PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN Oleh : Yeyen Suryani & Dewi Natalia S Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 4 Kuningan. Hal ini dikarenakan guru jarang sekali melakukan pembelajaran yang inovatif yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa, sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa kurang optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pretest pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 4 Kuningan. Untuk mengetahui perbedaan posttest pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 4 Kuningan. Untuk mengetahui gain (pretest dan posttest) pembelajaran pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 4 Kuningan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah 1) H 1 : Terdapat perbedaan pretest pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2) H 1 : Terdapat perbedaan posttest pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3) H 1 : Terdapat gain (pretest dan posttest) pembelajaran pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada pretest antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebelum pembelajaran. Sedangkan setelah pembelajaran terdapat perbedaan hasil posttest pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Adapun peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat dilihat dari nilai gain kelas eksperimen sebesar 0,50 dan kelas kontrol sebesar 0,21. Hal tersebut berarti terdapat gain (pretest dan posttest) pembelajaran pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari bukti diatas, dapat disimpulkan bahwa metode Problem Based Learning(PBL) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan hasil penelitian, adapun saran penulis adalah sebagai berikut : 1) Guru diharapkan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) sebagai variasi dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya pada konsep Ketenagakerjaan. 2) Dalam melaksanakan metode Problem Based Learning (PBL), guru diharapkan dapat mengorganisasi pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan kepada siswa sesuai dengan karakteristik materi dan siswanya. 3) Dalam proses pembelajaran siswa diharapkan terbiasa menghubungkan konsep pada materi yang diajarkan dengan data dan fakta yang ada dilingkungan sekitar untuk lebih melatih kemampuan berpikir kreatifnya. 4) Metode Problem Based Learning (PBL) dapat dijadikan sebagai alternatif dalam proses belajar mengajar di sekolah karena dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 4 Kuningan. 1. Latar Belakang Masalah Ada tiga aspek penting dalam hasil belajar yang harus diperhatikan yaitu, afektif (sikap), psikomotor (keterampilan), dan kognitif (pengetahuan). Ranah afektif, didalamnya mencakup sikap, semangat, toleransi, tanggung jawab, dan lainlain. Ranah psikomotor, mencakup keterampilan siswa, misalnya keterampilan berbicara, mengutarakan pendapat, dan menyajikan laporan.
Sedangkan ranah kognitif didalamnya mencakup kemampuan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Buyer (Iskandar, 2009 : 90) dalam model berpikirnya yang dikenal sebagai functional thinking menyatakan bahwa: Domain kognitif merangkum beberapa kedapatan yang terdiri dari pembuatan keputusan (decision making), menyelesaikan masalah (problem solving) dan membangun konsep (conseptualizing) sebagai tingkat yang tertinggi. Ini diikuti oleh pemikiran kritis (critical thinking) dan pemikiran kreatif (creatif thinking) pada tahap sedikit rendah dari yang pertama. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan salah satu tuntutan yang perlu dilatih dan dikembangkan dalam proses pembelajaran. Kreativitas perlu dikembangkan sejak dini karena dapat menjadi bekal untuk menghadapi persoalan dalam kehidupan. Salah satunya dengan melalui pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi baik antara manusia dengan manusia maupun manusia dengan lingkungannya yang diarahkan untuk mencapai tujuan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan hasil observasi pada kelas VIII SMP Negeri 4 Kuningan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), kemampuan berpikir kreatif siswa itu masih rendah. Hal tersebut dilihat dari nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) ganjil tahun ajaran 2013/2014 dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1.1 Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) Kelas Nilai Rata-rata Ulangan Tengah Semester (UTS) KKM VIII E 69,20 73 VIII C 69,41 73 Dari tabel tersebut menunjukan masih rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa. Dimana siswa itu jarang sekali menjawab pertanyaan dengan pemikiran yang kreatif. Kebanyakan siswa mengisi jawaban hanya terpaku pada materi di LKS saja yang telah mereka hafalkan dirumah. Padahal pembelajaran yang baik itu bukan hafalan tetapi pemahaman, dimana hafalan itu cepat sekali dapat dilupakan. Berbeda dengan pemahaman, pemahaman itu lebih menekankan pada proses mengerti bagaimana materi tersebut. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kebanyakan lebih mementingkan pada penghafalan konsep dan bukan pada pemahaman siswa. Pelajaran IPS seperti halnya mata pelajaran yang lain, itu memerlukan adanya proses belajar mengajar yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran. Siswa membutuhkan pembelajaran yang lebih inovatif yang mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya. Akan tetapi, pembelajaran yang inovatif itu jarang sekali dilakukan. Padahal paradigma pembelajaran yang baru itu berpusat pada siswa dan berorientasi pada proses. Pembelajaran yang berpusat pada siswa membutuhkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang dapat mendukung pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, guru perlu memperbaiki pola pembelajaran dan mengupayakan sebuah inovasi dalam pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan metode Problem Based
