JURNAL ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA MANTRA TUTURAN SAWAI SUKU KUTAI DI DESA BATU TIMBAU KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUTAI TIMUR THE ANALYSIS OF FUNCTION AND MEANING OF INCANTATION TUTURAN SAWAI KUTAI TRIBE IN THE BATU TIMBAU VILLAGE OF BATU AMPAR DISTRICT, KUTAI TIMUR Oleh EKA JAYANTI ANDRIANINGSIH NIM. 1114015011 UP. FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2015
SALAMAN PENGESAIIAN AT{ALI$S TUNGST I}AITI MAINA TUTURAN'OMANTRA SA\IYAI' SIIKU KUTAI I'I I}ESA BATU IIMBAU KECAMATAN BATU AMPAR KABI]PATEN KTITAI TTMT'R Oleh EKA JAYAIiITI AIII'RIANINGSIH NIM 1114015011 Sk*psi *d 6&qg scfuayd safrt seat Eua t*unaenytculqp t $4s a<ff?n*ng 31 tkrogran SM Sasta h[rllrlsia Ap.'.FoSytta I fffi &tlcto *tfuotritu*h{awwt Monyctnjui, Pembimbing I, Dr. Hamsyi Ghazali, M.Pd NIP. 19580512 199t02 t Wt NIP : 19ffi1020 198603 2 Nl Ilckrn Frknltas Ihu Budaya Dr. H. Mursalim, M. Hum NIP. 19540717 198803 I 001
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran prosesi dalam ritual dan hubungan fungsi serta makna yang dikandung dalam mantra tuturan sawai suku Kutai. Selain itu sebagai bahan kajian dalam kegiatan penelitian sastra lisan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif dengan menggunakan teknik wawancara langsung dengan informan, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini mengunakan teknik analisis isi (content analysis) yang terdiri atas analisis wacana, analisis retorika, analisis isi etnografis, dan analisis percakapan. Hasil penelitian ini adalah data berupa teks mantra tuturan sawai dalam bahasa Kutai yang terdiri atas mantra pertama pada saat pawang memanggil roh, muja mantra, mantra mandi kembang dan mantra serah terima. Deskripsi prosesi ritual Sawai suku yang terdiri atas peralatan dan perlengkapan serta tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian. Fungsi dari mantra tuturan sawai suku Kutai adalah sebagai media komunikasi pawang dengan roh leluhurnya dalam ritual budaya daerah yang memiliki nilai sastra yang tinggi. Analisis makna dalam ritual sawai suku Kutai terdiri atas makna simbol dan makna mantra. Makna simbol berisi bentuk perbekalan seorang pengembara yang akan mengantarkan sesajian kepada roh leluhur. Sedangkan makna dalam mantra sawai suku Kutai di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur adalah bentuk kekhawatiran, pengharapan, dan kepuasan batin. Kata Kunci : Mantra, fungsi dan makna ritual Sawai,
ABSTRACT This study aimed to get a picture in a ritual procession and relationship functions and meanings contained in the narrative spell sawai Kutai tribes. In addition, as a subject of study in oral literature research activities. This research is a qualitative descriptive study inductive approach using direct interviews with informants techniques, observation and documentation. Data analysis techniques in this study using content analysis techniques (content analysis) consisting of discourse analysis, rhetorical analysis, ethnographic content analysis and conversation analysis. The result of this research is the data in the form of text spells sawai speech in Kutai language consisting of the first spell when the handler calls the spirit, revere spells, spells and charms flower bath handover. In addition, there is also a description of Sawai tribal ritual procession consisting of equipment and supplies as well as the preparation phase, implements selected stage, and the stage of completion. The function of the spell 'tuturan sawai' Kutai rate is as a medium of communication handler with the spirit of his ancestors in the area of cultural rituals that have high literary value. Analysis of the meaning of the ritual sawai Kutai tribe consists of the meaning of symbols and meaning of the mantra. Meaning of symbols contain provisions form a wanderer who will deliver offerings to the ancestral spirits. While the meaning of the mantra sawai Kutai tribe in the village of Batu Batu Ampar Timbau subdistrict of East Kutai Regency is a form of fear, hope, and inner satisfaction. Keywords Mantra, function and meaning of ritual Sawai,
A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Yang menjadi latar belakang dari penelitian ini adalah globalisasi yang telah membersihkan hampir semua jenis tatanan sosial tradisional dan menggiring umat manusia pada pola kesamaan budaya atau homogenitas budaya yang menentang nilai-nilai dan identitas kelompok. Hal ini mengancam eksistensi budaya lokal menjadi rusak. Masyarakat tradisonal secara kreativ mampu menghasilkan karya sastra yang memiliki nilai sastra tingi dalam dunia kesusasteraan. Sastra penuh dengan kata-kata yang tersusun secara tepat dan mempesona sehingga dapat belajar mengungkapkan sesuatu yang baik. Tuturan sawai merupakan salah satu bentuk tradisi lisan masyarakat Kutai yang biasa disampaikan dalam bentuk syair dan bentuk monolog (oleh seorang pawang). Seni tradisi lisan ini memiliki nilai sastra yang tinggi sebab merupakan hasil karya cipta masyarakat Kutai. Bagi masyarakat pendukungnya sawai tersebut dibawakan dengan cara dibacakan begitu saja oleh dukun atau pawang dalam masyarakat Kutai. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana prosesi ritual tradisi sawai suku Kutai di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur? 2) Bagaimanakah fungsi mantra tuturan sawai suku Kutai di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur? 3) Bagaimanakah makna mantra tuturan sawai suku Kutai di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur?
