BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,

UPAYA PENGUATAN STRUKTUR KOGNITIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DENGAN PEMBERIAN LKS TERSTRUKTUR BERDASARKAN TEORI APOS

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas baik. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan berbagai cara,

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mutu peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat yang pintar, intelek, berkemampuan berfikir tinggi. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga formal yang didirikan oleh pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat menghasilkan generasi generasi bangsa yang cerdas, kreatif, inovatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

PENDAHULUAN BAB I. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia untuk menghadapinya. mengembangkan potensi peserta didik. Namun yang terjadi saat ini, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. hekekatnya untuk membangun suatu Negara dibutuhkan individu individu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan dan keahlian guru.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup ini salah satu aktivitas dasar bagi manusia adalah. memecahkan suatu masalah. Berdasarkan kenyataan, sebagian besar

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Tujuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan serta menjadikan sumber daya manusia yang dapat bersaing di era globalisasi. Sebagai lembaga pendidikan yang mempersiapkan tenaga terampil menengah yang produktif, mandiri dan bertaqwa, seiring dengan perkembangan teknologi dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional diharapkan lembaga pendidikan dapat menghasilkan anak didik seperti yang diharapkan. Siswa harus dibekali pengetahuan teori dan keterampilan praktis, juga sikap dan pola tingkah laku sosial sebagai bekal yang berharga guna meraih sukses dalam rangka memasuki dunia kerja, baik sebagai pekerja di perusahaan ataupun sebagai wirausaha yang mandiri dan untuk menjadi masyarakat yang bertanggung jawab. Namun tidak sedikit ditemukan hal yang sangat melenceng dari pernyataan tersebut. Pola pikir anak-anak sekarang seolah-olah pendidikan itu 1

2 hanyalah sebuah formalitas saja. Menurut Schippers (1994:19) tujuan pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi perilaku dalam bidang kejuruan tertentu sehingga bersangkutan mampu (memiliki kinerja) demi masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa. Pembangunan sekolah-sekolah SMK diharapkan mampu menunjang kebutuhan masyarakat di suatu daerah sesuai dengan sosiokultur daerah tersebut. Begitu pula dengan kecamatan Arse, Tapanuli Selatan tempat peneliti bertugas didirikan SMK yang bergerak dibidang Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura (ATP&H), Agribisnis Perikanan (AP), dan Agribisnis Ternak Ruminansia (ATR). Pembangunan ini diharapkan mampu mendukung majunya daerah tersebut dimana mayoritas penduduknya bermata-pencaharian di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan. Namun kondisi yang ditemukan di SMK Negeri 1 Arse masih jauh dari yang diharapkan. Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar fisika, yaitu pada nilai ulangan semester siswa kelas XI ATP&H SMK Negeri 1 Arse tahun pelajaran 2011/2012, diketahui bahwa pada semester ganjil yaitu hanya 25,80% dari jumlah siswa dinyatakan tuntas dengan perolehan rata-rata kelas 6,57 dan kriteria ketuntasan minimal sebesar 6,15; pada semester genap yaitu hanya 29,03% dari jumlah siswa yang dinyatakan tuntas dengan rata-rata kelas 6,29 dan kriteria ketuntasan minimal sebesar 6,25. Setelah dilakukan penyelidikan terhadap rendahnya rata-rata hasil belajar siswa, yaitu melalui latihan mengerjakan soal di kelas ternyata mereka bisa mengerjakan soal hitungan jika soal tersebut mirip dengan contoh soal. Apabila

