BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit masyarakat serta andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus adalah penyakit yang sering diderita masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular saat ini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak menular yang menyita banyak perhatian adalah diabetes melitus (Depkes RI, 2013). Diabetes melitus, atau sering hanya disebut dengan diabetes, adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak mampu lagi memproduksi insulin, atau ketika tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang dihasilkan (IDF, 2013). Diabetes tipe 2 merupakan jenis yang paling umum dari diabetes, yang mencapai 90-95% dari seluruh penderita diabetes. Diabetes tipe 2 disebut juga dengan diabetes yang tidak bergantung pada insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes), yang umumnya disebabkan oleh resistensi insulin atau defek sekresi insulin dengan defisiensi insulin relatif (ADA, 2013). Ketidakmampuan memproduksi insulin atau penggunaannya yang tidak efektif menyebabkan kadar glukosa menumpuk di dalam darah atau dikenal sebagai hiperglikemia, dan kadar glukosa yang tinggi tersebut akan mempengaruhi terjadinya kerusakan pada tubuh serta kegagalan berbagai organ dan jaringan (IDF, 2013). Diabetes yang sering tidak terkontrol dapat mengakibatkan komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, kebutaan, penyakit ginjal, penyakit sistem saraf, amputasi kaki, dan kematian (Al- Khawaldeh, Al-Hassan & Froelicher, 2012).

Penyakit diabetes selain karena faktor keturunan, juga disebabkan pola hidup yang salah atau pola makan yang sudah berubah, aktifitas yang kurang dan faktor lingkungan tidak baik, sehingga penyakit tersebut semakin sulit untuk diobati. Faktor lingkungan seperti promosi makanan atau banyaknya fast food, karena mengkonsumsi makanan yang berlebih, kurangnya aktifitas, juga menyebabkan prevalensi diabetes menjadi tinggi dengan persentase sekitar 60%- 70% (Lindarto, 2013b). Selain menimbulkan banyak keluhan bagi penderitanya, diabetes juga sangat berpotensi menimbulkan komplikasi yang berat, yang membuat penderita tidak mampu lagi beraktivitas atau bekerja seperti biasa, dan memberikan beban bagi keluarga, dan merupakan penyakit yang paling merugikan dari segi ekonomi, karena memerlukan perawatan dan pengobatan seumur hidup (Kwek, 2013). Oleh karena tingginya angka kesakitan dan kematian yang berkaitan dengan diabetes, maka peningkatan jumlah penduduk yang menderita penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang serius dan merupakan beban ekonomi utama dalam sistem pelayanan kesehatan (PKM-Nusapenida, 2012). Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) ditemukan bahwa jumlah penderita diabetes tipe 2 meningkat setiap tahunnya di setiap negara. Pada tahun 2013, ditemukan sebanyak 382 juta orang menderita diabetes, diabetes menyebabkan 5,1 juta kematian dan penderita diabetes meninggal setiap enam detik. Pada tahun 2035 penderita diabetes diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang, dan Indonesia berada pada urutan ke-7 di antara sepuluh

negara di dunia dengan penderita diabetes terbesar di bawah negara Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Mexico (IDF, 2014). Peningkatan kasus diabetes juga terjadi sangat pesat di kawasan ASEAN. Prevalensi penyakit diabetes di ASEAN saat ini sekitar 8,7%, dan terdapat 51% penderita yang tidak mengetahui dirinya mengidap diabetes. Prevalensi penyakit diabetes di Indonesia secara nasional pada tahun 2013 yaitu 5,7%, atau sekitar 10 juta orang yang terkena diabetes dan 18 juta lainnya terancam diabetes (Subekti, 2013). Kasus yang terbanyak dari populasi diabetes di Indonesia adalah diabetes tipe 2 yang mencapai 90%, dan pada tahun 2030 Indonesia diperkirakan akan memiliki penyandang diabetes sebanyak 21,3 juta jiwa (Depkes RI, 2013). Penderita diabetes di Sumatera Utara juga meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2013, Sumatera Utara memiliki prevalensi diabetes sebesar 5,3% atau hanya 0,4% di bawah rata-rata nasional. Meskipun demikian, prevalensi ini harus diwaspadai karena penderita yang telah mengetahui memiliki diabetes sebelumnya hanya sebesar 26%, sedangkan sekitar 74% yang tidak mengetahui bahwa mereka telah menderita diabetes (Lindarto, 2013a). Diabetes juga merupakan penyakit yang paling banyak diderita pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan selama Bulan April 2011. Dari data jumlah kunjungan rawat jalan di rumah sakit tersebut pada bulan April 2011 mencapai 4730 orang. Dari data tersebut jumlah penyakit yang mendominasi adalah diabetes yaitu mencapai 1404 kunjungan dan jumlah kasus baru diabetes yang ditemukan mencapai 134 orang (Perangin-angin, 2011).

