BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era reformasi saat ini, perkembangan akuntansi sektor publik semakin pesat. Khususnya reformasi pada pemerintahan yang mengarahkan pemerintah untuk bertanggungjawab kepada publik atas program maupun kegiatan yang akan dan telah dijalankan. Dari berbagai macam program tentunya berkaitan dengan penggunaan dana publik. Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana publik telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000. Akuntabilitas keuangan yang terpercaya dan transparan akan memperkuat dukungan masyarakat terhadap pemerintah khususnya pada akuntansi pemerintahan. Bachtiar Arif dkk (2002:3) menyebutkan bahwa akuntansi pemerintahan sebagai suatu aktivitas pemberian jasa untuk menyediakan informasi keuangan pemerintah berdasarkan proses pencatatan, pengklarifikasian, pengikhtisaran suatu transaksi keuangan pemerintah serta penafsiran atas informasi keuangan tersebut. Data akuntansi yang digunakan dalam akuntansi pemerintahan yaitu memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan pemerintah kepada pihak eksekutif, legislatif, yudikatif, dan masyarakat. Dalam upaya meningkatkan kualitas dalam penyajian laporan keuangan maka ditetapkannya Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP). Standar ini sangat dibutuhkan untuk mencapai 1
konsistensi dalam pelaporan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan menggantinya pada tahun 2010 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Menurut American Accounting Association (1996) menyebutkan bahwa Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi/entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan. Pengertian ini juga dapat melingkupi penganalisasian atas laporan yang dihasilkan oleh akuntansi tersebut. Secara umum, terdapat dua pencatatan dalam akuntansi yaitu basis kas dan basis akrual. Basis kas terjadi apabila transaksi akan dicatat pada saat kas diterima atau dikeluarkan yang mengakibatkan hanya penerimaan dan pengeluaran kas yang diterima. Hal ini mengakibatkan tidak diketahui nilai persediaan, aset tetap, dan utang pada laporan keuangan. Sedangkan basis akrual mengharuskan transaksi dicatat pada saat terjadi. Setelah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 secara rinci maka dikeluarkan pula Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Pemendagri) Nomor 64 Tahun 2013 yang mewajibkan seluruh lembaga Pemerintah Pusat maupun Daerah menerapkan Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual. Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Pemendagri) Nomor 64 Tahun 2013 Pasal 1 2
ayat 10 menjelaskan bahwa basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Adanya basis akrual pengguna dapat mengidentifikasi posisi keuangan di Sekretariat DPRD DIY serta mengetahui pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas instansi tersebut. Manfaat diterapkannya basis akrual menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu instansi pada periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja suatu instansi tersebut. Tujuan umum laporan keuangan dibuat untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Laporan keuangan juga memliki peran prospektif dan prediktif. Peran prospektif artinya laporan keuangan pemerintah merupakan catatan historis yang dapat digunakan untuk melihat kondisi pemerintah saat ini dan sebelumnya serta menilai kinerja pemerintah berdasarkan laporan keuangan. Peran prediktif, artinya laporan keuangan dapat dijadikan dasar referensi bagi pihak berkepentingan untuk memprediksi kondisi keuangan pemerintah di masa yang akan datang berdasarkan data historis yang tercantum di laporan keuangan. 3
Pada Sekretariat DPRD DIY belum sepenuhnya menggunakan akuntansi berbasis akrual. Akan tetapi, tahun 2015 dengan dikeluarkannya PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP yang digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan keuangan daerah, maka Sekretariat DPRD DIY juga turut serta dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual sesuai dengan peraturan yang baru. Peraturan ini mengubah dari akuntasi berbasis kas menuju akrual menjadi berbasis akrual. Faktanya, implementasi ini dilakukan secara bertahap, dilakukan dengan hati-hati dengan persiapan yang matang,dan tidak secara langsung berubah penuh menuju basis akrual. Dalam penerapan PP Nomor 71 Tahun 2010 adapun kendala yang terjadi pada Sekretariat DPRD DIY. Dengan adanya hal tersebut penulis meneliti mengenai penerapan akuntansi berbasis akrual dalam penyajian laporan keuangan serta kendala yang dihadapi saat menerapkan basis akrual sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 tersebut. Pada penelitian terdahulu mengenai penerapan akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan laporan keuangan telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya antara lain: Etrin Damayanti (2012) tentang Analisis Implementasi Basis Akrual pada Laporan Keuangan Pemerintah Kota Berbasis Cash Towards Acrrual Tahun Anggaran 2007-2009, Khoirul Maarif Joko Lelono (2014) tentang Tingkat Pemahaman Akuntansi Berbasis Akrual pada Penyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Salatiga), Indrie Mariana Suharto (2016) tentang Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual dalam Penyusunan Laporan Operasional Pemerintah Kota Cirebon Tahun 2015. 4
Berdasarkan uraian dan informasi di atas maka penulis mengambil judul untuk Tugas Akhir mengenai ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN MENURUT PP NOMOR 71 TAHUN 2010 DI SEKRETARIAT DPRD DIY. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah Sekretariat DPRD DIY telah menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam penyajian Laporan Keuangan sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010? 2. Apakah yang menjadi kendala bagi Sekretariat DPRD DIY dalam penerapan akuntansi berbasis akrual menurut PP Nomor 71 Tahun 2010? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan akuntansi berbasis akrual dalam penyajian Laporan Keuangan di Sekretariat DPRD DIY sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010. 2. Untuk mengetahui berbagai kendala dalam penerapan akuntansi berbasis akrual menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 di Sekretariat DPRD DIY. 5
1.4 Kerangka Penulisan Sekretariat DPRD DIY Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Masalah Apakah penerapan akuntansi berbasis akrual dalam penyajian Laporan Keuangan telah sesuai dengan PP Nomor 71 tahun 2010? Apakah yang menjadi kendala dalam penerapan berbasis akrual? Analisis Kesimpulan dan Saran Sumber: Data diolah Gambar 1. 1 Kerangka Penulisan 6