kesehatan, sedangkan variabel independen dalam penelitian Setiawan adalah komunikasi terapetik. 2. Penelitian Rini (2006), tentang Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Profil Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi Tur Of Prostat Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr.Moewardi Surakarta, yang menyimpulkan adanya hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan profil tekanan darah pada pasien pre operasi tur of prostat. Perbedaannya ialah pada penelitian Rini menggunakan metode cross sectional sedangkan analisa data yang digunakan ialah analisa korelasi. Perbedaan lainnya adalah variabel kecemasan dalam penelitian Rini menjadi variabel independen, sedangkan dalam penelitian ini kecemasan menjadi variabel dependen. 3. Penelitian Burhanuddin (2011), tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Di RSUD Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten, yang menyimpulkan pendidikan kesehatan dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan pengetahuan pada pasien pre operasi fraktur. Perbedaannya ialah penelitian Burhanuddin mengambil sampel penelitian dari pasien pre operasi fraktur. Sedangkan persamaannya adalah penelitiannya sama-sama menggunakan design penelitian kuantitatif quasi eksperimen.