2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

2015 KONSEP PERCAYA DIRI PEREMPUAN SUNDA DALAM JANGJAWOKAN PARANTI DISAMPING

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Setiap suku bangsa memiliki adat dan tradisinya yang berbeda-beda sesuai

BAB II LANDASAN TEORETIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2)

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

MANTRA PENGASIHAN: TELAAH STRUKTUR, KONTEKS PENUTURAN, FUNGSI, DAN PROSES PEWARISANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN A. SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

PERANAN MAGIS JANGJAWOKAN NYADARKEUN DALAM SENI TRADISI REAK HELARAN DI KECAMATAN CIBIRU KOTA BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian La Tike, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Miftahul Malik, 2015

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi perlu memperhatikan pilihan kalimat yang digunakan agar. penutur baik secara lisan maupun tulisan.

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB 1 PENDAHULUAN. Membicarakan mantra dalam ranah linguistik antopologi tidak akan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tidaklah dilihat sebagai barang antik yang harus diawetkan, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat. Sastra merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Bab III ini mencakup lokasi penelitian, langkah-langkah atau cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aprilia Marantika Dewi, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mantra merupakan puisi lisan yang bersifat magis. Magis berarti sesuatu yang dipakai manusia untuk mencapai tujuannya dengan cara-cara yang istimewa. Perilaku magis disebut juga sebagai perilaku yang dilakukan untuk mencapai suatu maksud yang dirasa manusia ada di alam supranatural. Keberadaan mantra di masyarakat sangat bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat. Kepercayaan terhadap adanya jiwa yang menguasai alam sehingga dapat berpengaruh terhadap kehidupan manusia dan alam sekitar merupakan dasar adanya mantra yang digunakan masyarakat. itulah yang diungkapkan Rusyana dalam bukunya yang meneliti Pantun dan Folklor Sunda yang berjudul Bagbagan Puisi Mantra Sunda (1970, hlm. 3-5). Mantra terdiri dari Asihan, Ajian, Jangjawokan, Jampi, Singlar, dan Rajah. Asihan adalah salah satu jenis mantra yang dimiliki masyarakat Sunda. Asihan berasal dari bahasa Sunda, asih yang artinya sayang, sedangkan masyarakat Sunda biasa menyebutkan pangasih yang artinya pemberian kasih sayang. Asihan adalah puisi mantra yang digunakan untuk mempengaruhi sukma atau hati orang lain yang disukai atau dihormati. Sehingga mempunyai ikatan dengan yang menggunakan Asihan ini (Rusyana 1970, hlm. 3-11). Mantra Asihan yang termasuk puisi lisan yang merupakan tradisi lisan atau folklor lisan sebagai karakteristik atau tradisi suatu masyarakat khususnya masyarakat Sunda. Asihan memiliki unsur magis seperti dijelaskan oleh Rusyana (1970, hlm. 3-12) bahwa mantra termasuk puisi magis. Munculnya daya magis dan kekuatan puisi itu dipengaruhi oleh sugesti yang ditimbulkan oleh kata dan bunyi yang berulang kali diucapkan, juga karena dalam teks asihan terdapat kalimat-kalimat yang menunjukan pemujaan terhadap Karuhun dan Tokoh-tokoh yang dianggap Agung seperti kepada Rasul, Nabi Sulaeman, Nabi Musa, Prabu Tadji Sunan Gunung Jati, sampai Semar pun turut disebut dalam Asihan. Asihan itu sama dengan Gendam dan Pelet yang sebenarnya sama saja fungsinya untuk 1

