KERANGKA ACUAN KULIAH UMUM Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup: Perspektif Sains dan Kebijakan Publik

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG INSTRUMEN EKONOMI LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RPP INSTRUMEN EKONOMI LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

SALINAN. 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 54 TAHUN 2016

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR SUMATERA BARAT

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI MAMUJU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

Membangun Kesadaran Masyarakat Melalui Strategi Pro Green Regulation & Budgeting dan Pro Green Law Enforcement

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

I. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN KENDAL

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

GAMBARAN UMUM DINAS LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

Konsep Imbal Jasa Lingkungan Dalam Penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air Oleh: Khopiatuziadah *

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (DLHK) PROVINSI BANTEN TAHUN 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 810 TAHUN : 2011

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 KEPALA BIDANG TATA LINGKUNGAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN MALANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN ,87 Milyar atau senilai 14,99 % dari Produk Domestik Bruto

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 10 TAHUN 2013 T E N T A N G PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2014 SERI E NOMOR TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 64 Tahun : 2016

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

RENCANA STRATEGIS (R E N S T R A) KABUPATEN DEMAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 5 TAHUN 2013

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN PEMALANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

KERANGKA ACUAN KULIAH UMUM Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup: Perspektif Sains dan Kebijakan Publik Latar Belakang Upaya mengatasi masalah-masalah kian mendapat perhatian luas dewasa ini. Pendekatan ekonomi melalui penerapan instrumen ekonomi adalah salah satu jalan keluar yang diajukan untuk mengatasi persoalan-persoalan seperti pencemaran lingkungan, kerusakan sumber, dan perubahan iklim. Pada bulan November 2017, Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup. Penyusunan Peraturan Pemerintah ini adalah mandat dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tujuan dari Peraturan Pemerintah tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut PP IELH), sebagaimana tertulis dalam Peraturan Pemerintah ini, adalah untuk (a) menjamin akuntabilitas dan penataan hukum dalam penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan ; (b) mengubah pola pikir dan perilaku pemangku kepentingan dalam pembangunan dan kegiatan ekonomi. (c) mengupayakan pengelolaan pendanaan Lingkungan Hidup yang sistematis, teratur, terstruktur, dan terukur; dan (d) membangun dan mendorong kepercayaan publik dan internasional dalam pengelolaan Pendanaan Lingkungan Hidup. Dari segi instrumen, terdapat tiga instrumen ekonomi yang diatur dalam PP IELH, yakni (1) instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi; (2) instrumen pendanaan ; dan (3) instrumen insentif dan/atau disinsentif. Apabila merujuk pada tujuan-tujuan dan pada instrumen ekonomi yang disebut di muka, instrumen pendanaan dari PP IELH ini terkesan lebih menonjol dibanding instrumen yang lain. Sebetulnya PP IELH mencakup satu himpunan intrumen ekonomi yang lebih lebar dan lebih dalam dari segi pilihan dan ruang lingkupnya. Tabel terlampir memberikan gambaran instrumen-instrumen ekonomi dalam PP IELH. Pada saat PP IELH terbit, tanggapan pihak industri dan pelaku ekonomi di berbagai sektor terhadap PP ini sebagian besar berkenaan dengan implikasi penerapan instrumen ekonomi pada berbagai sektor ekonomi. Tanggapan semacam ini penting untuk menempatkan kembali PP IELH dalam keseluruhan dirinya, yakni sebagai instrumen ekonomi untuk perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi, pendanaan, serta insentif/disinsentif dalam rangka perlindungan dan pengelolaan. Terlebih lagi karena dalam sejumlah hal dan derajat tertentu, instrumen-instrumen ekonomi tersebut bisa terkait antara satu dengan yang lain. Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) bekerjasama dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia hendak mengadakan kuliah umum tentang instrumen ekonomi. Kuliah umum ini bermaksud mengajak para pemangku kepentingan dan khalayak luas untuk menjelajahi keseluruhan sekaligus kedalaman instrumen-instrumen ekonomi yang dicakup dalam PP IELH, termasuk instrumen pendanaan, guna memahami instrumen-instrumen ekonomi dengan lebih baik dan lengkap. Secara khusus, kuliah umum tentang instrumen ekonomi ini hendak menjelaskan pokok-pokok berikut: (1) Apa instrumen ekonomi dan apa fondasi ilmiah dari instrumen-instrumen ekonomi (baik yang umum maupun yang operasional) dalam PP IELH ini (2) Status riset paling mutakhir dari instrumen-instrumen ekonomi dalam khasanah literatur ilmiah, riset kebijakan publik, serta aplikasi di Indonesia

