GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 5.A TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PEMERINTAH KABUPATEN TOLITOLI

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 07 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada

WALIKOTA PROBOLINGGO

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR : 31 /BPKAD/TAHUN 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH

PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG

B U P A T I K U N I N G A N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 8 TAHUN 2013

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARA,

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 40 PERATURAN WALIKOTA CILEGON TENTANG

WALIKOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-A TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

SALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 47 TAHUN No. 47, 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 35

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

AKUNTANSI PENDAPATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 13 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 87 TAHUN No. 87, 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 26 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 542 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR : 80 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 03 NERACA

Transkripsi:

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Barat Nomor: 8 Tahun 2012 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat... vii LAMPIRAN I KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI...... 1 PENDAHULUAN... 1 Tujuan... 1 Ruang Lingkup... 1 LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN... 1 Bentuk Umum Pemerintahan dan Pemisahan Kekuasaan... 1 Sistem Pemerintahan Otonomi dan Transfer Pendapatan antar Pemerintah... 1 Adanya Pengaruh Proses Politik... 1 Hubungan antara Pembayaran Pajak dan Pelayanan Pemerintah Daerah... 2 Anggaran sebagai Pernyataan Kebijakan Publik, Target Fiskal, dan Alat Pengendalian... 2 Investasi dalam Aset yang Tidak Menghasilkan Pendapatan... 2 Kemungkinan Penggunaan Akuntansi Dana untuk Tujuan Pengendalian... 3 PENGGUNA DAN KEBUTUHAN INFORMASI... 3 Pengguna Laporan Keuangan... 3 Kebutuhan Informasi Pengguna... 3 PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN... 3 Peranan Pelaporan Keuangan... 3 Tujuan Pelaporan Keuangan... 4 ENTITAS PELAPORAN... 4 DASAR HUKUM PELAPORAN KEUANGAN... 4 ASUMSI DASAR... 5 Kemandirian Entitas... 5 Kesinambungan Entitas... 5 Keterukuran dalam Satuan Uang... 5 KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN... 5 Relevan... 5 Andal... 6 Dapat Dibandingkan... 6 Dapat Dipahami... 6 PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN... 6 Basis Akuntansi... 6 Prinsip Nilai Perolehan... 6 Prinsip Realisasi... 6 Prinsip Substansi Mengungguli Formalitas... 7 Prinsip Periodisitas... 7 Prinsip Konsistensi... 7 Prinsip Pengungkapan Lengkap... 7 Prinsip Penyajian Wajar... 7 KENDALA INFORMASI AKUNTANSI YANG RELEFAN DAN ANDAL... 7 Materialitas... 7 Pertimbangan Biaya dan Manfaat... 7 Keseimbangan antar Karakteritik Kualitatif... 8 JENIS LAPORAN KEUANGAN... 8 Laporan Realisasi Anggaran... 8 Neraca... 9 Laporan Arus Kas... 9 iii

Catatan Atas Laporan Keuangan... 10 KEBIJAKAN AKUNTANSI POS-POS LAPORAN KEUANGAN... 12 KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN... 12 Definisi Pendapatan... 12 Klasifikasi Pendapatan... 12 Pengakuan Pendapatan... 12 Pengukuran Akuntansi... 13 Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan... 14 KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA... 15 Definisi Belanja... 15 Klasifikasi Belanja... 15 Pengakuan Belanja... 16 Pengukuran Belanja... 21 Penyajian dan Pengungkapan Belanja... 21 KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN... 22 Tujuan Pembiayaan........... 22 Definisi Pembiayaan... 22 Sumber-Sumber Pembiayaan......... 22 Penerimaan Pembiayaan... 22 Pengeluaran Pembiayaan... 22 Pembiayaan Neto... 23 Pengakuan Pembiayaan... 23 Pengakuan Pembiayaan Dana Bergulir... 23 Transaksi Dalam Mata Uang Asing... 24 Penyajian dan Pengungkapan Pembiayaan... 24 KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET... 25 Tujuan... 25 Ruang Lingkup... 25 Klasifikasi Aset... 25 Pengakuan Aset... 25 KAS DAN SETARA KAS... 25 Definisi Kas Dan Setara Kas... 25 Pengukuran Kas dan Setara Kas... 26 Pengakuan Kas dan Setara Kas... 26 Penyajian dan Pengungkapan Kas dan Setara Kas... 27 INVESTASI JANGKA PENDEK... 27 Definisi Investasi Jangka Pendek... 27 Pengakuan Investasi Jangka Pendek... 28 Pengukuran Investasi Jangka Pendek... 28 Penilaian Investasi Jangka Pendek... 29 Pengakuan Hasil Investasi Jangka Pendek... 29 Pelepasan dan Pemindahan Investasi Jangka Pendek... 29 Penyajian dan Pengungkapan Investasi Jangka Pendek... 30 PIUTANG... 30 Definisi Piutang... 30 Pengakuan Piutang... 31 Pengukuran Piutang... 31 Klasifikasi Piutang... 31 Piutang Pajak... 31 Piutang Retribusi... 31 Piutang Dana Bagi Hasil... 32 Piutang Dana Alokasi Umum... 32 Piutang Dana Alokasi Khusus... 32 PIUTANG LAIN LAIN... 33 Piutang Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran... 34 iv