2 mempengaruhi sukma atau hati orang lain serta biasanya digunakan oleh para lelaki terhadap perempuan yang disukai atau dicintai. Secara umum Mantra Asihan Diri tidak ada perbedaan dengan Asihan lainnya. Namun secara khusus mantra Asihan Diri ada beberapa kelebihan seperti tujuannya tidak hanya untuk mempengaruhi sukma orang yang dicintai atau dihormati, namun siapa saja yang ingin di pengaruhi sukmannya seperti orangorang yang dianggap membahayakan, mengancam, dan menguasai diri pengguna mantra Asihan Diri ini. Mantra Asihan Diri (MAD) tidak bisa sembarang dituturkan oleh sembarang orang, karena Asihan memiliki kekuatan magis dan sifatnya sakral. Maka dari itu MAD dibedakan dengan mantra lainya yaitu proses penuturan yang sebelumnya ada ritual. Ritual yang harus dijalani calon penutur yaitu adanya persyaratan seperti berpuasa, melakukan dzikir, ritual meminta izin kepada leluhur calon penutur. Karena setiap orang khususnya masyarakat sunda di kabupaten Sukabumi percaya bahwa leluhur mereka ada hubungannya dengan MAD yang akan dipergunakan. Bukan hanya ritual sebelum menggunakan MAD, namun ada pantangan yang harus dipatuhi. Ada penelitian yang sebelumnya dari Saputra tahun 2013 yang berjudul Analisis Struktur, Fungsi, dan Kontek Penuturan Asihan Diri. Berdasarkan hasil pembahasan penelitian tersebut MAD bertujuan untuk mempengaruhi sukma orang Asing yaitu bangsa Cina dan Belanda. MAD ini sebenarnya lahir bukan dari Sukabumi melainkan berasal dari Banten, namun MAD di atas sudah menjadi tradisi di Sukabumi. MAD ini digunakan oleh informan selama merantau di Jakarta. Informan menggunakan MAD ini bertujuan untuk melancarkan pekerjaannya sebagai pemegang proyek bangunan. Mantra ini digunakan untuk mendekati atasan informan dan keluarganya untuk melancarkan usahanya agar tetap percaya terhadap informan untuk memegang proyek-proyek lainnya. Atasan informan dan keluarganya diketahui asli keturunan Cina atau biasa masyarakat Indonesia menyebut orang Tionghoa. Penuturan MAD tersebut memiliki ritual yang harus dilakukan. Informan menjelaskan bahwa setelah calon penutur menyelesaikan ritual sebelum menggunakan MAD ini, calon penutur bisa

3 dianggap sudah menjadi penutur yang siap menggunakan MAD. Meskipun MAD ini dapat digunakan oleh semua orang, baik laki-laki atau perempuan, remaja atau dewasa, namun tetap tidak sembarang orang dapat melewati semua persyaratan dan pantangan dari MAD ini. MAD ini sangat besar kemungkinan terdapat di daerah yang masyarakat utamanya masyarakat sunda, adapun yang masih kuat tradisi mantranya seperti Sukabumi, Cianjur, Banten, Cirebon, dan Garut. Bahkan daerah-daerah perbatasan antara provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah seperti Kota banjar, Ciamis, dan Indramayu, serta di luar daerah Sunda seperti Selawesi yang berada salah-satu penutur bekerja dan menetap di sana. Berdasarkan penjelasan di atas, tradisi MAD ini masih dimiliki sebagian kecil masyarakat Sunda di Sukabumi dan adanya kemungkinan maksud terciptanya untuk melawan dan memperdaya orang asing termasuk bangsa pejajah pada masa itu. Hubungannya dengan masa kini pun masih ada keberadaannya, namun sangat jarang masyarakat Sunda yang mempergunakannya. Seperti pembahasan di atas, salah satu penyebab jarangnya penggunaan puisi mantra ini adalah pergeseran pola pikir masyarakat masa kini sudah mulai modern, tidak percaya akan mantra-mantra karena teknologi yang semakin canggih dapat mengubah atau mempermudah segala aktivitas masyarakat yang haus akan kejayaan masa depan. Adapun hal-hal yang menyebab pudarnya tradisi lisan (Mantra Asihan Diri) yaitu ketika masyarakat sudah mulai meninggalkan tradisi, maka tidak dipungkiri bahwa sebenarnya masyarakat sudah meninggalkan nilai-nilai luhur yang dianutnya secara turun-temurun. Oleh karena itu, penelitian mengenai mantra menjadi penting dan bertujuan untuk menggali nilai-nilai kearifan dengan harapan supaya dapat diejawantahkan dalam kehidupan bermasyarakat saat ini dan selanjutnya. Bukan hanya untuk melestarikan budaya Sunda yang sudah jarang digunakan oleh masyarakat pemiliknya karena alasan modernisasi dan globalisasi informasi. Penelitian terhadap MAD dapat mengungkap pandangan masyarakat