Berdasarkan data Rekam Medik pada tahun 2013, jumlah penderita diabetes tipe 2 baik di Poliklinik Endokrin dan di Ruang Rawat Inap mencapai 957 orang. Seseorang dengan penyakit kronis akan mengalami perubahan secara dramatis dalam kegiatan sehari-hari, dan diharapkan dapat melakukan kegiatan manajemen diri untuk membantu menghindari komplikasi terkait penyakit dan mempertahankan kualitas hidup. Manajemen diri merupakan seperangkat keterampilan perilaku yang dilakukan dalam mengelola penyakit secara mandiri (Goodall & Halford 1991; Wu et al., 2007), dan merupakan landasan manajemen perawatan kronis, sehingga pasien dapat belajar dan mempraktekkan keterampilan untuk melanjutkan hidup dengan kondisi emosional yang baik dalam menghadapi penyakit kronis (Yoo et al., 2011). Diabetes merupakan penyakit kronis yang membutuhkan manajemen diri diabetes sebagai komponen penting bagi setiap individu dalam pengelolaan penyakitnya dan merupakan hal terpenting untuk mengendalikan dan mencegah komplikasi diabetes (Xu et al., 2008). Perilaku manajemen diri yang harus dilakukan oleh penderita diabetes mencakup mengatur pola makan, latihan fisik, minum obat, pemantauan glukosa darah, dan perawatan kaki (Shamoon et al., 1993; Xu et al, 2008). Keberhasilan manajemen diri diabetes bergantung pada aktivitas perawatan diri individu untuk mengontrol gejala dan menghindari komplikasi. Jika kegiatan perawatan diri dilakukan secara teratur, maka dapat mencegah komplikasi yang timbul akibat diabetes (Wu et al., 2007). Manajemen diri pada diabetes merupakan tugas yang menantang yang membutuhkan perubahan gaya hidup jangka panjang dan dedikasi yang tinggi

(Bean; Cundy & Petrie, 2007). Perilaku dalam mengontrol diabetes ini sangat penting, akan tetapi perilaku manajemen diri tidak dilakukan secara konsisten oleh pasien diabetes (Xu et al., 2008). Pasien diabetes yang mendapatkan pengetahuan tentang manajemen perawatan diri untuk penyakitnya, juga sulit melakukan perubahan perilaku dan gaya hidup (Rapley & Fruin, 1999; Wu et al., 2007). Pasien tidak selalu menerapkan perubahan perilaku yang diinginkan (Sharoni & Wu, 2012), dan banyak penderita diabetes yang tidak terlibat dalam semua praktik manajemen diri (Sarkar, Fisher & Schillinger, 2006; Xu et al., 2008; Hunt et al., 2012; Al-Khawaldeh, Al-Hassan & Froelicher, 2012). Dasar kesuksesan dalam manajemen perawatan diri dari penyakit apapun adalah efikasi diri. Bandura (1994) menjelaskan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mencapai suatu tingkat kinerja yang mempengaruhi setiap peristiwa dalam hidupnya. Efikasi diri menentukan bagaimana seseorang merasa, berpikir, memotivasi diri, dan berperilaku dari waktu ke waktu (Beckerle & Lavin, 2013). Konsep efikasi diri juga digambarkan sebagai rasa kontrol pribadi atas perubahan yang diinginkan atau keyakinan bahwa individu dapat mencapai perilaku tertentu. Berkaitan dengan manajemen diri, efikasi diri mencerminkan keyakinan kemampuan pasien untuk mengatur dan mengintegrasikan perilaku manajemen diri baik terhadap fisik, sosial, dan emosional guna menciptakan solusi dalam menghadapi masalah pada kehidupan sehari-hari (Yoo et al., 2011). Teori efikasi diri memberikan alasan ilmiah sebagai strategi yang memiliki potensi untuk meningkatkan kepercayaan diri individu terhadap kemampuannya

