BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberlakuan zona ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada 2015 nanti akan membawa dampak yang sangat luas pada berbagai aspek termasuk aspek pelayanan kesehatan. AFTA merupakan wujud dari kesepakatan dari negaranegara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya (Depkeu, 2012). Indonesia sebagai Negara anggota ASEAN yang tentunya juga ikut dalam penandatanganan perjanjian AFTA, dituntut dan wajib untuk memikirkan bagaimana mengatasi masalah tersebut agar meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan yang memenuhi standar global (Hamid, 1997). Pelaksanaan suatu layanan kesehatan yang bermutu dan sesuai dengan standar internasional, mempunyai beberapa syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud mencakup enam hal pokok yaitu; tersedia, wajar, berkesinambungan, dapat diterima, dapat dijangkau dan efisien (Azwar, 1996). Berdasarkan data dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) Kementerian Kesehatan Rrepublik Indonesia pada tahun 2012 didapatkan bahwa jumlah tenaga kesehatan di Indonesia adalah 668.552 orang dengan 32,91% diantaranya adalah perawat (Depkes, 2013).
Gillies (1994) menyatakan bahwa 40% - 60% pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling dominan di rumah sakit dan memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam sehari secara terus menerus. Kemampuan perawat yang tidak memadai sebagai hambatan utama untuk memberikan kesehatan yang berkualitas tinggi (Liang, et al 2012), sedangkan Kron & Gray (1981) menyatakan bahwa asuhan keperawatan merupakan titik sentral dari pelayanan keperawatan dimana kualitas pelayanan sangat dipengaruhi oleh kualitas pemberi asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang berkualitas di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh motivasi dari setiap perawat itu sendiri. Motivasi bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan produktivitas kerja bawahan dalam mencapai tujuan organisasi. Motivasi timbul karena dorongan dari dalam diri sendiri (internal motives) maupun dari luar diri (external motives) (Winardi, 2007). Penelitian Supratman (2002) tentang analisis hubungan faktorfaktor motivasi dan karakteristik demografi dengan prestasi kerja perawat di RS Islam Jakarta dengan jumlah responden 189 orang, menyebutkan bahwa motivasi yang tinggi akan menyebabkan prestasi kerja perawat yang tinggi pula sedangkan penelitian Norman (2006), tentang pengaruh motivasi perawat terhadap tindakan keperawatan pada pasien pasca bedah di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, didapatkan hasil bahwa perawat pelaksana belum mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada pasien, disebabkan oleh rendahnya motivasi kerja perawat sebagai pegawai institusi pemerintahan dan kurangnya kesadaran perawat terhadap status pekerjaan sebagai fungsi pelayanan kesehatan.
Profil kesehatan Aceh tahun 2012, menunjukkan rasio jumlah perawat yang ada di Kota Langsa adalah 153,08 per 100,000 penduduk, ini melebihi standar normal menurut indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu 117,5 per 100,000 penduduk, melihat sebaran maksimal tersebut seharusnya beban kerja perawat menjadi lebih ringan ataupun seimbang sehingga kinerja perawat pelaksana menjadi lebih baik. Namun menurut 5 orang perawat pelaksana yang di wawancarai, kurangnya motivasi mereka untuk meningkatkan prestasi kerja mereka yang belum memuaskan disebabkan oleh beban kerja mereka yang tinggi dan kurangnya perhatian dari atasan terhadap prestasi kerja mereka, serta tidak adanya perbedaan insentif yang diterima antara yang rajin dengan yang malas bekerja. Kurangnya perhatian dan beban kerja yang tinggi serta tidak adanya perbedaan insentif yang diterima akan menimbulkan kelelahan dan stress kerja. Departemen Kesehatan mendefinisikan beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun, pada sarana kesehatan. Kelelahan perawat dalam bekerja dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan kerja yang akan mengakibatkan kemunduran penampilan kerja (Tappen, 1998), sedangkan menurut Ilyas (2004), kelelahan kerja perawat juga akan memberikan dampak pada asuhan pelayanan keperawatan yang diberikan tidak akan optimal dan terjadi penurunan kinerja. Mathis & Jackson (2002) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan berdasarkan tugas pokok dan fungsinya masing masing. Sedangkan Gibson (1996) menyatakan bahwa salah satu hal yang mempengaruhi kinerja adalah motivasi.
Survei kepuasan pasien terhadap kinerja perawat yang dilakukan oleh bidang keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Langsa pada tahun 2012 dengan jumlah sampel 76 orang pasien yang dirawat di bagian rawat inap didapati 65% pasien menyatakan perawat kurang perhatian, 48% menyatakan perawat kurang ramah dan suka marah-marah, 53% menyatakan perawat tidak ada motivasi dalam bekerja dan hanya menunggu perintah dokter, 35% menyatakan perawat tidak disiplin dalam bekerja dan sering meninggalkan ruangan dan 70% menyatakan tidak puas dengan pelayanan di rumah sakit (Bidang Keperawatan RSUD Langsa, 2012). Hasil ini menunjukkan bahwa kinerja perawat pelaksana masih kurang dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Rendahnya angka kepuasan terhadap pelayanan perawatan di Rumah Sakit Umum Langsa ini merupakan indikator terhadap rendahnya kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Langsa yang diduga sebagai akibat dari rendahnya motivasi dan tingginya beban kerja perawat dalam melaksanakan tugas-tugasnya, padahal Rumah Sakit Umum Langsa merupakan rumah sakit kelas B, selain sebagai rumah sakit rujukan untuk tiga kabupaten/ kota juga merupakan rumah sakit pendidikan. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitiaan ini adalah: bagaimana hubungan motivasi dan beban kerja dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. 1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum adalah mengetahui hubungan antara motivasi (intrinsik dan ekstrinsik) dan beban kerja dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat motivasi kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa 2. Untuk mengetahui beban kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa 3. Untuk mengetahui kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa 4. Mengetahui pengaruh motivasi dan beban kerja terhadap kinerja perawat pelaksana diruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa 1.4. Hipotesis Ada hubungan motivasi dan beban kerja dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat bagi rumah sakit Mengetahui bagaimana pentingnya memotivasi kerja para perawat pelaksana dalam upaya meningkatkan kinerja mereka serta masukan bagi bagian keperawatan dan bagian kepegawaian dalam mengelola sumberdaya manusia khususnya tenaga keperawatan sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan pasien sebagai klien menjadi lebih puas. 1.5.2. Manfaat bagi pendidikan keperawatan
Menambah ilmu pengetahuan tentang manajemen keperawatan pada aspek motivasi, beban kerja dan prestasi kerja perawat, sehingga bisa menjadi tambahan literature baru dalam memperkaya khasanah ilmu keperawatan. 1.5.3. Manfaat bagi peneliti Menambah pengetahuan peneliti dalam mengaplikasikan konsep dari manajemen keperawatan di tatanan pelayanan keperawatan.