(3) Tantangan-tantangan yang mungkin muncul dari penerapan PP IELH ini baik dari sisi konsep/saintifik ataupun dari sisi kebijakan/praktis Maksud dan Tujuan Kuliah umum ini dimaksudkan untuk: 1. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang instrumen-instrumen ekonomi yang ada dalam Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup; 2. Menyajikan landasan ilmiah, riset terkini, dan aplikasi dari instrumen-instrumen ekonomi dalam khasanah; 3. Menyampaikan kemungkinan dan keterbatasan instrumen-instrumen ekonomi ini serta tantangan penerapannya di Indonesia; 4. Menunaikan visi dan misi Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) berkaitan dengan upaya mendorong terciptanya perangai ilmiah (scientific temper) dan penggunaan ilmu pengetahuan dalam kebijakan publik, secara khusus untuk perumusan dan penerapan kebijakan di tanah air Bentuk Kegiatan Kegiatan ini terdiri dari kuliah umum dan tanggapan atas materi kuliah. Kuliah umum akan diberikan oleh Dr.rer.pol. Sonny Mumbunan, MSc. Seorang pakar ekonomi, Dr. Mumbunan adalah peneliti di Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia (RCCC UI), pengajar mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Alam pada Program Master Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, dan ekonom senior Resources Institute (WRI) Indonesia yang menangani program New Climate Economy untuk Indonesia. Dalam kebijakan publik, Dr. Mumbunan terlibat dalam pengembangan instrumen ekonomi dan fiskal untuk penanganan limbah beracun dan mitigasi perubahan iklim di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, selain menjadi tenaga ahli dan policy advisor di Kantor Staf Presiden (KSP) dan Unit Kerja Presiden Bidang Pemantauan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Pernah bekerja sebagai konsultan untuk lembaga-lembaga PBB seperti UNDP, UNESCO, UNIDO, UNOPS, dan World Bank. Ia memperoleh gelar doktor ilmu ekonomi (Dr.rer.pol.) dari Wirtschaftswissenchaftliche Fakulteit, Universitaet Leipzig, Jerman, dan anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI). Adapun penanggap terhadap materi kuliah umum akan mewakili swasta dan pemerintah. 1. Bapak Mohamad Irwan Lapatta, S.Sos., MSi., Bupati Sigi, Sulawesi Tengah. Mohamad Irwan Lapatta adalah Bupati dari Sigi, Sulawesi Tengah, dan menghadapi tantangan sebuah kabupaten dengan lebih dari 70 persen teritorinya merupakan kawasan hutan, termasuk Taman Nasional Lore Lindu. 2. Bapak Edi Setijawan, Direktur Keuangan Berkelanjutan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Edi Setijawan adalah Direktur Bidang Sustainable Finance pada Group Dukungan Strategis Dewan Komisioner, Otoritas Jasa Keuangan, dan terlibat antara lain dalam pengembangan efek bersifat utang berwawasan lingkungan atau green bond. 3. Ibu Etjih Tasriah, SE., MPP., Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik (BPS). Etjih Tasriah adalah supervisor neraca pertambangan, energi, dan konstruksi di Direktorat Neraca Produksi, BPS, dan terlibat dalam pemajuan Sistem Terintegrasi Neraca Ekonomi dan Lingkungan (Sisnerling) di BPS.

4. Perwakilan PT Goodyear Indonesia. (to be confirmed) Tentang pengalaman perusahaan mengelola bahan dan limbah industri dan hubungan pengelolaan tersebut dengan instrumen ekonomi terkait penanganan limbah. Waktu dan Tempat Hari : 19 Januari 2018 Waktu : 9:00-11:30 WIB Tempat : Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Gedung Perpustakaan Nasional Lt. 17 Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta Pusat Bahasa Bahasa yang akan digunakan dalam presentasi dan diskusi adalah bahasa Indonesia. Agenda Kegiatan Waktu Kegiatan Subjek 08:30-09:00 Registrasi peserta/coffee WRI Indonesia 09:00-09:15 Pembukaan dan sambutan ALMI Dr. Nirarta Samadhi WRI Indonesia 09:15-10:15 Kuliah umum instrumen ekonomi Dr. Sonny Mumbunan 10:15-10:25 Tanggapan 1 Mohamad Irwan Lapatta, S.Sos., MSi., Bupati Sigi, Sulawesi Tengah. 10:25-10:35 Tanggapan 2 Edi Setijawan, Otoritas Jasa Keuangan. 10:35-10:45 Tanggapan 3 Etjih Tasriah, SE., MPP., Badan Pusat Statistik 10:45-10:55 Tanggapan 4 Perwakilan perusahaan 10:55-11:30 Tanya-jawab Moderator 11:30 Penutupan Daftar undangan 70 orang undangan (by invitation) yang mewakili sektor swasta, industri, perbankan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, lembaga donor, masyarakat sipil, jurnalis, dan peneliti.

