Cerita Rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen (Kajian Folklor)

dokumen-dokumen yang mirip
CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

Pola Perilaku Agama Kejawen Padepokan Bedogol Desa Sidaurip Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Persepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

Pola Perilaku Kesurupan Endhang Mayit dalam Kesenian Kuda Kepang Turangga Mudha di Desa Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

AJARAN ETIKA JAWA DI PADEPOKAN PAYUNG AGUNG CILACAP

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK KESENIAN KUBRO DI DESA BANGSRI KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

ANALISIS SOSIOLOGI BUDAYA DALAM KESENIAN TRADISIONAL JATHILAN TRI TUNGGAL MUDA BUDAYA DUSUN GEJIWAN DESA KRINJING KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, merupakan kekayaan budaya yang sarat dengan nilai-nilai.

pernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB V PENUTUP. untuk mendeskripsikan setting, asal-usul, prosesi, sesaji, makna simbolik, serta

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

Pelestarian Bentuk dan Makna Kesenian Kuda Lumping Turonggo Mudo Desa Prigelan Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

MITOS DI GUNUNG SLAMET DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANG REJA, KABUPATEN PURBALINGGA. SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB III METODE PENELITIAN. (IAIN) Palangka Raya. Selanjutnya penulis berusaha mencari data dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception

BAB III METODE PENELITIAN. Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Peneliti mengambil lokasi penelitian tersebut

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB III HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

ANALISIS BENTUK DAN NILAI KESENIAN NDOLALAK PUTRI DWI LESTARI DESA PLIPIR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB IV ANALISIS. Dalam menganalisis ini, penulis akan mencoba mengarahkan kepada tiga (3)

BAB III METODE PENELITIAN. lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau

Eksistensi Penggunaan Ragam Bahasa Jawa Krama Pada Anak Usia 9-10 Tahun di Desa Tanjunganom Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo

BAB III METODE PENELITIAN. bahasa Arab di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Ponorogo.

PANTANGAN PERNIKAHAN ADAT JAWA DALAM PERSPEKTIF TOKOH MASYARAKAT. (Studi Kasus Desa Ketangirejo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. hukum Islam di Desa Pakel Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek merupakan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Desain Penelitian

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional

BAB III PROSESI UPACARA PENGASIHAN DI MAKAM PUTRI CAMPA. Pengasihan merupakan kepercayaan untuk melancarkan jodoh, pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Saji. Adapun objek dalam penelitian ini adalah Upacara Adat Labuh Saji.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

SIMBOL PURWOREJO SKRIPSI. Sosial untuk. Oleh: KAN SOSIOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

Transkripsi:

Cerita Rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen (Kajian Folklor) Oleh: Rini Widiyanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa riniwidiyanti91@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap: (1) asal mula cerita rakyat Goa Menganti dan upacara tradisi Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen, (2) unsur-unsur mitos yang berkembang di Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen, dan (3) persepsi masyarakat Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen tentang cerita rakyat Goa Menganti. Tempat penelitian dilakukan di Desa Karangduwur kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen, waktu penelitian mulai bulan Januari 2014 sampai Juli 2014. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif, datanya dikumpulkan, dideskrisipkan, kemudian dianalisis asal mula dan upacara tradisi, unsur-unsur mitos dan persepsi masyarakat terhadap cerita rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Sumber data pada penelitian ini adalah dokumentasi (foto), buku, dan rekaman. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi metode. Hasil dari penelitian ini adalah, (1) asal mula cerita rakyat Goa Menganti yang terbentuk karena proses alami kemudian dijadikan sebagai tempat pertemuan makhluk halus di pantai selatan khususnya Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong dan para pengikutnya dan akhirnya ditemukan oleh Syekh Maulana Maghribi, karena hal tersebut, akhirnya masyarakat Desa Karangduwur membuat tiga panembahan yang diberi nama panembahan Nyi Roro Kidul, panembahan Syekh Maulana Maghribi dan panembahan Nyi Blorong. Upacara tradisi Goa Menganti meliputi ritual membakar kemenyan dan memberikan sesaji di panembahan dan diakhiri dengan nyepi, sesaji yang digunakan antara lain kembang telon, rokok menyan lan rokok plenik rong ler, galong lempung, minyak duyung, teh, parem gading, gula batu, gedang raja lan gedang ambon sejodo, degan ijo siji, lan kemenyan, makna simbolik sesaji bertujuan memberikan berkah dan menghilangkan marabahaya, (2) unsurunsur mitos yang terkandung meliputi Goa Menganti mengandung kekuatan gaib, Goa Menganti memberikan jaminan kehidupan manusia modern, Goa Menganti sebagai pemberlakuan norma-norma, dan Goa Menganti memberikan tuah, (3) persepsi masyarakat Desa Karangduwur responden dibagi dari kelompok usia yang meliputi golongan tua dan muda, pelapisan sosial diantaranya wong cilik, santri atau tokoh agama, ningrat dan priyayi. Kata kunci: cerita rakyat, Goa Menganti, kajian folklor. Pendahuluan Menurut Setiadi (2006: 40-41) perkembangan zaman dapat mendorong terjadinya perubahan kebudayaan. Kebudayaan berkembang seiring dengan kemajuan teknologi terutama sistem telekomunikasi yang sangat berperan dalam kehidupan manusia. Selain itu, ada pula faktor penyebab yang menjadikan kebudayaan bergeser dan kurang diminati pada era modern saat ini, yakni adanya pandangan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang kuno ataupun sudah tidak sesuai dengan zaman yang Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 37

