BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II. Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan. pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pemahaman dapat diartikan menguasai dengan pikiran. Karena itu, belajar

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dasar sampai pendidikan menengah,bahkan hingga perguruan tinggi. Hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika Menurut Dimyati (dalam Heruman 2007:186) Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan Matematika diajarkan ditaman kanak kanak secara informal. Kata Matematika berasal dari bahasa latin, Manthancin atau Mathenia yang berarti belajar atau hal yang dipelajari (Depdiknas,2001:7) Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antar konsep yang kuat. Menurut permendiknas nomor 22 tahun 2006 Standar Isi Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Sedangkan menurut Freudental (dalam Heruman 2000:45), Matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, Matematika merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani tersebut. Maka dari itu, Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan beragumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah seharihari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Simpulan dari beberapa ahli yang sudah dipaparkan adalah bahwa Matematika itu Ilmu dasar yang sudah dikenal oleh seorang sejak dini, yang 7

8 menuntut siswa untuk bisa berpikir logis, analitis, sistematis, aktif, dan kreatif. Matematika itu suatu ilmu yang pasti maksudnya mata pelajaran ini dari dulu tidak pernah berubah, yang berubah hanya cara menyelesaikan soal - soalnya. 2.1.2 Pembelajaran Matematika Menurut Hamdani (2011:180), Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Adapun menurut Mulyani (2001:187), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sedangkan Pembelajaran Matematika menurut Wragg (dalam Heruman 2007:13) adalah suatu proses mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi Matematika. Simpulan pembelajaran Matematika dari pendapat yang dipaparkan oleh ahli di atas maka pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengembangkan cara berpikir siswa dari yang belum tau apa apa sampai mengetahui materi belajar, serta dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa. 2.1.3 Tujuan Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar Tujuan pembelajaran Matematika Menurut Depdiknas nomor 22 tahun 2006 agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

9 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Namun ada juga tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar secara umum adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan Matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran Matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan Matematika. Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran Matematika tersebut, guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran aktif, menemukan dan mengembangkan pengetahuan. Sehingga siswa dapat mengingat dan dapat dikembankan lebih lanjut. Seperti halnya menurut Jean Piaget (dalam Susanto 2009:16), bahwa pengetahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri. 2.1.4 Hasil Belajar Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi semua aspek tingkah laku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sanjaya 2006:14) mengatakan bahwa: Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada

10 saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran yang dapat dimengerti siswa dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Juliah (Sanjaya 2006:20) hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Dari pendapat Juliah dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah siswa melakukan proses belajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Menurut Hamalik, (Sanjaya 2006:15) hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai nilai, pengetahuan-pengetahuan dan sikap sikap serta apersepsi dan abilitas. Menurut Hamalik ini dapat disimpulkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan dan menghasilkan nilai dan didalam proses itu meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru yang diharapkan dapat dicapai siswa. Menurut Abdurrahman, (Sudjana 2011:14) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Sudjana, (2011:15) berpendapat hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki setelah ia menerima pengalaman belajar. Menurut Benjamin S. Bloom, (Mulyani 2001:33) tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Romizowski, (Mulyani 2001:33) hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa informasi serta keluarannya adalah perbuatan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku, keterampilan, pengetahuam, sikap dan cita-cita siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar yang mengacu pada tujuan instruksional dari pelajaran. Perubahan prilaku yang cenderung sama dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. 2.1.5 Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar dalam kelompok

11 tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada konstruktivis. Di dalam Model ini siswa dikelompokkan dengan beragam dan tingkat kemampuannya yang berbeda. Dalam setiap kelompok mereka harus saling berkerja sama dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini belajar dikatakan belum selesai jika teman dalam satu kelompoknya belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Karli dan Yuliariantiningsih, (Miftahul 2011:165) menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengaajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Menurut pendapat Lie. (Shlomo 2012:29) bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal asalan. Jika prosedur model benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Cooperative Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok (Solihatin, E., dan Raharjo,2007:4) Menurut Davison, (dalam slavin 2005:50) mendefinisikan pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang sebenarnya sudah ada sejak dulu dalam kehidupan sehari hari. Sedangkan menurut Artz dan Newman, (dalam slavin 2005:50) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai kelompok kecil pembelajaran siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang membagi siswa dalam suatu kelompok kelompok belajar yang didalamnya berisi anggota kelompok yang bervariasi, mulai jenis kelamin, prestasi belajar, ras, suku yang berbeda beda sehingga mereka dapat berinteraksi, berkerjasama dan saling membantu antar