3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang tertera di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan prosesi ritual tradisi sawai suku Kutai di Desa Batu Timbau. 2. Mendeskripsikan fungsi mantra tuturan sawai suku Kutai di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur. 3. Mendeskripsikan makna mantra tuturan sawai suku Kutai di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur. 4. Manfaat Penelitian Bagi Akademik Memberikan sumbangan kajian ilmiah terhadap apresiasi sastra lisan jenis puisi lama yang masih ada pada suku pedalaman. Bagi masyarakat. Sebagai salah satu upaya dalam memperkenalkan kepada masyarakat bahwa di Kutai Timur terdapat kebudayaan masyarakat Kutai dalam bentuk sawai dengan mantra yang berbeda dengan suku Kutai lainnya. B. Metode dan Alat pengumpul Data Analisis tuturan yang diteliti adalah mantra sawai suku Kutai di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu Ampar. Analisis tersebut dilakukan dengan mendeskripsikan prosesi ritual sawai, menenentukan makna yang terkandung dalam teks mantra sawai serta fungsi mantra yang terdapat didalamnya. Analisis prosesi ritual sawai dideskripsikan melalui beberapa tahapan yaitu: 1. Menentukan peralatan dan perlengkapan yang terdapat dalam ritual sawai suku Kutai.
2. Mengklasifikasikan peralatan dan perlengkapan ritual kedalam jenis penggolonggan yang berasal dari tumbuhan, peralatan rumah tangga, industri pabrik, serta dari hewan atau binatang. 3. Mendeskripsikan tahapan-tahapan prosesi ritual sawai suku Kutai mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan hingga tahap penyelesaian. Analisis fungsi tuturan berupa mantra sawai suku Kutai juga dilakukan dengan melakukan wawancara dengan masyarakat sekitar. Sehingga didapatkan fungsi tuturan dari segi budaya masyarakat setempat. Analisis makna dalam penelitian ini terbagi atas : 1. Makna Simbol. Untuk menemukan makna dalam simbol-simbol yang terdapat dalam peralatan dan perlangkapan ritual peneliti mengadakan wawancara langsung dengan pawang selaku informan utama dan informan pendukung yaitu pasien. Kemudian hasil wawancara itu dideskripsikan secara terperinci. 2. Makna Mantra. Makna mantra diperoleh melalui analisis kontekstual dan leksikal. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kualitatif deskriptif melalui pendekatan induktif. Maka teknik yang peneliti gunakan adalah teknik analisis isi (analysis content) yang terdiri atas analisis wacana (dicourse analysis), analisis retorika (rhetorical analysis), analisis isi etnografis (etnographic content analysis), analisis percakapan.
C. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis yang telah di lakukan penulis, maka ditemukan hasil penelitian berupa teks mantra tuturan sawai suku Kutai yang terdiri atas empat macam mantra yaitu mantra pada saat pawang memanggil roh, muja mantra (mantra yang dibacakan pada tahap pelaksanaan atau puncak ritual), mantra mandi kembang, dan mantra serah terima sesajian. Mantra dalam tuturan sawai suku Kutai menggunakan bahasa daerah Kutai. Dalam analisis ini data berupa teks mantra telah ditranskripsikan terlebih dahulu oleh peneliti ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu terdapat pula deskripsi prosesi Ritual sawai yang terdiri atas tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian. Dalam prosesi ritual sawai dilengkapi dengan persyaratan dan perlengkapan ritual yang berasal dari tumbuhan, peralatan rumah tangga, industri pabrik serta berasal dari hewan atau binatang. Selanjutnya mantra sawai suku Kutai berfungsi sebagai teater tradisional sebagai hasil kreativitas masyarakat dalam komunikasi pawang dengan makhluk gaib yang dipercaya sebagai leluhur masyarakat suku Kutai selain sebagai solusi alternatif penyembuhan secara tradisional. Fungsi lain dalam ritual sawai suku Kutai ini adalah sebagai penentu norma-norma sosio-budaya dalam masyarakat yang masih terjalin sesuai dengan arus perkembangan zaman. Makna yang dikandung dalam ritual sawai suku Kutai terdiri atas makna simbol dan makna mantra. Makna simbol terdapat dalam peralatan dan persyaratan ritual sawai suku Kutai. Sementara itu makna mantra diperoleh dari analisis teks mantra sawai suku Kutai. D. Pembahasan 1. Prosesi Ritual Sawai Suku Kutai Mantra sawai suku Kutai dibacakan oleh pawang dalam prosesi ritual sawai
suku Kutai. Sebelum melaksanakan ritual sawai ada beberapa perlengkapan dan peralatan yang harus disediakan sebagai bentuk sesajian. Diantaranya adalah nasi tujuh, jaja sema (kue 40 macam), perahuan, penduduk, perojongan, air kembang dan peralatan untuk memanggil roh seperti kemenyan, bara api, dan beras kuning. Dalam prosesi sawai suku Kutai terdapat tiga tahapan kegiatan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanan dan tahap penyelesaian. Pada tahap persiapan pawang dalam ritual sawai suku Kutai mengatur posisi duduk pasien dan kemudian memulai memangil roh-roh leluhur dengan membakar dupa dan membaca mantra pertama. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan pawang mulai menjalin komunikasi dengan roh secara tak sadarkan diri. Pada tahap ini pawang mengalami kerasukan. Disinilah proses penyembuhan terjadi yaitu pada saat pawang memercikkan air beras kuning ke pasien. Mantra yang dibaca pawang pada tahap ini adalah mantra muja mantra. Pada tahap penyelesaian pawang mengadakan prosesi mandi kembang terlebih dahulu. Pasien yang dianggap sebagai anak purus akan dimandikan menggunakan air kembang mayang yang telah tersedia semalam. Setelah mandi kembang pawang akan membacakan mantra serah terima yang menandakan prosesi ritual sawai telah berakhir. 2. Analisis Mantra Mantra dalam tuturan sawai suku Kutai terdiri atas empat macam mantra yaitu mantra paertama pada saat pawang memanggil roh ghaib, mantra pada tahap pelaksanaan atau muja mantra, mantra mandi kembang, dan mantra serah terima. a. Analisis Wacana Mantra sawai banyak mengandung variasi kata. Banyak kata yang memiliki arti yang sama namun diungkapakan dengan bahasa yang berbeda. Hal itu terdapat pada mantra pertama yaitu :
Kukus menyin, kukus dupa Buang cema, buang cemi Takut lagi kecemian Takut lagi kesembalaan Takut lagi kesempuran Kata kecemian, kesembalaan, dan kesempuran dalan teks mantra di atas, memiliki arti yang yang sama yaitu takut terkena pantangan. Variasi kata juga terdapat pada kalimat muja mantra. Variasi kata dibuat oleh pawang dengan maksud agar mantra tidak terkesan pendek. b. Analisis Retorika Mantra sawai suku Kutai di sampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Mantra pertama saat pawang memanggil roh mantra dibacakan begitu saja dengan posisi pawang dalam keadaan duduk. Sementara saat muja mantra pawang membacakan mantra dengan cara didendangkan seperti sebuah lagu dengan posisi pawang dalam keadaan berdiri dan berputar mengitari sesajian. Pada mantra mandi kembang pawang juga membacakannya dengan intonasi yang semakain lama semakin cepat dan semakin tinggi, dan juga dalam posisi berdiri. Sementara itu pada mantra yang terakhir, mantra dibacakan begitu saja seperti pembacaan ikrar. c. Analisis isi Etnografis Ritual sawai suku Kutai merupakan warisan budaya yang dilaksanakan dari generasi ke generasi. Pada awalnya ritual sawai dilakukan secara berkala selama dua malam berturut-turut. Seiring dengan perkembangan zaman kini pelaksanaan sawai berjalan lebih cepat dalam pelaksanaannya. Hal ini di karenakan bacaan dalam mantra sawai telah diringkas oleh sang pawang. Seperti pada muja mantra yang isinya hanya menyebutkan para penghuni langit, sementara penghuni laot nya tidak.