sedang dihadapi. Masyarakat sekarang cenderung mempunyai pola pikir yang rasional dan meninggalkan pikiran yang irasional. Upaya pelestarian kebudayaan di Indonesia dilakukan di masing-masing Kabupaten. Setiap Kabupaten saling berlomba-lomba dalam menunjukkan kebudayaan daerah yang dimiliki dan mencari ciri khas yang menarik. Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen adalah sebuah desa yang memiliki kebudayaan yang menarik diantaranya adalah kesenian Ebeg, tradisi Sedekah Laut dan sebagainya. Di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen terdapat sebuah goa yang bernama Goa Menganti. Menurut wawancara penulis dengan juru kunci Goa Menganti yang bernama Bapak Kamiarsa pada tanggal 26 Mei 2014, di dalam Goa Menganti terdapat tiga tempat pemujaan (panembahan) yang berbeda-beda satu sama lain, diantaranya adalah panembahan Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi, Panembahan Nyi Blorong dan Panembahan Nyi Roro Kidul. Nama-nama panembahan diambil karena orangorang tersebutlah yang menjaga dan berkuasa di Goa Menganti. Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah salah satu walisongo yang menyebarkan agama Islam di desa Karangduwur dan pernah singgah di Goa Menganti. Nyi Roro Kidul adalah penguasa pantai selatan, sedangkan Nyi Blorong adalah anak dari Nyi Roro Kidul. Masyarakat desa Karangduwur masih sangat mempercayai adanya makhluk gaib penguasa pantai selatan. Panembahan dalam Goa Menganti sering dijadikan sebagai tempat semedi atau tapa dalam penyampaian tujuan atau keinginan. Dalam setiap permintaan tujuan, biasanya para pengunjung selalu melakukan ritual terlebih dahulu. Diawali dengan berdoa sesuai kepercayaan atau agama masing-masing serta diikuti dengan pembakaran kemenyan atau dupa dan dilanjutkan dengan tapa atau semedi. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah asal mula cerita rakyat Goa Menganti dan upacara tradisi di Goa Menganti, bagaimanakah unsur-unsur mitos yang berkembang di Goa Menganti dan bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap cerita rakyat Goa Menganti di desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui asal mula cerita rakyat Goa Menganti dan upacara tradisi di Goa Menganti, unsur-unsur mitos yang berkembang di Goa Menganti dan persepsi masyarakat terhadap cerita Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 38

