hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia)

dokumen-dokumen yang mirip
( Sumber : Data primer, 2005 )

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif,

Lingkungan, BKT Teknik Sipil FTSP UII dan laboratorium terpadu Universitas. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen yang dilaksanakan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

halus butir, berat volume, dan logam berat yang terkandung, di laboratorium BKT

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengukuran suhu incinerator Pada Ruang Bakar utama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN. harus berkurang dikarenakan adanya sumber-sumber air yang tercemar.

BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 02 TAHUN 2008 TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Judul Tugas Akhir STABILISASI LIMBAH MENGANDUNG Cu DENGAN CAMPURAN SEMEN PORTLAND DAN BENTONIT

Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG

2. Analisa karakteristik fisik hasil solidifikasi yaitu uji kuat lentur dan daya serap

KARAKTERISTIK FISIK CAMPURAN BATU BATA DENGAN MEMANFAATKAN ABU SISA PEMBAKARAN LIMBAH KAYU Oleh : I Made Nada. Ida Bagus Suryatmaja.

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

air agregat halus, modulus halus butir, dan berat isi padat (volume agregat) di

BAB I PENDAHULUAN.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

MAKALAH PPM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN PEMANFAATAN KEMBALI LIMBAH ELEKTROPLATING. Oleh: R. Yosi Aprian Sari, M.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 02 TAHUN 2008 TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOAKUMULASI LOGAM Fe OLEH CACING AKUATIK DALAM PROSES REDUKSI LUMPUR

I. PENDAHULUAN. 2014). Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan, di provinsi Daerah Istimewa. satunya adalah limbah minyak pelumas bekas.

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

Pemanfaatan Limbah Sludge Kertas PT.Adiprima Suraprinta dalam Pembuatan Batako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berkaitan dengan

Karakteristik Limbah Padat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

Pemanfaatan Abu Batubara BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya baik secara langsung maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

MAKALAH KIMIA ANALITIK

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT INDUSTRI KERTAS SEBAGAI PAPAN PARTISI

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS)

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses produksinya menghasilkan limbah yang mengandung sulfat dan

Kuliah Pencegahan Pencemaran (CHA )

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi unsur utama bangunan. Kelebihan beton antara lain memiliki kuat tekan

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

TEKNOLOGI BIOREMEDIASI LIMBAH MINYAK BUMI

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

padatan halus menjadi padat dengan menambahkan bahan pengikat kemudian dilanjutkan dengan penambahan bahan pemadat (Solidifying Agent).

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya industri migas dalam bentuk ekspoitasi - produksi, pengolahan minyak dan gas bumi serta pemasaran hasil migas berpotensi memberikan dampak terhadap lingkungan, baik positif maupun negatif, yang apabila tidak ditangani dengan tepat, maka dampak negatif yang timbul akan sulit dikendalikan. Oleh karena itu perlu diusahakan penanganan sebaik mungkin sejak awal kegiatan. Tindakan penanganan ini merupakan suatu upaya untuk mencegah, mengurangi dan mengendalikan beban pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh pembuangan hasil sisa produksi secara langsung kedalam lingkungan. Salah satu usahanya, ialah penanganan limbah akibat kegiatan pengolahan migas menjadi produk antara maupun produk akhir, dimana limbah yang dihasilkan ini dapat berupa limbah padat, cair dan gas ataupun bentuk campurannya. Tahap penanganan limbah secara garis besar dimulai dengan mengetahui sumber limbah itu sendiri sehingga dapat dianalisis secara laboratorium komponen-komponen apa saja yang terkandung dalam limbah dari hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia) limbah, sehingga tipe pengolahan awal dan metode pembuangan akhir dapat ditentukan secara tepat. (Suhardi, 1993)

Di kilang minyak, limbah setengah padat akan menjadi berbahaya bagi lingkungan jika tidak ditangani dengan cara yang tepat. Sludge dari alat pemisahan dan apungan berminyak yang tidak dapat direklamasi kembali, lumpur dari proses penghilangan garam dan lumpur dari pengolahan biologis, tidak boleh ditempatkan di tempat penimbunan karena degradasi anaerobik akan mengakibatkan mobilisasi produk sampingan yang tidak diinginkan. Sludge merupakan kotoran minyak yang tersusun dari campuran air, minyak dan padatan lunak yang bersifat sangat stabil sukar dipecah-pecah menjadi unsur-unsurnya. (Mustakim, 1994) Sludge merupakan masalah yang cukup kompleks yang harus ditangani oleh pihak industri perminyakan. Hal ini dikarenakan sludge memberikan banyak dampak negatif, baik bagi lingkungan maupun bagi pihak industri migas itu sendiri. Sludge tidak dapat dibuang ke lingkungan begitu saja dengan incenerator karena adanya kandungan air dalam sludge akan menimbulkan letupan-letupan api sehingga tidak dapat dibakar secara sempurna. Sludge yang mengandung logam-logam berat termasuk limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yakni limbah yang karena sifat dan konsentrasinya serta jumlahnya, baik secara langsung maupun tak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan hidup dan membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu sludge jenis ini sebelum dibuang ke lingkungan harus dilakukan upaya penanganan, sehngga dampak yang akan ditimbulkan dapat dicegah.. Pada Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3. Dalam peraturan tersebut pemanfaatan limbah B3 merupakan salah