3 soal dikecoh misalnya dengan mengubah yang diketahui menjadi yang ditanya maka mereka akan bingung seakan permasalahan tersebut tidak pernah dibahas. Menurut Albert Bandura dalam Idham (2011), struktur kognitiflah yang memberi gambaran tingkah laku dan hasil pembelajaran. Hal ini menjelaskan bahwa tingkah laku menjiplak dan ketidakmampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan sesuai dengan konsepnya menandakan bahwa siswa bermasalah pada stuktur kognitif, dan semakin jelas terlihat pada hasil belajar siswa yang sangat rendah. Di dalam teori belajar Cognitive-Field dari Kurt Lewin menyatakan bahwa belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan di dalam struktur kognitif dan pernyataan tersebut semakin menguatkan bahwa pembelajaran yang dilakukan telah gagal dalam mengubah, menyusun, menyambung ataupun melengkapi struktur kognitif siswa. Pembelajaran konvensional pada kelas XII ATP&H menggunakan model pembelajaran Advance Organizer dengan harapan dapat digunakan sebagai jembatan konsep antara materi baru dan materi yang sudah dimiliki siswa. Rendahnya rata-rata hasil belajar siswa bukanlah karena buruknya model pembelajaran yang digunakan. Kemungkinan besar gagalnya suatu model pembelajaran diakibatkan karena pelaksanaan model pembelajaran tersebut belum sesuai pelaksanaannya dengan teori. Model pembelajaran Advance Organizer merupakan suatu model pembelajaran yang efektif dan telah terbukti melalui penelitian.

4 Kondisi rata-rata hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan menunjukkan bahwa tidak tuntasnya suatu pembelajaran. Ketidaktuntasan belajar fisika yang diperoleh siswa disebabkan oleh dua faktor yang berkaitan, yaitu faktor karakteristik siswa dan faktor dari guru. Karakteristik siswa adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi tetapi merupakan salah satu kondisi pembelajaran yang harus dijadikan pijakan dalam memilih dan mengembangkan proses pembelajaran agar lebih sesuai dan memudahkan peserta didik untuk belajar. Karakteristik siswa kelas XII ATP&H pasti berbeda walaupun terkadang ada yang hampir sama. Dengan kapasitas yang berbeda, sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya tidak atau kurang berfungsi secara optimal. Dalam kegiatan belajar mengajar setiap siswa akan memahami materi pelajaran dengan baik bila terjadi kerjasama antara guru dan siswa. Untuk itu, seorang guru harus mempunyai kreatifitas dan ide-ide baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di kelas. Rendahnya hasil belajar berkaitan erat dengan ketidaksesuaian penggunaan metode pembelajaran terhadap karakteristik siswa. Dalam penyajian materi seorang guru harus pandai memilih metode yang tepat serta cara penguasaan kelas yang sesuai dengan kondisi siswa agar siswa tidak merasa bosan tapi justru malah tertarik untuk belajar. Demikian juga pada fase penguatan kognitif siswa ternyata dengan menggunakan metode diskusi terhadap soal permasalahan terbukti tidak efektif. Hal ini disebabkan karna minimnya buku bahan ajar untuk siswa sebagai sumber belajar saat melaksanakan diskusi kelompok. Dengan demikian aktifitas siswa pun semakin menurun karna tidak ada

5 lagi yang bisa mereka diskusikan. Apabila metode yang digunakan guru tepat dengan materi pelajaran yang sedang berlangsung maka kemungkinan aktifitas belajar siswa akan lebih tinggi. Hal ini bisa dilihat dari aktifitas apa yang dilakukan siswa ketika mereka belajar. Aktifitas siswa ketika proses belajar mengajar terjadi adalah ketika siswa bisa bekerjasama, serius, bertanggungjawab dengan belajarnya, bertanya tentang materi yang tidak dipahaminya serta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Faktor lain yang juga diperkirakanakan mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor dari guru yang kurang memvariasikan metode mengajar dalam upaya memperkuat struktur kognitif. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar guru menggunakan model pembelajaran advance organizer dimana upaya memperkuat struktur kognitif dilaksanakan pada fase ketiga. Model pembelajaran advance organizer merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu menolong siswa memanggil kembali pengetahuan yang telah dipelajarinya dan memindahkan pengetahuan tersebut ke topik yang baru. Karakteristik advance organizer adalah: (1) berbentuk singkat dan abstrak, (2) dapat menyatukan informasi baru dengan yang telah diketahui, (3) perkenalan terhadap pelajaran baru secara unit atau bagian, (4) suatu kerangka informasi baru dan satu pernyataan kembali dari pengatahuan sebelumnya, (5) menyediakan informasi baru pada siswa, (6) menolong siswa memindahkan atau menggunakan apa yang mereka ketahui, dan (7) berisikan sumbangsih pemikiran materi yang lebih banyak dari pengetahuan biasa. Advance Organizer dapat dianggap semacam pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru. Dengan kata lain, Advance Organizer merupakan