rakyat Goa Menganti di desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ella Nurmawati yang berjudul Kajian Folklor Upacara Adat Saparan Pundhen Joko Kasihan di Desa Cacaban Kidul Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo dan penelitian lain dilakukan oleh Wahyu Purwo Sejati yang berjudul Studi Folklor Dalam Ritus Hajatan Di Petilasan Kyai Tunggulwulung di Desa Tunggulrejo Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo. Metode Penelitian Penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tentang cerita rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini sendiri dilakukan di desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri (human instrument) dan dibantu dengan alat berupa kertas dan alat-alat tulis, handphone, dan kamera. Menurut Moleong 2011: 168 Instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yang bertugas sebagai alat atau fasilitas yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dan sekaligus pelapor hasil penelitiannya. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah purposive sampel atau sampel bertujuan. Purposive sampel adalah suatu cara atau teknik pengambilan sampel dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai dari peneliti. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi metode. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis secara interaktif. Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono 2010: 337) teknik interaksi adalah penelitian yang bergerak diantara tiga komponen yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Wujud data merupakan suatu kesatuan siklus yang menempatkan peneliti tetap bergerak diantara tiga siklus tersebut. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 39

Hasil Penelitian 1. Asal mula cerita rakyat Goa Menganti dan upacara tradisi di Goa Menganti Asal mula cerita rakyat Goa Menganti karena adanya kepercayaan masyarakat desa Karangduwur tentang berkumpulnya makhluk halus disekitar Goa Menganti pada malam jumat kliwon maupun selasa kliwon. Semakin banyaknya manusia yang lahir di Pulau Jawa, datanglah seorang walisongo bernama Syekh Maulana Malik Ibrahim ke desa Karangduwur untuk menyebarkan agama Islam. Sewaktu berada di desa tersebut Beliau menemukan sebuah goa di tebing pantai Menganti yang kemudian diberi nama Goa Menganti. Setelah itu, Syekh Maulana melakukan nyepi untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Seiring perkembangan zaman, masyarakat desa Karangduwur membuat tiga buah panembahan sebagai lambang penghormatan kepada Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi selaku manusia pertama yang menemukan dan melakukan nyepi di dalam Goa Menganti dan kepada makhluk halus yakni Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong penguasa pantai selatan. Berikut ini adalah nama tiga panembahan sekaligus alasan mengapa namanya yang dijadikan nama panembahan di Goa Menganti. Syekh Maulana Mahgribi adalah orang yang sangat dihormati oleh masyarakat desa Karangduwur. Berkat jasanya yang besar dalam menyebarkan agama Islam, sehingga namanya juga dijadikan nama salah satu panembahan di Goa Menganti. Alasan lain tentang pemberian nama panembahan Syekh Maulana Maghribi adalah anggapan orang yang pertama menemukan Goa Menganti dan melakukan nyepi disana. Perilaku nyepi yang ditunjukkan oleh Syekh Maulana Maghribi dijadikan contoh yang kemudian ditirukan oleh peziarah yang datang ke Goa Menganti untuk memperoleh berkah agar keingianannya dapat segera terwujud. Nama panembahan di Goa Menganti juga ada yang menggunakan nama makhluk gaib. Keberadannya yang tidak bisa dilihat oleh mata namun mempunyai peranan yang besar dalam membantu manusia menjadikan salah satu faktor dijadikannya nama panembahan. Selain itu, dari zaman dahulu hingga sekarang masih sangat Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 40

