BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Menurut Sriwenda (2013) Guru harus berperan sebagai seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

A. Latar Belakang Masalah

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal penting dan kunci keberhasilan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang harus melakukan kegiatan belajar dengan sungguh sungguh

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru, dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

I. PENDAHULUAN. hakekatnya pendidikan adalah suatu tindakan yang ada unsur kesengajaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. pendidikan. Bahkan sistem pendidikan di Indonesia saat ini juga telah banyak. mengubah pola pikir terutama dalam dunia pendidikan.

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah (UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu rumusan nasional tentang istilah Pendidikan adalah sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkna suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1). Pendidikan itu sendiri menjadi integral dalam pembangunan. Suatu negara dikatakan sudah maju dilihat dari pendidikan yang mengarah kepada pembangunan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi dan kebutuhan akan pendidikan yang baik, yang mampu meningkatkan kualitas bangsa, mengembangkan karakter, memberikan keunggulan dan kemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Banyak strategi atau upaya yang dilakukan guna mencapai tujuan pendidikan yaitu dalam bentuk kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. Bimbingan pada hakikatnya adalah pemberi bantuan, arahan, motivasi, nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan masalah, menanggulangi kesulitan sendiri. Pengajaran adalah bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan (khususnya guru/pengajar) dan peserta didik untuk mengemban 1

2 perilaku sesuai dengan tujuan pendidikan. Pelatihan prinsipnya adalah sama dengan pengajaran, khususnya untuk mengembangkan keterampilan tertentu. Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan perserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran. Dalam tujuan pembelajaran siswa diharapkan mampu menguasai tiga ranah dalam taksonomi bloom yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Namun yang terjadi pendidikan hanya sebatas mentransfer knowledge saja yang seharusnya sekolah maupun pendidikan harus membangun karakter peserta didik supaya kelak dia menjadi pembawa terang dalam kehidupannya bermasyarakat lewat tugas dan tanggungjawabnya. Peranan guru dalam menguasai kelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran adalah elemen penting dalam sebuah pendidikan. Guru bertanggungjawab penuh kepada keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya kompetensi untuk menerangkan materi, tetapi mampu berkomunikasi membangkitkan gairah maupun semangat belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran, mendidik untuk menjadi manusia yang unggul tidak hanya dibidang prestasi tapi juga dibidang karakter siswa tersebut. Witherington (dalam

3 Jihad dan Abdul 2013: 9) berpendapat bahwa: Tugas utama seorang guru bukanlah menerangkan hal-hal yang terdapat dalam buku-buku, tetapi mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membimbing murid-murid dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan. Namun dalam kenyataannya, praktiknya guru menerangkan pelajaran dan siswa memerhatikan, kemudian siswa diuji tentang kemampuannya menangkap materi yang telah diajarkan oleh guru. Jika siswa tidak mampu memberikan jawaban secara benar, maka kesalahan cenderung ditimpakan kepada siswa. Banyak guru yang masih menggunakan metode konvesional dalam mendidik sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena itu dibutuhkan guru yang melibatkan siswa, memberikan porsi yang banyak kepada siswa untuk aktif sehingga guru mampu bertindak sebagai fasilitator, mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif, berpastispasi dalam proses belajar-mengajar dan diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi oleh guru kepada siswa itu sendiri didalam proses belajar mengajar di kelas terkhusus untuk mata pelajaran ekonomi. Sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang berdampak pada keberhasilan dan penguasaan materi dengan mudah dan menyenangkan pada mata pelajaran ekonomi yang memiliki karakteristik belajar fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat yang membutuhkan cara belajar yang mudah dipahami bahwa belajar ekonomi sangat berkaitan dengan pendekatan ilmiah.

4 Mata pelajaran ekonomi tidak hanya mengandalkan pendengaran yaitu media auditif dimana peserta didik hanya lebih fokus kepada pada pendengaran tidak pula pada berpatokan kepada media visual yang mengandalkan penglihatan dimana kelebihannnya adalah memperlihatkan objek yang diperlihatkan pendidik dalam proses belajar mengajar. Kedua media mempunyai kelemahan masingmasing. Media audio visual adalah media yang mengandalkan suara dan gambar yang dapat mengasah segala aspek indera pendengar dan indera peraba sehingga semua indera dapat digunakan secara seimbang. Dengan demikian guru harus menerapkan model pembelajaran yang menggunakan audio visual dalam pembahasan materi peserta didik tidak hanya mendengar saja tapi guru langsung memperlihatkan contoh lewat gambar-gambar. Seorang guru harus banyak menggunakan variasi dalam mengajar dengan mengingat latar belakang peserta didik berbeda-beda dari tingkatan sosial, kemampuan dan rasa percaya diri yang harus dipupuk sejak dini. Menurut Asra dan Sumiati (2016: 31) mengemukakan bahwa: Setiap siswa memiliki ciri dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya. Perbedaan ini tercermin dari adanya perbedaan dalam hal kecakapan dasar,seperti kecerdasan dan bakat, perbedaan dalam kecakapan yang dimiliki sebagai hasi belajar, dalam segi-segi kepribadiaannya. Adanya perbedaan ini memberikan dampak terhadap keharusan memberi pelayanan secara perseorangan dalam proses pembelajaran. Strategi belajar-mengajar yang akan dipilih dan digunakan guru bertitik tolak dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan diawal. Guru harus mampu menentukan strategi belajar mengajar apa yang akan digunakan supaya memperoleh tahapan kegiatan pembelajaran yang berbeda dan berhasil. Peserta