Mantra sawai suku Kutai di Desa Batu Timbau hanya berisi hal-hal yang penting yang perlu dibahas saja. Pawang menciptakan mantra lewat tirakat. Pewarisan kebudayaan yang dialami pawang adalah secara langsung. d. Analisis percakapan Berdasarkan hasil percakapan peneliti dengan narasumber mengenai asal mu asal ritual sawai suku Kutai, diperoleh informasi bahwa masyarakat suku Kutai mempercayai adanya roh leluhur yang merupakan saudara kembar dari nenek moyang mereka. Dalam bahasa Kutai disebut dengan kembar baya. Itulah yang menjadi dasar pelaksanaan ritual. Mereka percaya bahwa keturunan dari nenek moyang mereka juga hidup namun di alam yang berbeda. 3. Fungsi Tuturan Sawai suku Kutai Fungsi mantra sawai dalam masyarakat suku Kutai adalah : a. Sebagai teater tradisional masyarakat yang merupakan hasil produktivitas masyarakat setempat dalam menuangkan ide-ide kreativnya dalam prosesi ritual. b. Sebagai sarana penyambung komunikasi sang pawang dengan Roh leluhur yang dipercaya dapat membantu penyembuhan sekaligus sebagai bentuk jalinan silahturahmi anak purus dengan para leluhur mereka. c. Mantra sawai yang digunakan dalam ritual juga berfungsi sebagai bukti adanya pelestarian budaya suku Kutai yang masih dipegang teguh oleh para pewaris adat yaitu anak purus. d. Ritual sawai sebagai media yang digunakan dalam pengucapan mantra juga berfungsi sebagai penentu norma-norma sosio-budaya masyarakat di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu Ampar yang
masih memiliki jiwa kerjasama yang tinggi dalam bentuk gotongroyong dalam mempersiapkan peralatan dan perlengkapan ritual. 4. Makna Tuturan Sawai suku Kutai a. Makna Simbol Simbol dalam prosesi ritual sawai suku Kutai terletak pada bentuk persyaratan dan perlengkapan ritual. Maknanya secara keseluruhan adalah bentuk yang harus di sediakan sebagai sarana pemberian agar roh mau hadir dalam prosesi ritual sawai suku Kutai. Simbol-simbol dalam ritual sawai suku Kutai terdiri atas perahuan yang lengkap dengan perbekalan selama perjalanan. Hal itu dimaksudkan agar penduduk dan perojongan yang akan di bawakan sebagai hadiah kepada roh roh ghaib sampai pada tujuannya tanpa kehabisan bekal. b. Makna Mantra Makna tuturan sawai suku Kutai yang terkandung dalam mantra pertama hingga mantra terakhir dalam ritual sawai suku Kutai adalah sebagai berikut : 1. Anak purus atau anak adat menyampaikan bahwa maksud diadakannya ritual sawai adalah karena anak purus takut terkena resiko pantangan. Dalam artian pasien mengira bisa saja sakit yang dideritanya merupakan akibat melanggar pantangan yang telah diwariskan secara turun temurun. Hal itu terdapat pada mantra pertama pada saat pawang memulai ritual. Dalam mantra ini terdapat makna sense, yaitu perasaan ketakutan atau kekhawatiran. 2. Dalam muja mantra didapat makna bahwa pawang memberikan sanjungan kepada para penghuni langit, karena mereka dikenal memiliki watak yang sangat keras. Layaknya manusia mereka
juga suka disanjung. Maksud dari sanjungan itu adalah agar mereka mau menghadiri ritual yang diadakan sang pawang. Makna yang dikandung dalam mantra kedua ini adalah berupa pengharapan. 3. Mantra pada saat mandi kembang berbeda pula maknanya. Pada mantra ini terdapat maksud untuk mengumumkan kepada para bidadari bahwa anak purus telah memberikan sesembahan berupa sesajian dalam ritual sawai. Dalam mantra ini juga dapat di simpulkan bahwa terjadi publikasi pawang kepada para bidadari dan meminta kesediaan bidadari untuk ikut mandi kembang bersama pasien. Mantra mandi kembang ini juga bermakna pengharapan. 