dipercaya keberadaannya masih bersemayam di dalam lokasi Goa Menganti. Selanjutnya untuk menghormati para makhluk halus seperti Nyi Roro Kidul, dan Nyi Blorong di Goa Menganti, maka masyarakat Desa Karangduwur juga mengabadikan nama keduanya menjadi nama panembahan di Goa Menganti. Panembahan tersebut diberi nama sesuai dengan nama penguasa pantai selatan yaitu panembahan Nyi Roro Kidul, dan panembahan Nyi Blorong. Nyi Roro Kidul adalah makhluk halus yang keberadaannya dipercaya selalu membantu kehidupan masyarakat desa Karangduwur. Sedangkan Nyi Blorong adalah makhluk halus sama seperti Nyi Roro Kidul penguasa pantai selatan. Menurut kepercayaan masyarakat Karangduwur, Nyi Blorong adalah anak dari Nyi Roro Kidul. Jadi, nama keduanya dianggap sangat cocok dijadikan nama panembahan di Goa Menganti. Adanya kepercayaan masyarakat Desa Karangduwur tentang Goa Menganti adalah tempat bersemayamnya makhluk halus dan menjadi tempat petilasan salah satu walisongo (Syekh Maulana Maghribi) menjadikan Goa Menganti dikenal sebagai tempat yang keramat ataupun wingit. Hal tersebut dikarenakan tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalam Goa Menganti. Orang yang bisa masuk dan berziarah di Goa Menganti hanya khusus orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan saja dan berkepentingan khusus meminta bantuan kepada Sing Mbaurekso Goa Menganti. Selain itu, karena dianggap keramat oleh masyarakat desa setempat, jadi orang yang akan berziarah juga harus melakukan upacara ritual tertentu sebagai tanda penghormatan terhadap makhluk gaib yang berada di dalam Goa Menganti. Adanya upacara yang dilaksanakan di Goa Menganti dengan berbagai ritual, sesaji dan makna simbolik yang terkandung di dalam sesaji semakin menambah kental dan kuat kepercayaan yang ditimbulkan dari cerita rakyat Goa Menganti. Ritual yang dilaksanakan di Goa Menganti sama saja dengan berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing individu. Ritual diawali dengan mambakar kemenyan dan berdoa atau mengutarakan tujuan yang ingin dicapai. Setelah itu harus melakukan mandi terlebih dahulu dan dilanjutkan menginap dan melakukan tapabrata minimal Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 41

satu malam agar tujuan bisa terkabul. Berikut ini adalah sesaji dan makna simbolik yang digunakan meliputi kembang telon yang berarti berbakti kepada kedua orang tua dan Allah Swt, rokok biasa dan rokok plenik yang melambangkan jatidiri orang jawa, galong lempung melambangkan manusia tidak boleh sombong dan berwatak seperti batu, minyak duyung melambangkan kebaikan yang akan selalu dikenang, teh melambangkan manusia dihari tua bisa bermanfaat untuk orang lain, parem gading melambangkan keheningan dalam berdoa, gula batu melambangkan pergaulan yang baik, gedang raja melambangkan kemuliaan raja, gedang ambon melambangkan manusia lahir tidak membawa apa-apa, degan ijo melambangkan kebersihan hati dalam berdoa, dan kemenyan melambangkan penyampaian doa kepada Tuhan. 2. Unsur-unsur mitos Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen a. Unsur-unsur mitos yang terkandung meliputi Goa Menganti mengandung kekuatan gaib dengan kekuatan-kekuatan gaib, serta membantu manusia agar dapat menghayati daya-daya gaib sebagai sesuatu kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai alam kehidupan. Sebagai contohnya adalah air di mulut Goa Menganti yang dipercaya dapat membuat awet muda dan menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit adalah akibat dari adanya hal gaib yang berada di Goa Menganti. Adapula bisikan-bisikan gaib dan benda gaib yang didapatkan peziarah sewaktu sedang melakukan ritual nyepi di Goa Menganti. b. Goa Menganti memberikan jaminan kehidupan manusia modern maksudnya adalah memberikan jaminan kesuksesan duniawi seperti meminta kekayaan, pangkat, jodoh dll setelah berziarah di Goa Menganti. Sebagai contoh setelah berziarah ke Goa Menganti maka yang bersangkutan dapat naik pangkat, menjadi kepala desa, dan bahkan menjadi kaya sesuai dengan keinginannya. Jadi, sebelum naik pangkat, Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 42