4 Sunda yang berada di kota dan kabupaten Sukabumi terhadap bangsa Asing dan memperlihatkan karakteristik masyarakat Sunda di Sukabumi. Ada pun penelitian sebelumnya yang mengkaji Asihan yang dilakukan oleh Ayu Aningsih tahun 2013 yang berjudul Analisis Struktural Puisi Mantra di Désa Cengal Kecamatan Japara Kabupatén Kuningan Pikeun Bahan Pangajaran Aprésiasi Puisi di SMA. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini yaitu fokus kajiannya lebih terhadap MAD dan dari uraian di atas hanya menganalisis struktur yang ditujukan untuk pembelajaran di sekolah-sekolah. Penelitian ini lebih difokuskan untuk mendapatkan makna dalam MAD ini yaitu pandangan dunia orang Sunda terhadap bangsa Asing. Meskipun penelitian ini terfokus untuk mendapatkan makna MAD sebagai pandangan masyarakat sunda terhadap bangsa Asing, namun tetap mengkaji dengan mengumpulkan MAD yang ada di Sukabumi baik kota dan kabupaten melalui rekaman dan dianalisis secara struktur, konteks penuturan, proses penciptaan, fungsi, makna, dan kemudian dilihat pandangan dunia orang Sunda dalam memandang MAD untuk memperjelas apa yang menjadi fokus dari penelitian ini yaitu pandangan masyarakat Sunda terhadap bangsa Asing berada di sekitarnya. Adapun penelitian mengenai pandangan dunia orang Sunda, peneliti mendapatkan satu penelitian. Penelitiannya adalah penelitian Warnaen dkk. (1987). Penelitian Warnaen berjudul Pandangan Hidup Orang Sunda seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Penelitian ini diterbitkan oleh Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Penelitian ini berusaha mengungkap pandangan hidup orang Sunda dalam kebudayaan lisan yang dimiliki oleh kolektif Sunda.Kemunkinan ada penelitian-penelitian lain yang kajiannya berhubungan dengan pandangan dunia orang Sunda, namun peneliti kesulitan menemukan penelitian tersebut karena kurangnya ketersediannya pustaka yang berhubungan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Pengamatan yang telah dilakukan terhadap judul-judul penelitian di atas, belum ada penelitian tentang tradisi lisan Sunda yang mengangkat Mantra Asihan Diri sebagai pandangan masyarakat sunda terhadap bangsa Asing. Maka dari itu,

5 peneliti merasa ini adalah suatu kesempatan untuk melakukan penelitian ini untuk menguak pandangan masyarakat Sunda terhadap orang Asing yang terkandung dalam MAD. Sebab penelitian ini akan dilaksanakan agar menjadi ajuan pustaka bagi masyarakat Nusantara untuk mengetahui pandangan masyarakat Sunda terhadap orang Asing, khususnya bagi masyarakat pemilik MAD. Kemudian akan menjadi salah-satu sumber pengetahuan dari dugaan adanya potret sejarah dalam MAD. B. Rumusan Masalah Masalah yang akan disajikan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana pandangan masyarakat sunda terhadap orang bangsa asing yang tercemin dalam struktur mantra Asihan Diri di kabupaten Sukabumi? 2. Bagaimana konteks penuturan mantra Asihan Diri yang berhubungan dengan pandangan masyarakat sunda terhadap orang bangsa asing di kabupaten Sukabumi? 3. Bagaimana proses penciptaan mantra Asihan Diri yang berhubungan dengan pandangan masyarakat sunda terhadap orang bangsa asing di kabupaten Sukabumi? 4. Apa saja fungsi penuturan mantra Asihan Diri yang berhubungan dengan pandangan dunia masyarakat terhadap orang bangsa asing di kabupaten Sukabumi? 5. Apa makna yang terkandung dalam mantra Asihan Diri yang berhubungan dengan pandangan masyarakat sunda terhadap orang bangsa asing di kabupaten Sukabumi? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini berdasarkan pada rumusan masalah, yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan: 1. Pandangan masyarakat sunda terhadap orang bangsa asing yang tercemin dalam struktur mantra Asihan Diri di kabupaten Sukabumi.

