BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB 1 PENDAHULUAN. kesepakatan global ( Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, karena

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Penurunan angka kematian ibu per kelahiran bayi. Millenium (Millenium Development Goals/MDGs).

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya, kesejahteraan anak

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

suplemen Informasi Jampersal

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

KERANGKA ACUAN PELACAKAN KASUS KEMATIAN IBU/BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) kelima, berjalan. 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin.

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa negara di dunia mencerminkan ketidakadilan

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Pada

Dinamika Kesehatan Vol. 7 No. 2 Desember 2016 Rahman, et. al.,gambaran Tingkat...

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu bersalin (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

TENTANG BUPATI SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Amerika Latin dan Karibia 85/ KH, Amerika Utara 23/ KH

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, Afrika Utara jiwa dan Asia Tenggara jiwa. AKI di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Dimana MDGs adalah. Millenium Summit NewYork, September 2000 (DKK Padang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MGD s) atau tujuan pembangunan milenium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan selama periode masa nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya 5,5 % per tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan

146 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah satu yang menjadi masalah kesehatan dunia adalah kematian ibu hamil, bersalin dan kematian bayi. Menurut data WHO (2010) bahwa sebanyak 536.000 wanita meninggal di seluruh dunia karena persalinan dan sebanyak 99% kematian ibu tersebut banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dan kematian bayi jumlahnya sebanyak 6,9 juta balita yang meninggal di tahun 2011 (Kaban,2012). Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Hal ini masih menjadi masalah yang serius. Besar Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia juga masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN. AKI Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 160 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam sama seperti Malaysia 160 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup dan Brunei 33 per 100.000 per kelahiran hidup (Depkes,2008). AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007. Penyebab kematian ibu

di Indonesia yaitu akibat perdarahan, eklampsia, sepsis, infeksi dan gagal paru (Desi,2012). Masalah kematian bayi juga perlu mendapat perhatian. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara sehingga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Menurut data WHO (2010) jumlah kematian bayi yang berumur di bawah 5 tahun yaitu 7,6 juta bayi. Hampir 90 % dari kematian tersebut karena neo natal, pneumonia, diare, malaria, campak dan HIV/AIDS. Faktor yang memengaruhi AKB menurut UNICEF (2001) yaitu menurunnya kualitas hidup anak pada usia 3 tahun pertama hidupnya yaitu gizi buruk, ibu sering sakit, status kesehatan buruk, kemiskinan dan diskriminasi gender. Di antara 10 negara ASEAN, AKB Indonesia menempati peringkat ke-7 sebelum Kamboja, Laos, dan Myanmar. Besar AKB di Indonesia menurut SDKI Tahun 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup (Kaban,2012). Langkah dunia yang telah dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB yaitu melalui Millenium Development Goal s (MDG s). MDG s 4 terkait dengan penurunan kematian balita dan MDG s 5 penurunan kematian ibu. Dalam pernyataan WHO dijelaskan bahwa sasaran MDG s 4 sampai tahun 2015 yaitu mengurangi dua pertiga jumlah kematian anak di dunia. WHO juga menyatakan bahwa target untuk mencapai MDG s 5 antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen per tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang dari 1% per tahun. Di Indonesia, Kementerian

Kesehatan menetapkan sasaran untuk menurunkan AKI sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 24 per 1.000 kelahiran (Desi,2012). Menurut data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, AKI sebesar 249 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup. Dari Profil Kesehatan Kabupaten Dairi Tahun 2010 diketahui AKI 209 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 14 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di kabupaten ini disebabkan karena gangguan lever, eklampsia, pre eklampsia, infeksi postpartum dan komplikasi puerperum. Penyebab kematian bayi disebabkan karena kematian janin dalam kandungan, BBLR, asfiksia, prematur dan sebab lainnya. Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3% dan lain-lain 11% (SKRT 2001). Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan diantaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan emergensi. Dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB, Kementerian Kesehatan menekankan pada penyediaan pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas di masyarakat (Riskesdas,2010). Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Berdasarkan