satu rangkaian kegiatan pengelolaan limbah B3, proses pemanfaatan dapat dilakukan dengan cara perolehan kembali (recovery), Pemanfaatan kembali (reuse), dan daur ulang (recycle). Pemanfaatan ini di samping akan mengurangi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, baik dari segi kuantitas maupun kualitas juga akan mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam. Dalam penelitian kali ini menggunakan prinsip reuse (pemanfaatan kembali) limbah spent catalyst untuk bahan bangunan (Gypsum board) dengan prinsip solidifikasi. Limbah katalis yang digunakan adalah limbah padat (sludge) hasil proses dari RCC 15 UP VI Pertamina Balongan. Sejalan dengan bertambahnya kebutuhan perumahan murah, maka kebutuhan terhadap papan penyekat ruangan akan bertambah juga. Pada umumnya papan penyekat dibuat dari campuran asbes serat dan semen portland ditambah dengan air sehingga terjadi proses yang menghasilkan srtuktur padat yang kuat. Berdasarkan analogi pada proses pembuatan papan dari komponen semen dan asbestos, maka komponen semen ini yang berfungsi sebagai pengikat, dapat digantikan oleh gipsum dan kapur. Gipsum ini jika ditambah air juga akan mengalami proses hidrasi sehingga diperoleh struktur massa padat padat yang kuat. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut. Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi paru-paru). Mengingat akan bahaya yang ditimbulkan oleh debu asbes tersebut untuk kesehatan manusia, maka perlu adanya pencegahan

yang lebih dini dalam proses pembuatannya sehingga debu asbes tidak terhirup. Selain itu perlu juga dipikirkan juga kemungkinan menghirup debu asbes pada waktu pemasangannya. 1.2 Rumusan Masalah Untuk memberikan uraian yang jelas, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah dengan solidifikasi terhadap limbah katalis ini mampu meminimalisasikan logam-logam berat yang terlepas pada lingkungan? 2. Seberapa besar pengaruh variasi komposisi dalam pembuatan papan gipsum (Gypsum board) terhadap sifat-sifat fisik (kuat lentur)? 3. Apakah solidifikasi limbah katalis sebagai papan gipsum ini akan memberikan nilai produksi yang ekonomis? 1.3 Tujuan Penelitian Pada kegiatan penelitian ini, maka tujuan penelitian yang diinginkan adalah sebagai berikut: 1. Untuk menentukan tingkat imobilisasi logam-logam berat yang terdapat dalam limbah spent catalyst dari RCC 15 UP VI Pertamina Balongan. 2. Untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi dalam pembuatan papan gipsum (Gypsum board) terhadap sifat-sifat fisik yaitu kuat lentur 3. Untuk mengetahui nilai produksi dalam pembuatan papan gipsum (Gypsum board)

1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan dengan kegiatan penelitian ini, diperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan salah satu alternatif pengolahan limbah padat spent catalyst dari RCC Pertamina secara solidifikasi. 2. Meminimalisasi terjadinya pencemaran di lingkungan akibat kandungan logam berat dari RCC Pertamina. 3. Menciptakan produk alternatif yang ekonomis dan ramah lingkungan. 1.5 Batasan Masalah Untuk membatasi kajian dan batasannya, maka penelitian ini dikhususkan membahas mengenai : 1. Proses pengelolaan limbah dengan teknologi solidifikasi untuk limbah katalis dengan campuran gipsum, kapur dan asbestos. 2. Lumpur padat yang digunakan pada penelitian ini berasal dari limbah Katalis RCC 15 Pertamina UP VI Balongan 3. Parameter yang diuji adalah uji kuat lentur dan uji lindi untuk kandungan logam berat seperti kromium (Cr), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Nikel (Ni), dan Timbal (Pb) 4. Benda uji berbentuk papan gipsum (Gypsum board)