Piutang Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah... 35 Piutang Hasil Penjualan Barang Milik Daerah... 36 Piutang Bagi Hasil Laba Usaha Perusahaan Daerah... 36 Piutang Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum... 36 Piutang Kemitraan... 37 Piutang Lainnya... 37 PERSEDIAAN... 37 Definisi Persediaan... 37 Pengakuan Persediaan... 37 Pengukuran Persediaan... 38 Penyajian dan Pengungkapan Persediaan... 40 INVESTASI JANGKA PANJANG... 40 Definisi Investasi Jangka Panjang... 40 Pengakuan Investasi Jangka Panjang... 41 Pengukuran Investasi Jangka Panjang... 41 Penilaian Investasi Jangka Panjang... 42 Pengakuan Hasil Investasi Jangka Panjang... 42 Pelepasan dan Pemindahan Investasi Jangka Panjang... 42 ASET TETAP... 43 Definisi Aset Tetap... 43 Klasifikasi Aset Tetap... 44 Pengakuan Aset Tetap... 44 Pengukuran Aset Tetap... 44 Penilaian Awal Aset Tetap... 45 Perolehan Secara Gabungan... 45 Pertukaran Aset Tetap... 46 Aset Donasi... 47 Aset Bersejarah... 48 Pengeluaran Setelah Perolehan... 48 Pengukuran Berkutnya Terhadap Pengakuan Awal... 48 Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap... 48 Penilaian Kembeli Aset Tetap... 50 Kapitalisasi Aset......... 51 Pengungkapan Aset Tetap... 56 Tanah... 56 Peralatan dan Mesin... 58 Gedung dan Bangunan... 58 Jalan, Irigasi, dan Jaringan... 60 Aset Tetap Lainnya... 60 Konstruksi Dalam Pengerjaan... 63 KEBIJAKAN AKUNTANSI DANA CADANGAN... 68 KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET LAINNYA... 68 Tagihan Penjualan Angsuran... 68 Tuntutan Perbendaharaan (TP) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR... 69 Kemitraan Dengan Pihak Ketiga... 69 Aset Tak Berwujud... 71 Aset Lain-lain... 71 KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN... 73 Definisi Kewajiban... 73 Pengukuran Kewajiban... 73 Pengakuan Kewajiban... 73 Pengungkapan Kewajiban... 77 KEBIJAKAN AKUNTANSI EKUITAS DANA... 77 Definisi Ekuitas Dana... 77 Pengakuan Ekuitas Dana... 78 KEBIJAKAN AKUNTANSI ASURANSI DIBAYAR DIMUKA... 78 KEBIJAKAN AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN... 78 Definisi Kesalahan... 78 v