5 didik harus terlibat aktif dalam setiap proses pembelajaran dan mendorong pemikiran kritis dari peserta didik. Menurut Lubis (2015:20) Model pembelajaran merupakan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, juga merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran terdiri dari metode pembelajaran aktif yang pada hakikatnya metode pembelajaran aktif untuk mengarahkan potensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya beberapa kelebihan model-model yang diterapkan biasanya akan meningkatkan kerjasama antar siswa, pembelajaran lebih menarik karena menggunakan alat-alat peraga atau media, siswa dituntut untuk aktif dan kreatif dan siswa cenderung tidak bosan. Namun metode konvesionalah yang sering digunakan guru dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan metode yang hanya memusatkan pada metode ceramah materi pembelajaran disampaikan secara lisan oleh guru. Peran guru tidak hanya sebagai fasilitator dan mediator yang baik melainkan guru memegang sepenuhnya pembelajaran mengajak siswa untuk terlibat aktif. Berdasarkan observasi berupa pengalaman penulis selama mengadakan PPLT mengajar dan hasil wawancara guru ekonomi di SMA Negeri 17 Medan bahwa hasil belajar ekonomi tergolong rendah. Hal ini terlihat dari kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar, malas berpikir, malas bertanya, tidak fokus, cenderung berpatokan pada gadget dalam setiap menyelesaikan soal.

6 Siswa sama sekali kurang peduli pada materi yang disampaikan oleh guru yang cenderung dengan menggunakan pendekatan berpusat pada guru, kurangnya kreaktivitas guru dalam menyampaikan materi yang bersifat monoton sehingga pada saat diadakan ulangan harian banyak siswa yang tidak mampu menjawab soal materi yang diujikan padahal seharusnya mereka sudah mampu menguasai materi-materi tersebut. Secara garis besar hal itulah yang membuat rendahnya hasil ulangan harian kelas X dan dapat dilihat dari hasil belajar ekonomi yang masih dibawah nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Kriteria Ketuntasan Minimun pada mata pelajaran Ekonomi yang ditetapkan di sekolah ini adalah 75. Hal ini juga harus diperhatikan oleh guru, keluarga supaya tidak terjadi kemerosotan hasil belajar siswa. Kelas Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Nilai Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 17 Medan Jumlah Siswa Siswa Tuntas UH 1 Presentasi Ketuntasan Siswa Tuntas UH 2 Presentasi Ketuntasan X IPS 1 42 10 23.80% 14 33.33% X IPS 2 40 5 12,5% 10 25% X IPS 3 40 8 20% 13 32,5% Sumber : Guru Bidang Studi Ekonomi Kelas X IPS Tabel diatas menunjukkan bahwa presentasi kelulusan siswa pada mata pelajaran ekonomi masih sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ulangan harian siswa jauh dari harapan tidak lebih dari 20% siswa yang lulus

7 dengan nilai yang memuaskan ini dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah cara guru dalam menyampaikan materi masih menggunakan metode konvensional dengan pendekatan satu arah dengan metode ceramah yang mengakibatkan siswa pasif dalam pelajaran ekonomi. Di tengah kemajuan zaman, guru seharusnya harus mampu mengubah gaya belajar siswa yang tidak mau tahu menjadi peduli terhadap pembelajaran. Meskipun hasil belajar siswa tidak sepenuhnya dikarenakan faktor kurangnya profesionalisme guru tapi dalam hal ini penting dilakukan evaluasi oleh tenaga pendidik. Tenaga pendidik harus menciptakan inovasi baru dalam mendidik dengan menggunakan atau memilih model-model pembelajaran Kooperatif yang melibatkan peserta didik untuk semakin aktif dalam belajar, bekerja sama seperti menggunakan strategi atau model pembelajaran yang ditawarkan oleh penulis dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dan model pembelajaran Picture And Picture. Model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar ekonomi. Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Perbedaan Hasil Belajar Ekonomi Menggunakan Model Pembelajaran Examples Non Examples dan Picture And Picture siswa kelas X SMA Negeri 17 Medan T.A 2016/2017. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

8 1. Mengapa guru masih menggunakan metode konvensional di SMA Negeri 17 Medan? 2. Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 17 Medan T.A 2016/2017? 3. Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran Examples Non Examples dan Picture And Picture terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X di SMA Negeri 17 Medan tahun pembelajaran 2016/2017? 1.3. Pembatasan Masalah Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka yang menjadi pembatasan dalam penelitian ini adalah: 1. Model pembelajaran yang diteliti adalah penerapan model pembelajaran Model pembelajaran Examples Non Examples dan Picture and Picture. 2. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar ekonomi siswa dikelas X SMA Negeri 17 Medan T.A 2016/2017. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut maka rumusan masalah adalah sebagai berikut Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dengan tipe Picture And Picture pada siswa Kelas X SMA Negeri 17 Medan T.A 2016/2017?

9 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dengan tipe Picture And Picture pada siswa Kelas X SMA Negeri 17 Medan T.A 2016/2017. 1.6. Manfaat Penelitian berikut : Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai 1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai model-model pembelajaran yang diterapkan di sekolah terutama model pembelajaran Examples Non Examples dan Picture and Picture. 2. Sebagai bahan masukan atau referensi bagi pihak sekolah terkhusus guru ekonomi dalam memilih model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dengan tipe Picture And Picture salah satu cara dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 3. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi civitas akademis Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan dan Sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi pihak lain melakukan penelitian sama.