Susenas, persentase persalinan yang dilakukan tenaga kesehatan cenderung terus membaik dari 72,53% (2007) menjadi 81,25% (2011) sedangkan persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru mencapai sekitar 69,3%. Perbandingan dengan hasil SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66% (SDKI 2003) menjadi 73% (SDKI 2007). Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand dimana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. Kendala yang menyebabkan rendahnya keinginan masyarakat mengambil keputusan dalam hal persalinan yang ditolong tenaga kesehatan yaitu karena kondisi geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya dan rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan serta disparitas antar daerah yang berbeda satu sama lain. Kendala lain adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas tenaga kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan (Jampersal). Kementerian Kesehatan pada Januari 2011 mengeluarkan kebijakan Jampersal melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 631/MENKES/PER/III/2011 tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Jampersal untuk mengatur pelaksanaan Jampersal. Oleh karena peraturan tersebut tidak sesuai lagi dengan kebutuhan yang ada di daerah maka sejak Desember 2011, Juknis tersebut diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 2562/MENKES/PER/XII/2012. Kebijakan Jampersal dapat dilihat

sebagai salah satu faktor yang penting perlunya meningkatkan akses masyarakat terhadap persalinan yang sehat dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan (Kemenkes,2011). Jampersal adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Sasarannya adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (pasca melahirkan sampai 42 hari) dan bayi baru lahir (0-28 hari). Dan yang dapat memperoleh pelayanan jaminan persalinan adalah seluruh ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan. Tujuannya untuk menjamin akses pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB. Dana Jampersal diperoleh dari Dana Jaminan Persalinan bersumber dari APBN Kementerian Kesehatan untuk mewujudkan tujuan Jampersal (Kemenkes,2011). Jampersal diselenggarakan secara nasional sejak tahun 2011, telah mencapai sosialisasi yang baik serta pelaksanaannya dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama pemerintah yaitu puskesmas dan jaringannya termasuk Poskesdes/Polindes maupun tingkat lanjutan yaitu rumah sakit serta di fasilitas kesehatan swasta yang melakukan perjanjian kerjasama dengan dinas kesehatan seperti dokter praktik swasta, klinik swasta, bidan praktik swasta, klinik bersalin atau rumah sakit swasta. Program Jampersal dilaksanakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari 33 provinsi dengan jumlah kabupaten/kota sebanyak 497 kabupaten/kota. Bagi mereka yang tidak memiliki jaminan pembiayaan persalinan

dapat memanfaatkan Jampersal. Mereka hanya membutuhkan kartu identitas diri untuk mendapatkan pelayanan Jampersal yang dijamin oleh pemerintah. Menurut Juknis Jampersal 2011, puskesmas yang dapat memberikan pelayanan Jampersal adalah puskesmas yang minimal berstatus PONED yaitu Puskesmas Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar. Puskesmas PONED adalah puskesmas yang mempunyai kemampuan dalam memberikan pelayanan obstetrik (kebidanan) dan bayi baru lahir emergensi dasar. Selain itu, Jampersal juga diberikan di Rumah Sakit Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) adalah rumah sakit yang mempunyai kemampuan dalam memberikan pelayanan obstetrik (kebidanan) dan bayi baru lahir emergensi komprehensif. Rumah sakit ini sebagai rujukan pelayanan Jampersal. Kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan bagi individu maupun keluarga di fasilitas kesehatan dapat dipengaruhi beberapa hal. Menurut teori pola pemanfaatan pelayanan kesehatan dari Andersen ada faktor- faktor utama yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor kebutuhan. Faktor predisposisi digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda- beda yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu ciri-ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan. Faktor pemungkin adalah sebagai keadaan atau kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan terdiri dari sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat. Karakteristik kebutuhan

merupakan komponen yang paling langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Yang termasuk faktor kebutuhan adalah kebutuhan yang dirasakan dan diagnosis klinik atau evaluasi dari petugas. Berdasarkan survey pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Parongil bahwa pemanfaatan palayanan Jampersal diduga dipengaruhi oleh 3 faktor tersebut. Dari faktor predisposisi diduga umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan ibu bersalin berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal. Faktor pemungkin yang diduga berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal diantaranya pelayanan bidan serta fasilitas. Demikian juga dari faktor kebutuhan yaitu kebutuhan ibu bersalin di daerah tersebut. Puskesmas Parongil yang berstatus PONED, sejak Januari 2011 telah melaksanakan pelayanan Jampersal. Dari data pelayanan KIA puskesmas diketahui kunjungan ke-4 (K4) ibu hamil sebesar 33,54%. Hal ini belum mencapai target kunjungan K4 sebesar 95%. Dan cakupan pertolongan persalinan sebesar 36%. Target cakupan pertolongan persalinan harusnya sebesar 90%. Di wilayah kerja Puskesmas tersebut terdapat 14 bidan yang kesemuanya belum merata tersebar di 6 desa yang ada di wilayah kerja puskesmas. Dan jumlah ibu bersalin tahun 2011 sebanyak 95 orang yang keseluruhannya belum memanfaatkan pelayanan Jampersal. Hal ini yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi.

1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi. 1.4 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi pengelola Jampersal dalam membuat kebijakan dan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. 2. Sebagai masukan untuk stakeholder pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan Juknis Jampersal.

3. Sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan kebijakan.