Jenis Kesalahan... 79 LAMPIRAN II Sistem Akuntansi... 1 Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas... 1 Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas... 2 Prosedur Akuntansi Aset Tetap/Barang Milik Daerah... 3 Prosedur Akuntansi Selain Kas... 4 LAMPIRAN III Format Rekapitulasi Laporan Semester SKPD dan SKPKD... 1 Format Rekapitulasi Laporan Realisasi Anggaran Permendagri 13... 4 Format Rekapitulasi Laporan Realisasi Anggaran SAP... 6 Format Rincian Laporan Realisasi Anggaran... 8 LAMPIRAN IV Format Neraca SKPKD... 1 Format Neraca SKPD... 6 LAMPIRAN V Format Laporan Arus Kas... 1 LAMPIRAN VI Format Catatan atas Laporan Keuangan SKPKD... 1 Format Catatan Atas Laporan Keuangan SKPD... 4 LAMPIRAN VII Format Pernyataan Gubernur... 1 Format Pernyataan Pengguna Anggaran... 1 vi

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 239 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 menyatakan bahwa kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi pemerintah daerah dengan berpedoman pada standar akuntansi pemerintahan; b. bahwa berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 24 tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, maka terhadap Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 13 tahun 2010 tentang Sistem dan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat perlu dilakukan penyempurnaan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah- Daerah Otonom Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1106); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali dan yang terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 12. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2008 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 3); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Provinsi Kalimantan Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Barat. 4. Wakil Gubernur adalah Wakil Gubernur Kalimantan Barat. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat. 6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat. 7. Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu Gubernur dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Sekretaris Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah.

8. Sistem adalah suatu susunan secara teratur dari kegiatan-kegiatan yang saling bergantung pada prosedur-prosedur yang berhubungan dan saling melengkapi serta memudahkan pelaksanaan pekerjaan dari suatu kegiatan organisasi yang penting. 9. Akuntansi adalah proses pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penginterpretasian atas hasilnya, serta penyajian laporan. 10. Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktek-praktek spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. 11. Standar Akuntansi Pemerintahan, selanjutnya disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah / pemerintah daerah. 12. Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah / pemerintah daerah. 13. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan daerah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. 14. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang daerah dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. 15. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dan merupakan rujukan penting bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, dan pemeriksa dalam mencari pemecahan atas suatu masalah yang belum diatur secara jelas dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. 16. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah gubernur yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. 17. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan kepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah. 18. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah. 19. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan tugas sebagian tugas BUD. 20. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/barang. 21. Unit kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program. 22. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-SKPD adalah Pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD. 23. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya. 24. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya. 25. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD. 26. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

27. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD. 28. Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah. 29. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. 30. Periode Akuntansi adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember. 31. Prognosis adalah perkiraan dana yang dibutuhkan/diperlukan oleh SKPD untuk enam bulan berikutnya (semester kedua) pada tahun anggaran berkenaan. 32. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. 33. Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. 34. Setara Kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dijabarkan menjadi kas serta bebas dari resiko perubahan nilai yang signifikan. 35. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. 36. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara pendapatan daerah dan belanja daerah. 37. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. 38. Transfer masuk adalah penerimaan uang dari suatu entitas pelaporan lain termasuk penerimaan dari dana perimbangan dan dana bagi hasil. 39. Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan kepada entitas pelaporan lainnya termasuk pengeluaran untuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. 40. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. 41. Sistem Pembukuan Tunggal (Single Entry) adalah suatu cara pembukuan yang ditandai oleh suatu pembukuan saja untuk setiap transaksi pada salah satu perkiraan buku besar. 42. Sistem Pembukuan Berpasangan (Double Entry) adalah suatu metode akuntansi yang mengakui dualitas dari suatu transaksi (sumber dan penempatan) sedemikian rupa sehingga perubahan dalam suatu rekening secara otomatis akan menyebabkan perubahan yang seimbang dalam rekening atau rekening-rekening lainnya. 43. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali. 44. Piutang daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah. 45. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah dan/atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah. 46. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. 47. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, deviden, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

48. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 49. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. 50. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. 51. Neraca adalah posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. 52. Neraca Saldo adalah angka-angka saldo dari semua akun buku besar sesuai dengan posisi debit atau kredit masing-masing akun. 53. Aset Daerah adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah Provinsi Kalimantan Barat maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan mata uang rupiah, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. 54. Aset Lancar adalah kekayaan atau sumber daya ekonomis yang diharapkan dapat dicairkan menjadi kas, dijual atau dipakai habis dalam satu periode akuntansi. 55. Kas adalah alat pembayaran yang sah yang dapat dipergunakan setiap saat. 56. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat untuk menampung seluruh penerimaan dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan. 57. Kas di Kas Daerah adalah uang tunai dan saldo rekening giro yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan entitas pemerintah daerah, saldo Kas di Kas Daerah pada Neraca adalah saldo rekening Koran per 31 Desember tahun anggaran bersangkutan. 58. Kas di Bendahara Pengeluaran adalah saldo kas pada Bendahara Pengeluaran yang dapat digunakan untuk pembayaran keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD sesuai dengan bukti pengeluaran (SPJ). Terhadap sisa UYHD harus disetor ke Kas daerah paling lambat tanggal 31 Desember tahun berkenaan. 59. Saldo kas di bendahara pengeluaran pada neraca adalah saldo atau sisa kas yang ada di Bendahara Pengeluaran yang sampai dengan 31 Desember Tahun Anggaran bersangkutan belum disetor ke Kas Daerah. 60. Kas di Bendahara Penerimaan adalah saldo kas pada Bendahara Penerimaan yang merupakan penerimaan berdasarkan surat tanda setoran bagi Unit Kerja yang menangani pendapatan dan harus disetor ke Kas Daerah paling lama 1 (satu) hari setelah diterima, kecuali ada ketentuan lain. 61. Saldo kas di bendahara penerimaan pada neraca adalah saldo yang masih terdapat pada bendahara penerimaan yang sampai dengan 31 Desember Tahun Anggaran bersangkutan belum disetor ke Kas Daerah. 62. Piutang adalah hak atau klaim kepada pihak ketiga yang diharapkan dapat dijadikan kas dalam satu periode akuntansi. 63. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah yang berasal dari sisa pengadaan barang pakai habis tahun anggaran sebelumnya yang akan habis digunakan pada tahun anggaran berikutnya, dan atau barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. 64. Investasi Jangka Pendek adalah penyertaan modal yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomis dalam jangka waktu kurang dari satu periode akuntansi. 65. Investasi Jangka Panjang adalah penyertaan modal yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomis dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi.

66. Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. 67. Aset Tak Berwujud adalah aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. 68. Aset lain-lain adalah aktiva yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap, dan dana cadangan. 69. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. 70. Kewajiban Jangka Pendek adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. 71. Kewajiban Jangka Panjang adalah kewajiban yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. 72. Ekuitas Dana adalah jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara jumlah aset dan kewajiban. 73. Laporan Arus Kas adalah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan keluar selama suatu periode akuntansi, serta posisi kas pada tanggal pelaporan. 74. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan yang menyajikan informasi silang antara Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas pada SKPKD dan informasi silang antara Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan CaLK pada SKPD. 75. Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik agar dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasi. 76. Laporan Keuangan Konsolidasi adalah laporan keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan SKPD sehingga tersaji sebagai laporan keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Pasal 2 (1) Gubernur menetapkan Peraturan Gubernur mengenai Kebijakan Akuntansi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Daerah tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. (2) Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat : a. Definisi, pengakuan, pengukuran dan pelaporan setiap akun dalam laporan keuangan; dan b. Prinsip-prinsip penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan. Pasal 3 (1) Penjabaran Kebijakan Akuntansi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sebagaimana tercantum pada lampiran I, II, III, IV, V, VI, dan VII merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. (2) Kebijakan Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pedoman atau acuan bagi setiap SKPD di lingkungan pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan PPKD dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan. Pasal 4 Kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1), mengatur hal-hal sebagai berikut : a. Prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipillih oleh pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. b. Kebijakan akuntansi keuangan daerah pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. c. Kebijakan akuntansi pos-pos laporan keuangan untuk pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

Pasal 5 Kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1), dilaksanakan berdasarkan Kerangka Konseptual Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah yang mengacu pada Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan. Pasal 6 Dengan berlakunya Peraturan Gubernur ini, maka Peraturan Gubernur Nomor 13 Tahun 2010 tentang Sistem dan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Berita Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010 Nomor 13) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 7 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Ditetapkan di P o n t i a n a k pada tanggal 6 Januari 2012 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, ttd CORNELIS Diundangkan di Pontianak pada tanggal 6 Januari 2012 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT ttd M. ZEET HAMDY ASSOVIE BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2012 NOMOR : 8