menjadi kepala desa ataupun kaya seseorang biasanya berziarah ke Goa Menganti dengan tujuan meminta berkah dengan lantaran (media) Sing Mbaurekso Goa Menganti agar apa yang menjadi tujuannya bisa tercapai. c. Goa Menganti dianggap sebagai pemberlakuan agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi dan jika norma tersebut dilanggar maka akan mendatangkan musibah bagi yang bersangkutan. Contoh dari norma tersebut diantaranya adalah larangan bagi peziarah wanita yang sedang haid tidak diperbolehkan berziarah dan sewaktu berziarah dilarang memakai pakaian berwarna hijau. Jika tetap melanggar maka yang bersangkutan akan mendapatkan musibah karena tidak mematuhi normanorma yang dipercaya. d. Goa Menganti dapat memberikan tuah maksudnya adalah memberikan keselamatan bagi peziarah yang datang. Contoh adanya tuah yang dipercaya di Goa Menganti adalah keberhasilan yang diraih seseorang setelah berziarah di Goa Menganti harus melakukan slametan sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan yang diperoleh. Jika tidak mengadakan slametan, maka akan terjadi musibah bagi yang bersangkutan maupun keluarga dekatnya. 3. Persepsi masyarakat terhadap cerita rakyat Goa Menganti di desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen Persepsi masyarakat tentang cerita rakyat Goa Menganti sebagai berikut responden yang setuju dari golongan usia tua dan wong cilik. Dari golongan ini dapat diketahui bahwa masyarakat setuju dan sangat percaya terhadap semua hal yang berkaitan dengan Goa Menganti. Dengan adanya Goa Menganti banyak orang yang datang untuk berziarah untuk meminta bantuan dalam segala hal. Sebagian dari peziarah datang hanya untuk mendapatkan berkah dari Goa Menganti. Banyak peziarah yang akhirnya berhasil meraih tujuan yang diinginkan. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi pendukungnya sekaligus dijadikan jalan pintas mencapai tujuan. Hal tersebut karena yang Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 43

bersangkutan sudah membuktikan sendiri dan akhirnya berhasil mencapai tujuan. Jadi cerita rakyat Goa Menganti adalah sebuah cerita yang dapat dipercaya kebenarannya. Sedangkan responden yang tidak setuju adalah dari golongan usia muda, ningrat, santri dan priyayi. Goa Menganti adalah sebuah goa biasa sama seperti goa lainnya pada umumnya. Jadi sangat disayangkan jika Goa Menganti akhirnya disalahgunakan yang akhirnya menyimpang dari agama yang selama ini di anut. Anggapan tidak setuju yang lain juga muncul dikarenakan cerita yang ada di dalamnya hanya bersifat fiktif saja dan hanya berfungsi sebagai hiburan saja. Simpulan Berdasarkan penyajian dan pembahasan mengenai cerita rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: (1) asal mula cerita rakyat Goa Menganti yang terbentuk karena proses alami kemudian dijadikan sebagai tempat pertemuan pada malam jumat kliwon atau selasa kliwon oleh makhluk halus di pantai selatan khususnya Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong dan para pengikutnya dan akhirnya ditemukan oleh Syekh Maulana Maghribi, karena hal tersebut, akhirnya masyarakat Desa Karangduwur membuat tiga panembahan yang diberi nama panembahan Nyi Roro Kidul, panembahan Syekh Maulana Maghribi dan panembahan Nyi Blorong. Upacara tradisi Goa Menganti meliputi ritual membakar kemenyan dan memberikan sesaji di panembahan dan diakhiri dengan nyepi, Berikut ini adalah sesaji dan makna simbolik yang digunakan meliputi kembang telon yang berarti berbakti kepada kedua orang tua dan Allah Swt, rokok biasa dan rokok plenik yang melambangkan jatidiri orang jawa, galong lempung melambangkan manusia tidak boleh sombong dan berwatak seperti batu, minyak duyung melambangkan kebaikan yang akan selalu dikenang, teh melambangkan manusia dihari tua bisa bermanfaat untuk orang lain, parem gading melambangkan keheningan dalam berdoa, gula batu melambangkan pergaulan yang baik, gedang raja melambangkan kemuliaan raja, gedang ambon melambangkan manusia lahir tidak membawa apa-apa, degan ijo melambangkan kebersihan hati dalam berdoa, dan Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 44

kemenyan melambangkan penyampaian doa kepada Tuhan, (2) unsur-unsur mitos yang terkandung meliputi Goa Menganti mengandung kekuatan gaib, Goa Menganti memberikan jaminan kehidupan manusia modern, Goa Menganti sebagai pemberlakuan norma-norma, dan Goa Menganti memberikan tuah, (3) Persepsi masyarakat Desa Karangduwur responden yang setuju dari golongan usia tua dan wong cilik sedangkan responden yang tidak setuju adalah dari golongan usia muda, ningrat, santri dan priyayi. Daftar Pustaka Setiadi, Elly M dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Edisi Kedua. Jakarta: PT Kencana. Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Sugiyono. 2010. Metode Pendekatan Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 45