4. Pada mantra terakhir, yang dikandung adalah ungkapan serah terima, sebagai bukti telah berlangsungnya ritual sawai. Dimana anak purus telah memenuhi janji untuk memberi sesajian dan mengharap untuk tidak ditagih lagi. Anak purus merasa telah menunaikan janji memberi sebagai ungkapan terimakasih atas penjagaan roh leluhurnya. Berdasarkan uraian tersebut maka makna yang dikandung dalam mantra terakhir ini adalah makna kedamaian sebagai bentuk telah ditunaikannya janji anak purus untuk memberi sesajian kepada leluhur. E. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis sawai suku Kutai di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu Ampar, maka kesimpulan yang dapat dipaparkan adalah :
1. Masyarakat Kutai di desa Batu Timbau masih menjunjung tinggi adat istiadat berupa ritual sawai. Dalam hal ini produktivitas masyarakat dalam bentuk mantra tuturan sawai beserta prosesinya memiliki nilai sastra yang tinggi. Dimana masyarakat mampu menciptakan sebuah teater tradisional tanpa meninggalkan warisan budaya masyarakat lama. 2. Terdapat tiga tahapan prosesi dalam ritual sawai suku Kutai, yaitu tahap persiapan yaitu tahapan dimana pawang mempersiapkan perlengkapan dan perlengkapan ritual serta mulai membuka jalinan komunikasi dengan leluhurnya, kemudian selanjutnya tahap pelaksanaan yaitu tahapan puncak dalam ritual sawai saat roh leluhur hadir secara langsung dan menguasai tubuh pawang. Dan yang terakhir tahap penyelesaian yaitu tahap dimana pawang menyudahi komunikasi dan ritual lewat prosesi mandi kembang terlebih dahulu. 3. Mantra dalam ritual sawai terdiri atas mantra pembuka, mantra inti atau muja mantra, mantra mandi kembang, dan mantra serah terima sesembahan berupa perojongan dan penduduk. 4. Setelah dianalisis menggunakan pendekatan analisis isi (content anlysis) didapat kesimpulan bahwa mantra sawai suku Kutai berisi tentang pengharapan keselamatan dan penjagaan diri dari gangguan roh roh jahat. 5. Mantra sawai terdiri atas beragam variasi kata yang memiliki arti yang sama seperti kata kecemian, kesempuran, dan kesembalaan dalam mantra pertama yang mengandung arti takut terkena pantangan. 6. Ritual sawai memakan waktu yang lebih ringkas dibandingkan dengan ritual penyembuhan suku Kutai lainnya yang disebut kenjongan. Karena mantra pada ritual sawai telah dipersempit oleh pawang.
7. Fungsi mantra dalam ritual sawai suku Kutai adalah sebagai penghubung komunikasi pawang dengan roh leluhur yang dipercaya keberadaannya sehingga dapat membantu proses penyembuhan anak purus atau anak adat. Selain itu secara keseluruhan, prosesi ritual Sawai juga berfungsi sebagai penentu norma- norma sosio budaya yang berkembang di masyarakat. 8. Makna yang dikandung dalam bentuk simbol adalah berupa gambaran seorang yang sedang melakukan perjalan jauh dengan persiapan perbekalannya selama perjalan. Sedangkan makna yang diakandung dalam mantra secara garis besar berisi kekhawatiran, pengharapan, dan kepuasan batin. F. Saran Sawai bukanlah satu satunya ritual dalam suku Kutai masih banyak ritual lain yang belum diketahui oleh masyarakat secara umum, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyarankan kepada rekan-rekan mahasiswa dan pengamat kebudayaan khususnya di bidang sastra untuk meneliti secara langsung kegiatan kegiatan adat yang dilaksanakan terlebih pada daerah pedalaman. Penulis juga mengharapkan pada masyarakat agar apa yang penulis teliti ini dapat diterima dalam lingkungan masyarakat pada umunya, khususnya di lingkungan pendidikan.