6 strategi kognitif yang mampu menolong siswa mengingat kembali pengetahuan yang telah dipelajarinya dan memindahkan pengetahuan tersebut ke materi yang baru. Dalam Djiwandono (2002:176) tujuan Advance Organizer adalah memberi siswa informasi yang mereka butuhkan untuk mempelajari pelajaran atau membantu mereka dalam mengingat dan menerapkan pengetahuan yang telah mereka punyai. Jadi, jelas hakekatnya jika Advance Organizer merupakan sebuah model pembelajaran yang membantu para siswa untuk mengorganisasikan informasi yang menyambungkan ke struktur kognitif yang lebih luas dan menggambarkan pengorganisasian yang disiplin. Sehubungan dengan masalah di atas guru bermaksud untuk mengadakan sebuah penelitian tindakan yang ditekankan pada penguatan struktur kognitif yaitu pada fase ketiga dari model pembelajaran advance organizer. Dan pada fase tersebut tindakan yang dilakukan adalah dengan pemberian LKS Terstruktur dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII ATP&H SMK N 1 Arse. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti mengidentifikasi masalah yang terjadi baik selama proses pembelajaran berlangsung maupun diluar jam sekolah. Masalah-masalah tersebut dirangkum sebagai berikut : 1. Rendahnya hasil belajar siswa yang ditandai dengan rendahnya rata-rata kelas dalam satu tahun terakhir menunjukkan gagalnya suatu pelaksanaan pembelajaran.

7 2. Siswa mengerjakan soal latihan hanya menjiplak dari contoh soal yang bentuk soalnya mirip menandakan bahwa siswa bermasalah pada struktur kognitif sehingga mereka tidak mampu untuk menyelesaikan soal-soal latihan sesuai dengan konsep. 3. Metode pembelajaran yang digunakan dalam fase penguatan struktur kognitif kurang menarik sehingga berakibat pada rendahnya aktifitas belajar siswa. 4. Rendahnya kesadaran Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Arse akan pentingnya arti pendidikan mengakibatkan kesan belajar hanyalah sebuah formalitas yang pada akhirnya pencapaian kompetensi hanyalah menjadi keinginan pengajar. 5. Keterbatasan ekonomi menyebabkan minimnya buku pegangan peserta didik sehingga menjadi salah satu kendala bagi guru untuk lebih mendominasi kegiatan dalam pembelajaran. 6. Masalah yang berkaitan dengan lingkungan siswa kelas XII Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura SMK Negeri 1 Arse yang pada umumnya tinggal di daerah pertanian lebih banyak menghabiskan waktu untuk membantu orang tua ke sawah maupun ladang, kemudian pada malam hari lebih suka bermain daripada mengulang pelajaran.

8 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah yaitu sebatas mencari jalan penyelesaian permasalahan yang bisa diatasi dengan rancangan metode pembelajaran yang ditujukan untuk menguatkan struktur kognitif siswa, maka pada penelitian ini ditetapkan pembatasan dari beberapa permasalahan yang telah teridentifikasi sebagai berikut: 1. Lemahnya struktur kognitif siswa yang berakibat pada rendahnya hasil belajar menunjukkan gagalnya suatu pelaksanaan pembelajaran. 2. Proses pembelajaran fisika yang kurang menarik menyebabkan rendahnya aktifitas belajar siswa 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada peningkatan penguatan struktur kognitif siswa setelah menerapkan model pembelajaran Advance Organizer dengan pemberian LKS Terstruktur berdasarkan teori APOS? 2. Apakah ada peningkatan aktifitas belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran Advance Organizer dengan pemberian LKS Terstruktur berdasarkan teori APOS? 1.5 Cara Pemecahan Masalah Untuk memecahkan masalah tersebut seharusnya model pembelajaran advance organizer dibuat menjadi suatu rancangan pembelajaran yang menarik, tepatnya pada fase pembelajaran yang bermasalah. Secara konseptual model pembelajaran advance organizer terdiri dari 3 fase pembelajaran, (1) Presentasi Advance Organizer, (2) Presentasi tugas-tugas belajar atau materi pembelajaran,