6 2. Konteks penuturan mantra Asihan Diri yang berhubungan dengan pandangan masyarakat sunda terhadap orang bangsa asing di kabupaten Sukabumi. 3. Proses penciptaan mantra Asihan Diri yang berhubungan dengan pandangan dunia masyarakat terhadap orang bangsa asing di kabupaten Sukabumi. 4. Fungsi penuturan mantra Asihan Diri yang berhubungan dengan pandangan masyarakat sunda terhadap orang bangsa asing di kabupaten Sukabumi. 5. Makna yang terkandung dalam mantra Asihan Diri yang berhubungan dengan pandangan masyarakat sunda terhadap orang bangsa asing di kabupaten Sukabumi. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoretis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis: a. Memberikan pemahaman bahwa mantra Asihan Diri adalah bentuk tradisi lisan yang termasuk jenis mantra Asihan. b. Menambah khazanah penelitian sastra lisan yang berkaitan dengan mantra Asihan Diri. c. Menambah kepustakaan penelitian mengenai mantra Asihan, khususnya mantra Asihan Diri. 2. Manfaat Praktis: a. Pendokumentasian tradisi lisan sebagai langkah melestraikan warisan budaya. b. Memberikan pemahaman bahwa Asihan memiliki peranan penting di masyarakat khususnya MAD. c. Memberikan pemahaman bahwa mantra Asihan Diri tidak selamanya berpengaruh negatif bagi masyarakat, khususnya masyarakat Sunda. d. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan MAD. E. Penjelasan Istilah

7 Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep maupun peristilahan. Konsep dan peristilahan tersebut akan diuraikan di bagian ini untuk mencegah terjadinya kekaburan makna. Berikut adalah definisi operasional dalam penelitian ini. 1. Asihan Diri adalah mantra sejenis dengan mantra Asihan yaitu mantra untuk mempengaruhi sukma orang bangsa asing untuk mengasihi dan menyayangi kepada pengguna mantra ini. 2. Pandangan, nilai yang menentukan sikap pemilik mantra Asihan Diri. 3. Pandangan masyarakat sunda terhadap orang asing, nilai yang menentukan sikap orang sunda terhadap orang asing yang terkandung dalam MAD. 4. Analisis struktur adalah analisis terhadap bagian-bagian pembangun MAD yaitu formula sintaksis, formula bunyi, formula irama, gaya bahasa, diksi dan tema. 5. Konteks penuturan adalah gambaran situasi atau peristiwa bagaimana MAD dituturkan serta bagaimana kondisi budaya masyarakat pemilik MAD. 6. Proses penciptaan, ialah bagaimana cara penciptaan MAD ketika dituturkan. 7. Proses pewarisan, yaitu bagaimana cara penutur mewarisi MAD. 8. Fungsi, ialah fungsi MAD bagi masyarakat pemiliknya. 9. Makna, maksud yang terkandung dalam MAD. F. Struktur Organisasi Skripsi Kajian ini terdiri atas 5 bab. Bab 1 adalah pendahuluan, bab ini dipaparkan latar belakang penelitian, masalah yang dibahas dalam penelitian, rumusan masalah, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat masalah, uraian penjelasan mengenai istilah-istilah khusus, dan struktur organisasi skripsi yang digunakan dalam penelitian ini. Bab 2 yaitu kajian pustaka. Bab ini dipaparkan teori-teori yang digunakan dalam kajian. Pada Bab 2 juga dipaparkan mengenai penelitianpenelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Bab 3 ialah metode penelitian, dalam bagian tersebut dipaparkan mengenai pendekatan penelitian yang dilakukan, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, objek penelitian, prosedur penelitian yang dilakukan, teknik pengumpulan data, dan

8 instrumen penelitian. Bab 4 adalah hasil penelitian, pada bagian ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai objek penelitian. Bab 5 yakni bab penutup dalam kajian ini. Bab ini terdiri atas kesimpulan dari hasil pembahasan dan rekomendasi yang diajukan untuk penelitian selanjutnya. Bab 5 ini dipaparkan daftar bahan bacaan yang menjadi acuan dalam penulisan kajian ini, bagian tersebut terdapat pada daftar pustaka dalam kajian ini.