12 siswa. Sedangkan menurut Slavin, (2005:45) pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas tugas yang tersetruktur. Pembelajaran ini dikenal sebagai pembelajaran berkelompok yang terdiri dari 5-6 anak. 2.1.5.1 Ciri Ciri Pembelajaran Kooperatif Ada beberapa ciri pembelajaran kooperatif menurut Slavin, (2005:50) adalah : 1) Setiap anggota memiliki peran 2) Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa 3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman teman sekelompoknya. 4) Guru membantu mengembangkan keterampilan keterampilan interpersonal kelompok. 5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Ciri ciri pembelajaran kooperatif menurut Jhonson, (dalam Slavin 2005:67) 1) terdapat saling ketergantungan yang positif diantara anggota kelompok. 2) Dapat dipertanggung jawabkan secara individu 3) Heterogen 4) Berbagi kepemimpinan 5) Berbagi tanggung jawab 6) Menekankan pada tugas dan kebersamaan 7) Membentuk keterampilan sosial 8) Peran guru/ dosen mengamati proses belajar mahasiswa 9) Efektifitas belajar tergantung pada kelompok Sedangkan ciri ciri menurut Stahl, (dalam Slavin 2005:68) yaitu : 1) Belajar bersama dengan teman 2) Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman 3) Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok 4) Belajar dari teman sendiri dalam kelompok 5) Belajar dalam kelompok kecil

13 6) Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat 7) Keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri 8) Mahasiswa aktif Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ciri ciri dari pembelajaran kooperatif adalah belajar yang dilakukan itu lebih dari satu orang, mereka saling berkerjasama antar siswa satu dengan yang lainnya, saling mendengarkan pendapat mereka dan menghormati pendapatnya, mereka saling aktif didalam berdiskusi. 1.1.5.2 Langkah Langkah pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif akan berhasil dengan baik dalam proses pembelajaran apabila sesuai dengan langkah-langkah dan dapat terampil dalam menjalankan model pembelajaran ini. Ada enam tahap pembelajaran kooperatif yang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tahap Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa. Tahap 2 Menyajikan / menyampaikan informasi Tahap 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar Tahap 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Tahap 5 Evaluasi Tahap 6 Memberikan penghargaan Kegiatan guru Guru Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin di capai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok ajar melakukan transisi secara efisien. Membimbing kelompok kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Mencari cara cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

14 Langkah langkah kooperative learning menurut Stahl, 1994; Slavin, 2005 dijelaskan secara operasional sebagai berikut: 1) Dosen merancang rencana program pembelajaran 2) Dalam aplikasi pembelajaran dikelas, Dosen merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan mahasiswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil. 3) Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasiswa, Dosen mengarahkan dan membimbing mahasiswa, baik secara individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku mahasiswa selama kegiatan belajar berlangsung. 4) Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari masing masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini, dosen bertindak sebagai moderator. 2.1.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperative learning Tipe STAD ini pengajaran yang diajarkan, dikembangkan dan diteliti di Universitas John Hopkins yang secara umum dikenal sebagai kelompok belajar siswa. Teknik ini didasarkan pada gagasan tentang siswa siswa yang belajar dalam kelompok belajar kooperatif untuk memahami pelajaran. Didalam metode kelompok yang paling penting itu ada 3 komponen yaitu : penghargaan kelompok, tanggung jawab perseorangan, kesempatan yang sama untuk memperoleh keberhasilan. Ketiga komponen itu yang sangat penting dalam pembelajaran secara berkelompok. Isjoni, (Tukiran 2011:51) Mengemukakan bahwa Pembelajaran kooperative learning Tipe STAD dikembangkan oleh Slavin yang menekankan pada adanya aktivitas dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Menurut Slavin, (2005:143), Tipe STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Selain itu metode ini juga sangat mudah di adaptasi telah digunakan

