BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DI KABUPATEN KARAWANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 37 SERI E

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANDAK

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perda Kab. Belitung No. 17 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

2 pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah/madrasah di setiap sekolah/madrasah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 40 TAHUN 2017

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF. Dinas Kesehatan Kab. Klungkung Bidang Kesmas

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

WALIKOTA TASIKMALAYA

SALINAN TENTANG. kewajiban bagi. makaa

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 63

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

CATATAN HASIL KEGIATAN KESATUAN GERAK PKK-KKB-KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

Transkripsi:

SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu perwujudan hak asasi manusia yang patut dihargai dan diperjuangkan oleh semua pihak dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; b. bahwa berdasarkan ketentuan pada Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, peran Pemerintah Daerah dalam Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat antara lain menetapkan kebijakan-kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk penetapan peraturan atau keputusan tentang pembinaan PHBS di semua tatanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kabupaten Pati; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3237);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 5062); 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 12 Tahun 2016 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Pati (Lembaran Daerah Kabupaten Pati Tahun 2016 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pati Nomor 98); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Pati Tahun 2016 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pati Nomor 99);

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Pati. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Pati. 4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. 5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang selanjutnya disingkat PHBS adalah sekumpulan perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat/menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. 6. Rumah Tangga adalah wahana atau wadah yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-anaknya serta anggota keluarga lainya dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. 7. Institusi pendidikan adalah lembaga atau tempat di selenggarakannya kegiatan belajar mengajar. 8. Tempat Kerja adalah ruangan tertutup dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha baik Pemerintah maupun swasta. 9. Tempat Umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh Pemerintah, swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat.

10. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti Rumah Sakit Umum Daerah, Rumah Bersalin, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes, Ponkesdes, Dokter SP.OG praktek swasta dan Bidan Praktek Swasta. 11. PHBS pada tatanan Rumah Tangga adalah upaya untuk membudayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. 12. PHBS pada tatanan Institusi Pendidikan adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah yang sehat. 13. PHBS pada tatanan Tempat Kerja adalah upaya untuk memberdayakan pemimpin/pengelola/ pekerja dan masyarakat lingkungan tempat kerja agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja yang sehat. 14. PHBS pada tatanan Tempat Umum adalah upaya untuk memberdayakan pemimpin/pengelola/pengunjung agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang sehat. 15. PHBS pada tatanan Fasilitas pelayanan kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan petugas dan pengunjung institusi kesehatan agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan institusi kesehatan yang sehat. 16. Air Bersih, adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak 17. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandugan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.

18. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. 19. Pemberantasan Sarang Nyamuk adalah kegiatan untuk memberantas tempat perkembang biakan nyamuk yang bertujuan memutus siklus hidup nyamuk. 20. Advokasi adalah upaya atau proses yang sinergis dan terencana untuk mendapatkan kemitraan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait. 21. Kemitraan adalah jalinan kerjasama antara berbagai sektor dan unsur masyarakat yang terkait dengan PHBS berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan asas manfaat bersama. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Pembinaan PHBS dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan sehingga akan meningkatkan kualitas hidup setiap individu, keluarga dan masyarakat. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 Ruang Lingkup Peraturan Bupati ini meliputi : a. Sasaran PHBS; b. Indikator PHBS; c. Pelaksanaan PHBS; d. Peran Serta Masyarakat; e. Pencatatan dan Pelaporan; f. Pembinaan dan Pengawasan.

BAB IV SASARAN PHBS Pasal 4 Sasaran PHBS adalah Individu, keluarga, masyarakat, di Institusi Pendidikan, Tempat Kerja, Tempat Umum, serta Fasilitas pelayanan kesehatan. BAB V INDIKATOR PHBS Pasal 5 (1) Indikator PHBS merupakan alat ukur atau petunjuk yang membatasi fokus perhatian untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di semua tatanan kehidupan masyarakat (2) Tatanan kehidupan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Tatanan Rumah Tangga; b. Tatanan Institusi Pendidikan; c. Tatanan Tempat Kerja; d. Tatanan Tempat Umum; dan e. Tatanan Fasilitas pelayanan kesehatan. Pasal 6 Indikator PHBS pada tatanan Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a, meliputi: a. Memeriksakan Kehamilan secara rutin; b. Persalinan di Fasilitas kesehatan yg memenuhi standar; c. Memberikan ASI Eksklusif; d. Menimbang Balita Secara Teratur; e. Membudayakan makan buah dan sayur setiap hari, serta mengkonsumsi keanekaragaman makanan dalam jumlah cukup; f. Menggunakan Air Bersih; g. Mencuci Tangan dengan Sabun dan air mengalir; h. Menggunakan Jamban Sehat; i. Menggunakan Lantai kedap air; j. Membuang sampah di tempat sampah. k. Melakukan pemberantasan Sarang Nyamuk; l. Melakukan Aktifitas Fisik setiap hari;