Struktur dan cakupan instrumen ekonomi dalam PP 46/2017 Instrumen ekonomi LH (umum) 1. Perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi 2. Pendanaan Instrumen ekonomi LH (operasional) 1.1. Neraca Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Hidup (LH) 1.2. Penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB) dan PDRB (Produk Domestik Regional Brutto) Lingkungan Hidup 1.3. Kompensasi/imbal jasa antar daerah 1.4. Internalisasi biaya 2.1. Dana jaminan pemulihan lingkungan 2.2. Dana penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan dan pemulihan. Bidang 1. Pengelolaan sumber 2. Penataan ruang 3. Konservasi sumber 4. Pelestarian fungsi 1. Penanggulangan keadaan darurat di wilayah usaha dan/atau kegiatan yang disebabkan oleh usaha dan/atau kegiatannya 2. Pemulihan lingkungan pasca operasi di wilayah usaha dan/atau kegiatan yang disebabkan oleh usaha dan/atau kegiatannya 1. Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan pada lokasi yang tidak diketahui sumber dan/atau pelakunya 2. Pemulihan lingkungan akibat pencemaran dan/atau kerusakan yang tidak diketahui sumber dan/atau pelakunya Ruang lingkup/kegiatan/kriteria a. Perlindungan tata air b. Perlindungan keanekaragaman hayati c. Penyerapan dan penyimpanan karbon d. Pelestarian keindahan alam e. Jasa lainnya. a. Pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan b. Pemantauan terhadap pencemaran dan/atau kerusakan c. Pemeliharaan d. Pengelolaan limbah dan emisi e. Pemulihan pasca operasi f. Perkiraan penanganan risiko a. Pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan b. Penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan c. Cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi a. Pembersihan unsur pencemar dan/atau perusak b. Remediasi c. Rehabilitasi d. Restorasi e. Upaya penanganan dengan cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan a. Pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan kepada masyarakat b. Pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan c. Penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan d. Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi a. Pembersihan unsur pencemar dan/atau perusak b. Remediasi c. Rehabilitasi d. Restorasi e. Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

3. Insentif dan/atau disinsentif. 2.3. Dana Amanah/Bantuan Konservasi 3.1. Pengembangan sistem label ramah lingkungan 3.2. Pengadaan Barang dan Jasa Lingkungan Hidup 3.3. Penerapan pajak, retribusi, dan subsidi 3.3. Pengembangan sistem Lembaga Jasa Keuangan yang ramah lingkungan 3.4. Pengembangan sistem Perdagangan Izin 1. Konservasi sumber 2. Pencadangan sumber 3. Pelestarian fungsi atmosfer a. Pengakuan atas pemenuhan kriteria penaatan hukum b. Pengakuan atas pemenuhan kriteria inovasi dan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan melebihi yang dipersyaratkan c. Informasi dan perlindungan bagi masyarakat a. Pengenaan tarif pajak pusat dan daerah pada setiap orang yang memanfaatkan sumber berdasarkan kriteria dampak b. Pengenaan tarif retribusi jasa umum daerah berdasarkan penghitungan biaya penyediaan sarana dan prasarana yang mencegah pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan c. Penerapan subsidi nonenergi yang dibatasi dalam jangka tertentu kepada setiap orang yang kegiatan produksinya berdampak pada perbaikan fungsi. a. Penetapan dan pengaturan, alokasi kuota teknologi a. Perlindungan b. Pengawetan c. Pemanfaatan a. Kegiatan pelestarian fungsi yang menjadi bagian dari mitigasi perubahan iklim b. Kegiatan pelestarian fungsi yang menjadi bagian dari adaptasi perubahan iklim c. Perlindungan lapisan ozon d. Kegiatan pendukung pengendalian perubahan iklim e. Kegiatan lainnya yang diatur oleh Menteri a. Penyusutan sumber b. Pencemaran c. Kerusakan a. Memproduksi barang dan/atau jasa yang ramah b. Merupakan usaha dan/atau kegiatan mikro, kecil, dan menengah yang berupaya mencegah pencemaran dan/atau kerusakan c. Menghasilkan produk dan teknologi untuk dan/atau berdampak kepada perbaikan fungsi

Pembuangan Limbah dan/atau Emisi 3.5. Pengembangan asuransi 3.6. Pengembangan sistem pembayaran jasa 3.7. Sistem penghargaan kinerja di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan. izin yang diperdagangkan berdasarkan daya dukung dan daya tampung b. Sistem perdagangan melalui kesepakatan realokasi beban dan kuota masing-masing pihak yang melakukan perdagangan c. Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan a. Kebijakan penyelenggaraan b. Fasilitasi pengembangan kelembagaan c. Fasilitasi resolusi konflik a. Tingkat risiko b. Perkiraan pembiayaan keadaan darurat a. Identifikasi jasa yang harus dibayar b. Ketentuan penghitungan besaran jasa c. Verifikasi dan validasi pemanfaat jasa dan penyedia jasa d. Sistem informasi dan pemanfaatan pelaksanaan e. Peningkatan kapasitas. a. Pengembangan standarisasi kompetensi fasilitator b. Pengembangan mekanisme dan bentuk kelembagaan c. Peningkatan kapasitas a. Berjasa dalam upaya perlindungan dan pengelolaan ; dan b. Berjasa dalam pengelolaan sumber.