15 dalam Matematika, Sain, IPS Bahasa Ingris, dan masih banyak subjeknya. 2.1.6.1 langkah langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Sharan, (2012:159) Menjelaskan bahwa langkah langkah untuk menggunakan STAD adalah sebagai berikut : a) Buatlah salinan lembar rekapitulasi kelompok. b) Merangking siswa, dari yang paling pintar kepaling kurang pintar. c) Tentukan jumlah anggota kelompok, jika memungkinkan tiap tiap kelompok harus memilih 4 anggota. d) Masukkan siswa kedalam kelompok, secara berimbang. e) Sebarkan lembar rekapitulasi siswa. f) Tentukan nilai dasar. Suatu model pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran tersebut. Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD menurut Rusman, (Miftahul 2012:215) yaitu: a) Penyampaian tujuan dan motivasi Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. b) Pembagian kelompok Siswa di bagi kedalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas. c) Presentasi dari guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran, guru memberikan motivasi kepada siswa. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. d) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. e) Kuis (evaluasi)

16 Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. f) Penghargaan prestasi tim Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Untuk kelompok yang memperoleh skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru berupa sertifikat. Keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahap tahap sebagai berikut: 1) Menghitung skor individu Menurut Slavin (2005:29) untuk memberikan skor perkembangan individu di hitung seperti pada tabel : Tabel 4.2 Menghitung Skor Nilai Tes a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal b. 10 pon di bawah sampai 1 poin di bawah skor awal c. Skor awal sampai 1 poin di atas skor awal d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal e. Nilai sempurna (tanpa memperlihatkan skor awal) Skor perkembangan 0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin 2) Menghitung skor kelompok Dengan membuat rata rata skor perkembangan anggota kelompok yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh angota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai rata- rata skor perkembangan kelompok diperoleh kategori skor kelompok seperti tabel

17 Tabel 4.3 Menghitung Skor Kelompok Rata rata 0 < 5 5 < 15 15 < 25 25 < 30 Predikat - Tim baik Tim hebat Tim super Model pembelajaran STAD mengharuskan siswa belajar dalam kelompok kecil setiap siswa akan belajar dan saling mengajarkan keberhasilan yang dicapai oleh seorang siswa akan menentukan keberhasilan kelompoknya Menurut Fatimah, (dalam Slavin 2008:56) tahap tahapnya : 1) Pembelajaran kelompok belajar 2) Penyajian materi pembelajaran didepan kelas oleh guru 3) Setiap siswa mendapat tugas untuk dikerjakan angota kelompok 4) Guru memberikan kuis / latihan 5) Guru memberi salam 6) Kesimpulan 2.1.6.2 kelebihan dari Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut Yurisa (dalam Wiwin 2010:17) kelebihan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan kecakapan individu. 2) Meningkatkan kecakapan kelompok. 3) Meningkatkan komitmen. 4) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya. 5) Tidak bersifat kompetitif. 6) Tidak memiliki rasa dendam. 2.1.6.3 Implementasi model STAD dalam Pembelajaran Matematika Implementasi model STAD dalam pembelajaran Matematika adalah sebagai berikut:

18 a) Apersepsi, siswa diingatkan kembali tentang kompetensi dasar berkaitan dengan materi yang dipelajari sebelumnya. b) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk mengikuti pelajaran. c) Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran Matematika yang akan dilakukan. d) Guru membagi siswa dalam 4 atau 5 kelompok. e) Guru menyampaikan materi pelajaran Matematika. f) Guru mengenalkan alat peraga. g) Siswa diberi tugas kelompok dan melakukan diskusi kelompok. h) Guru membimbing kegiatan disukusi kelompok. i) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan diskusi kelompok. j) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. k) Guru mengadakan kuis secara individu. l) Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. m) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai yang paling tinggi. 2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Kustiani (2013) dengan judul penggunaan model pembelajaran Student Teams Achievment Divisions untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Noborejo 01 semester II tahun akademik 2012/2013. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa penerepan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Peningkatan ini dapat dilihat dari setiap siklus maupun dari kondisi awalnya. Pada kondisi awalnya rata rata hasil belajar matematika siswa 58,76, rata rata hasil belajar matematika pada siklus 1 sebesar 72,8.dan rata rata hasil belajar siklus 2 sebesar 83. Dengan kata lain hasil belajar siswa pada kondisi awal berada pada kategori rendah dan