m. Menggosok gigi; n. Tidak Merokok; o. Tidak menyalahgunaan alkohol dan Napza; p. Menjadi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional. Pasal 7 Indikator PHBS pada tatanan Institusi Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b, meliputi: a. Mencuci Tangan dengan air mengalir dan sabun. b. Mengkonsumsi makanan sehat dan atau menyediakan kantin sehat; c. Menggunakan Air Bersih; d. Menggunakan Jamban yang bersih dan sehat; e. Melakukan Olahraga yang teratur dan terukur; f. Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk; g. Tidak merokok; h. Tidak menyalahgunakan alkohol dan Napza; i. Menutup mulut jika batuk; j. Periksa kesehatan secara berkala; k. Membuang sampah di tempat sampah; l. Menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah; m. Menjaga kebersihan diri. Pasal 8 Indikator PHBS pada tatanan Tempat Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c, meliputi: a. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun; b. Mengkonsumsi makanan dan minuman sehat; c. Menggunakan jamban sehat; d. Membuang Sampah di tempat sampah; e. Menggunakan Alat pelindung diri pada saat bekerja; f. Tidak merokok; g. Tidak menyalahgunakan alhokol dan Napza; h. Menutup mulut jika batuk; i. Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk; j. Melakukan aktifitas fisik dan peregangan; k. Memerah ASI bagi ibu menyusui diruang laktasi; l. Periksa kesehatan secara berkala.

Pasal 9 Indikator PHBS pada tatanan Tempat Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d, meliputi: a. Mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun; b. Menggunakan jamban sehat; c. Membuang sampah ditempat sampah; d. Tidak merokok; e. Tidak menyalahgunakan alkohol dan napza; f. Menutup mulut jika batuk; g. Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk; h. Memerah ASI bagi ibu menyusui di ruang laktasi. Pasal 10 Indikator PHBS pada tatanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf e, meliputi: a. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir; b. Mengkonsumsi makanan dan minuman sehat; c. Menggunakan jamban sehat; d. Membuang sampah di tempat sampah; e. Menggunakan alat pelindung diri; f. Tidak merokok; g. Tidak menyalahgunakan alkohol dan napza; h. Menutup mulut jika batuk; i. Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk; j. Memerah ASI bagi ibu menyusui di ruang laktasi; k. Periksa kesehatan secara berkala; l. Melakukan aktifitas fisik secara teratur; m. Anak dibawah usia 14 tahun tidak diperbolehkan menjenguk orang sakit. Pasal 11 Ketentuan lebih lanjut mengenai indikator PHBS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 10 diatur dalam petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan.

BAB VI PELAKSANAAN PHBS Pasal 12 (1) Dalam rangka percepatan peningkatan derajat kesehatan masyarakat seluruh masyarakat wajib ber PHBS. (2) Penyelenggaraan Pembinaan PHBS dilakukan secara terpadu, berjenjang dan berkesinambungan. Pasal 13 Penyelenggaraan Pembinaan PHBS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 meliputi : a. tingkat kabupaten; b. tingkat kecamatan; c. tingkat desa/kelurahan; dan d. tingkat tatanan. Pasal 14 (1) Penyelenggaraan pembinaan PHBS di Tingkat Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan. (2) Dalam penyelenggaraan pembinaan PHBS di Tingkat Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk Forum PHBS Tingkat Kabupaten. (3) Forum PHBS Tingkat Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beranggotakan unsur Dinas Kesehatan, unsur perangkat daerah terkait dan dapat melibatkan organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, akademisi, dunia usaha serta tokoh masyarakat. (4) Tugas Forum PHBS Tingkat Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. Memberikan masukan dalam penyusunan kebijakankebijakan koordinatif dalam rangka penyelenggaraan pembinaan PHBS di semua tatanan.

b. memberikan dukungan dalam penyelenggarakan pelatihan pembinaan PHBS bagi pengelola institusi pendidikan, pemilik/pengelola tempat kerja, pemilik/pengelola tempat umum, pemilik/pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, aparatur desa dan kelurahan, kader pemberdayaan masyarakat (KPM), dan lembaga kemasyarakatan serta pihak-pihak lain. c. melakukan advokasi kepada para pemangku kepentingan untuk mendukung pembinaan PHBS di semua tatanan. d. memfasilitasi Forum PHBS Kecamatan dalam pembinaan PHBS di semua tatanan. e. memfasilitasi kecamatan, desa, dan kelurahan untuk ikut bertanggungjawab dalam pembinaan PHBS di rumah tangga. f. melakukan rapat berkala untuk pemantauan perkembangan PHBS di tingkat kabupaten. g. melaporkan perkembangan PHBS ditingkat kabupaten kepada Bupati. Pasal 15 (1) Penyelenggaraan pembinaan PHBS di tingkat kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b dikoordinasikan Camat. (2) Dalam penyelenggaraan pembinaan PHBS di Tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk Forum PHBS Tingkat Kecamatan. (3) Forum PHBS Tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beranggotakan unsur kecamatan, unsur instansi terkait dan dapat melibatkan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha serta tokoh masyarakat. (4) Tugas Forum PHBS Tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi : a. melakukan advokasi kepada Pemilik koorporasi, pengelola institusi dan tempat umum, pejabat-pejabat Desa serta pihak pihak lain untuk mendukung pembinaan PHBS di semua tatanan di tingkat kecamatan.