untuk melakukan perubahan perilaku (Wu et al., 2007). Definisi ini menjelaskan bahwa efikasi diri individu berhubungan dengan situasi dan tugas tertentu, seperti manajemen perawatan diri pada diabetes tipe 2 (Lenz & Shortridge-Baggett 2002; Sharoni & Wu, 2012). Efikasi diri telah terbukti menjadi faktor penting dalam perilaku kesehatan promotif (Bandura, 1995), dan merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku perawatan diri pada pasien dengan diabetes tipe 2 (Hunt et al., 2012). Sejumlah artikel yang diterbitkan secara internasional menunjukkan bahwa efikasi diri merupakan prediktor kuat yang berperan penting dalam manajemen diri pada pasien dengan diabetes tipe 2, efikasi diri yang kuat akan berhubungan positif terhadap partisipasi dalam perilaku manajemen diri pada diabetes (Sarkar, Fisher & Schillinger, 2006; Bean, Cundy & Petrie, 2007; Wu et al., 2007; Xu et al., 2008; Lee, Ahn & Kim., 2009; Hunt et al., 2012; Sharoni & Wu, 2012; Al- Khawaldeh, Al-Hassan & Froelicher, 2012; Gao et al., 2013). Di Indonesia masih banyak penyandang diabetes yang belum terdiagnosis, hanya dua pertiga saja dari yang terdiagnosis yang menjalani pengobatan, baik non farmakologis maupun farmakologis. Dari jumlah pasien yang menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiganya saja yang terkendali dengan baik (PERKENI, 2011). Hasil penelitian dari Kusniyah, Nursiswati, & Rahayu (2010) menyimpulkan bahwa pasien diabetes tipe 2 masih memiliki tingkat self-care yang rendah. Hasil penelitian dari Kusniawati (2011) juga menyimpulkan bahwa aktivitas perawatan diri pasien diabetes tipe 2 masih rendah pada monitoring gula darah mandiri dan perawatan kaki.

Dalam perawatan diabetes, perawatan kolaboratif antar disiplin oleh praktisi pelayanan primer bekerja sama dengan perawat, ahli gizi, ahli endokrin, dan spesialis lainnya dapat meningkatkan status kesehatan pasien diabetes (Wagner et al., 2001; Siminerio et al., 2007). Perawat merupakan salah satu penyedia layanan kesehatan yang secara aktif terlibat dalam pencegahan dan deteksi dini diabetes dan komplikasinya, serta berusaha membantu mengurangi masalah pasien baik dari aspek fisik, emosional, mental, sosial-budaya dan spiritual (Aalaa et al., 2012). Oleh sebab itu, penting bagi perawat untuk memahami konsep efikasi diri dan manajemen diri pada pasien diabetes, sehingga dapat meningkatkan kompetensi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan secara holistik khususnya pada pasien diabetes tipe 2. 1.2. Permasalahan Efikasi diri dan manajemen diri pada pasien diabetes tipe 2 merupakan dua komponen penting sebagai dasar untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam mengelola penyakitnya, mencegah komplikasi terkait diabetes dan mempertahankan kualitas hidup. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku manajemen diri pada pasien diabetes tipe 2 masih belum optimal, dan efikasi diri merupakan faktor paling kuat yang menentukan seseorang untuk melakukan manajemen diri diabetes. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin menganalisis lebih jauh hubungan antara efikasi diri dengan manajemen diri pada pasien diabetes tipe 2.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan manajemen diri pada pasien diabetes tipe 2. 1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: 1) Mengidentifikasi efikasi diri pada pasien diabetes tipe 2, 2) Mengidentifikasi manajemen diri pada pasien diabetes tipe 2, 3) Menganalisis hubungan antara efikasi diri dengan manajemen diri pada pasien diabetes tipe 2, 4) Menganalisis hubungan antara karakteristik responden dengan manajemen diri pada pasien diabetes tipe 2. 1.4. Hipotesis Hipotesis merupakan sebuah pernyataan prediksi atau penjelasan tentatif tentang keterkaitan antara dua variabel atau lebih (Polit & Beck, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara efikasi diri dengan manajemen diri pada pasien diabetes tipe 2.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan rujukan ilmiah bagi perawat pendidik dan mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan konsep efikasi diri dan manajemen diri pada diabetes tipe 2, sehingga dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes tipe 2. 1.5.2. Bagi Pelayanan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para perawat praktisi dan perawat edukasi diabetes dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan secara holistik, berkolaborasi dengan pasien dan tim kesehatan lainnya dalam mengaplikasikan praktik asuhan keperawatan untuk meningkatkan efikasi diri dan manajemen diri pada pasien dengan diabetes tipe 2. 1.5.3. Bagi Penelitian Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah riset keperawatan dan memfasilitasi para peneliti keperawatan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan riset keperawatan yang berguna bagi pengembangan manajemen asuhan keperawatan pasien dengan diabetes tipe 2.