19 pada siklus 1 berada dikategori sedang dan disiklus 2 berada dikategori tinggi. Dari penelitian yang dilakukan Wiwin ini hampir sama dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yang menjadi pembeda dari penelitian ini yaitu peneliti mencobakan model ini pada kelas rendah yaitu kelas 3. Dengan karakteristik siswa yang berbeda yaitu siswa di SD yang akan peneliti teliti itu cenderung anaknya lebih senang berbicara dengan temannya dari pada mendengarkan guru, maka dari ini didalam proses belajar mengajar yang akan peneliti terapkan akan lebih menekankan pada diskusi bersama dengan teman-temannya dalam kelompok secara bergilir. Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Noor Azizah (2007 dengan judul penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pemanfaatan LKS pokok bahasa Bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) siswa kelas IV semester 2 SDN watuagung kecamatan tuntang kabupaten semarang tahun palajaran 2006/2007.Dengan kondisi awalnya rata rata siswa 59,00 rata rata hasil belajar matematika pada siklus 1 sebesar 73,5.dan rata rata hasil belajar siklus 2 sebesar 86,2. Dengan kata lain nilai rata rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif STAD dengan pemanfaatan LKS lebih baik dari pada nilai rata rata hasil belajar pada pembelajaran dengan model konvensional. Penelitian Noor ini memang menggunakan model yang sama dengan peneliti namun yang menjadi pembeda dari penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu dalam diskusi kelompok Noor Azizah memadukan dengan metode belajar sambil bermain yang didalamnya siswa diajak mengerjakan soal dengan menggunakan permainan sehingga siswa cenderung lebih aktif. Penelitian serupa dilakukan oleh Intan Putri Utami (2008) dengan judul penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas V SD N Tlogo, Kec. Sukoharjo, Kab. Wonosobo Semseter II Tahun Pelajaran 2008 dan hasilnya didapat signifikan 0,006 < 0,05 dan terhitung sebesar 2, 840 < tabel 2,000 sehingga kesimpulannya ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran tipe STAD dengan siswa yang diajarkan

20 menggunakan pembelajaran konvensional hasil belajar matematika siswa kelas V SD yang diajarkan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD lebih baik dibandingkan siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional. Pada umumnya penelitian ini sama dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yang menjadi pembedanya yaitu, penelitian ini menggunakan desain penelitian yang dijabarkan oleh lewis sedangkan penelitian yang saya gunakan Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis. 2.3 Kerangka Pikir Sebuah tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal jika seorang guru mampu mengetahui karakteristik siswa dan kesulitan siswa dalam proses belajar, sehingga minat siswa dapat timbul dengan proses belajar mengajarnya. Apalagi dalam pembelajaran Matematika yang merupakan mata pelajaran yang abstrak dan kurang disukai oleh siswa. Maka disini guru harus bisa memilih model yang pas dengan karakteristik siswa tersebut. Cara yang ditempuh guru untuk menarik minat siswa agar dapat meningkatkan minat belajar dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal dengan karakteristik siswa yang lebih suka berinteraksi antara siswa satu dengan siswa yang lain. Sehingga keterlibatan siswa lebih banyak dari pada guru yang aktif. Pembelajaran ini dapat dibangkitkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD karena dalam pelaksanaannya, siswa dilatih untuk belajar mandiri melalui kerja kelompok, diskusi dan presentasi dari tugas yang diberikan. Adapun kerangka pikir mengenai penggunaan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran Matematika dapat ditunjukkan melalui peta konsep sebagai berikut:

21 Pembelajaran Matematika Guru Menyampaikan Materi Pembelajaran Konvensional Konsentrasi Siswa Kurang Proses Berfikir Siswa Abstrak Guru Sebagai Fasilitator Pembelajaran STAD Hasil Belajar <KKM Diskusi Kelompok Dan Presentasi Proses Berfikir Kogkrit Hasil Belajar>KKM Siswa Megkontruksi Gambar 2.3 Kerangka Pikir 2.4 Hipotesis Tindakan. Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Penerapan Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada materi Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar siswa pada siswa kelas 3 di SDN Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014 secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individu dengan nilai belajar Matematika 70 dan mengalami ketuntasan belajar klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar Matematikat dari KKM 65 yang ditentukan oleh sekolah serta ketuntasan secara klasikal 90% dari 21 siswa.