b. memfasilitasi Forum Kesehatan Desa dalam pembinaan PHBS tatanan rumah tangga. c. melakukan rapat berkala untuk pemantauan perkembangan PHBS lingkup kecamatan. d. melaporkan perkembangan PHBS semua tatanan kepada Camat. (5) Pembentukan Forum PHBS Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat terintegrasi dengan Forum Desa Siaga Aktif tingkat kecamatan atau dengan sebutan lain yang telah terbentuk. Pasal 16 (1) Penyelenggaraan pembinaan PHBS di tingkat Desa/kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c dikoordinasikan Kepala Desa/ Lurah; (2) Dalam penyelenggaraan pembinaan PHBS di Tingkat Desa/kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk Forum PHBS Tingkat Desa/kelurahan. (3) Forum PHBS Tingkat Desa/kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beranggotakan kepala desa/lurah, perangkat desa/kelurahan, Bidan di Desa, dan Tokoh Masyarakat. (4) Tugas Forum PHBS Desa/kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi : a. menyusun rencana pembinaan PHBS rumah tangga yang terintegrasi dalam pembangunan desa atau kelurahan secara partisipatif; b. menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk terwujudnya PHBS di Rumah Tangga; c. melakukan rapat berkala untuk pemantauan perkembangan PHBS Rumah Tangga; d. Secara berkala melaporkan perkembangan PHBS di Rumah Tangga kepada Kepala Desa/Lurah.

(5) Pembentukan Forum PHBS Tingkat Desa dapat terintegrasi dengan Forum Kesehatan Desa atau dengan sebutan lain yang telah dibentuk di tingkat desa. Pasal 17 (1) Dalam penyelenggaraan pembinaan PHBS di tingkat tatanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d, dapat dibentuk kelembagaan yang bersifat Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). (2) Kelembagaan yang bersifat Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM). (3) Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki tugas: a. menyusun rencana pembinaan PHBS di masing-masing lingkup tatanan; b. melaksanakan promosi kesehatan kepada masyarakat, institusi dan membantu masyarakat institusi memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi; c. menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar sesuai kewenangannya; d. melaksanakan pencatatan dan pelaporan. Pasal 18 (1) Metode pembinaan PHBS di semua tatanan dilaksanakan melalui upaya pemberdayaan masyarakat, advokasi dan kemitraan. (2) Upaya Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk mensosialisasikan masyarakat agar memiliki peran yang besar dalam pengambilan keputusan dan penetapan tindakan yang berkaitan dengan kesehatannya. (3) Advokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk mengajak pemangku kepentingan maupun masyarakat berkomitmen untuk berperanserta dalam program dan kegiatan.

(4) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka pemberdayaan dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan dengan prinsip kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan. Pasal 19 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pembinaan PHBS di tingkat Kabupaten, Kecamatan, Desa/Kelurahan dan tatanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 sampai dengan Pasal 17 diatur dalam petunjuk teknis yang ditetapkan oleh kepala Dinas Kesehatan. BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 20 Peran serta masyarakat terhadap penyelenggaraan pembinaan PHBS dapat melalui : a. aktif turut serta memberikan sumbangan pemikiran dan penyebaran informasi terkait dengan penyelenggaraan PHBS; b. memberikan dukungan pendanaan dan sarana prasarana; c. membantu melakukan evaluasi dan umpan balik pelaksanaan program penyelenggaraan PHBS. BAB VIII PENCATATAN DAN PELAPORAN Pasal 21 (1) Pencatatan dan Pelaporan dilakukan guna mengetahui tingkat penerapan pelaksanaan PHBS di semua tatanan sebagai dasar pembinaan yang berkesinambungan; (2) Pencatatan pelaporan dilaksanakan oleh kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) atau kelembagaan lainnya di semua tatanan;

Pasal 22 (1) Untuk keperluan evaluasi keberhasilan program, dikembangkan sistim Stratifikasi di semua tatanan yang menggambarkan tingkat penerapan atau Strata PHBS dijalankan; (2) Tingkat penerapan PHBS atau Strata PHBS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Pratama; b. Madya; c. Utama; d. Paripurna. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Strata PHBS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan. BAB IX PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN Pasal 23 (1) Bupati melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan pembinaan PHBS di daerah. (2) Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan. (3) Dalam melaksanakan Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan Forum PHBS. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pati. Ditetapkan di Pati pada tanggal 28 November 2017 BUPATI PATI, Ttd. HARYANTO Diundangkan di Pati pada tanggal 28 November 2017 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PATI, Ttd. SUHARYONO BERITA DAERAH KABUPATEN PATI TAHUN 2017 NOMOR 78