9 (3) Memperkuat struktur kognitif. Ketiga langkah pembelajaran tersebut mencerminkan keterorganisiran materi (Presentasi Advance Organizer), pemaparan materi yang terorganisir (Presentasi tugas-tugas belajar atau materi pembelajaran), dan menekankan pada keaktifan siswa untuk belajar lebih (Memperkuat pengolahan kognitif), namun pada kenyataannya karakteristik siswa siswa kelas XII ATP&H tidak sesuai dengan metode konvensional dan malah kegiatan terpenting dalam pembelajaran menjadi pasif. Maka dari itu guru bermaksud memberikan tindakan perbaikan pada fase ketiga dari pembelajaran ini, yaitu dengan pemberian LKS terstruktur yang didalamnya telah terancang kegiatan pembelajaran bagi siswa yang mencakup kegiatan diskusi kelompok, simulasi dan bereksperimen. Pemberian LKS ditujukan untuk menanamkan konsep di dalam diri dan upaya tersebut sangat meyakinkan untuk dapat mewujudkan pencapaian kompetensi belajar siswa. 1.6 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan penguatan struktur kognitif siswa dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer dengan pemberian LKS Terstruktur berdasarkan teori APOS. 2. Meningkatkan aktifitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer dengan pemberian LKS Terstruktur berdasarkan teori APOS.

10 1.7 Manfaat Penelitian Perolehan manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini antara lain : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat membantu pembelajaran fisika terutama untuk meningkatan penguatan struktur kognitif siswa melalui optimalisasi model pembelajaran Advance Organizer 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru - Model pembelajaran Advance Organizer dengan pemberian LKS Terstruktur berdasarkan teori APOS dapat menjadi salah satu acuan pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga guru mempunyai penambahan variasi metode maupun model-model pembelajaran termasuk guru yang dapat membangun kreativitas mengajarnya. - Memotivasi pendidik untuk menerapkan metode-metode pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif sehingga peserta didik menjadi bersemangat dan tidak cepat jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan b. Bagi Siswa - Agar dapat menyelesaikan masalah-masalah fisika sesuai dengan konsep khususnya maupun masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep fisika. -

11 c. Bagi Sekolah - supaya dapat membudayakan penelitian dikalangan guru-guru, sehingga guru-guru dapat mencari solusi dari masalah-masalah yang ditemui dalam pembelajaran. d. Bagi lembaga atau instansi pendidikan - Agar dapat meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik lagi. 1.8 Defenisi Operasional Istilah 1. Kognitif Kognitif merupakan suatu proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktifitas mental seperti mengingat, menyimbolkan, mengkategorikan,memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi. 2. Struktur Kognitif Struktur kognitif didefenisikan sebagai struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit kon-septual. 3. LKS Terstruktur LKS terstruktur adalah lembar kerja yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu program kerja pelajaran dengan sedikit bantuan guru untuk mencapai sasaran yang dituju dalam pembelajaran tersebut. LKS terstruktur dilengkapi dengan petunjuk dan pengarahan tetapi tidak dapat menggantikan peranan guru. Artinya, secara keseluruhan guru masih memegang peranan dalam pelaksanaan dan perencaan

12 mengajar yang sudah dipersiapkan sebelumnya yaitu menyangkut kegiatan utama seperti memberi rangsangan, bimbingan, pengarahan serta dorongan.