Learning (PBL) dimana siswa dituntut untuk berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran tersebut mampu membawa siswa menggunakan pengetahuan yang diperolehnya di kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah yang baru yang belum pernah dihadapinya. Melalui Problem Based Learning (PBL), siswa dapat mengembangkan pemikirannya secara kreatif. Selain itu, siswa juga diberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan siswa lainnya dalam memecahkan suatu masalah. Karena tujuan dari Problem Based Learning (PBL) yaitu untuk menciptakan kemampuan berpikir kreatif, kritis, analitis, sistematis dan logis. 2. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan pretest pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 4 Kuningan? 2. Apakah terdapat perbedaan posttest pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 4 Kuningan? 3. Apakah terdapat gain (pretest dan posttest) pembelajaran pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 4 Kuningan? 3. Kerangka Pemikiran Pembelajaran yang baik seharusnya menjadikan siswa sebagai pusatnya, dimana siswa tersebut terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuannya agar mampu berpikir kreatif. Siswa sebelumnya sudah memiliki informasi yang telah lama disimpan di dalam ingatannya. Dalam menghadapi berbagai masalah, informasi lama yang tersimpan itu saling dihubungkan dengan informasi yang baru kemudian diolah dalam proses berpikir sehingga dapat menghasilkan solusi untuk memecahkan suatu masalah. Guru memiliki peran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu dengan melalui kegiatan pembelajaran yang di rancang sedemikian rupa agar pemikiran siswa itu dapat berkembang. Penggunaan metode pembelajaran sangat jarang dilakukan oleh para guru. Harusnya pemilihan metode pembelajaran menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran, itu tergantung pada metode belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Guru itu harus mampu memilih metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan proses berpikir siswa sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran. Berpikir siswa sangat berpengaruh pada peran siswa dalam belajar karena berpikir menekankan kepada proses mental yang memerlukan kemampuan mengingat dan memahami pengetahuan. Berpikir kreatif adalah salah satu inovasi yang dapat mengembangkan proses berpikir siswa, karena dengan berpikir kretaif siswa dapat menghasilkan banyak ide dan memiliki ide-ide untuk memecahkan masalah. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan berpikir kretaif siswa adalah metode Problem Based Learning (PBL). Metode Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu proses pembelajaran yang menggunakan masalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Dimana metode tersebut bertujuan untuk menciptakan kemampuan berpikir kreatif, kritis, analitis, sistematis dan logis. Metode Problem Based Learning (PBL) ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah dimana siswa menemukan suatu masalah, lalu mengumpulkan fakta dan data dalam penelitian untuk memberikan solusi
terhadap masalah tersebut. Dengan metode Problem Based Learning (PBL) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. 4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : H 1 : Terdapat perbedaan pretest pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. H 2 : Terdapat perbedaan posttest pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. H3 : Terdapat gain (pretest dan posttest) pembelajaran pada kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 5. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Menurut Uhar Suharsaputra (2012: 154) menyatakan bahwa Eksperimen semu merupakan eksperimen dimana tidak seluruh variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat dapat dikontrol. Adapun desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-equivalent control group (comparison group/pretest-postest) design. Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 5.1 Non-equivalent control group (comparison group/pretest-postest) design Kelas Ex O 1 X O 2 Kelas K O 3 O 4 (Sugiyono, 2013: 116) Keterangan : Kelas Ex : Kelas Eksperimen Kelas K : Kelas Kontrol O 1 dan O 3 : pre test O 2 dan O 4 : post test X : Perlakuan dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). 6. Sujek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Kuningan sebanyak 2 kelas yaitu kelas VIII E dan Kelas VIII C dengan jumlah 78 siswa. Dimana teknik pengambilan samplenya menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel hanya pada individu yang didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu. Dalam hal ini, kelas VIII E dijadikan sebagai kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Sedangkan kelas VIII C dijadikan sebagai kelompok kontrol dengan menggunakan metode ceramah. 7. Hasil Penelitian a. Deskripsi tes awal (Pre-test) Tes awal (Pre-test) diberikan pada dua kelompok sampel penelitian yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan. Untuk melakukan pengujian
terhadap hipotesis penelitian, terlebih dahulu harus dilakukan uji distribusi normalitas data kelas penelitian sebagai persyaratan dalam perhitungan parametrik. Dengan instrumen penelitian berupa tes objektif berjumlah 15 butir soal. Berdasarkan pengolahan data hasil tes awal (Pretest) kelompok kontrol dan eksperimen diperoleh data sebagai berikut : Tabel 7.1 Hasil Analisis Data Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas n Skor total Xmin Xmax Rata-rata SD Eksperimen 40 1972 33 67 49,30 10,07 Kontrol 38 1830 33 67 48,16 10,04 Berdasarkan tabel 7.1 kelas eksperimen yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dan kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah memiliki skor yang tidak jauh berbeda. Kelas eksperimen yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) memiliki jumlah siswa sebanyak 40 orang diperoleh skor total 1972 dan rataratanya 49,30 dengan skor tertinggi 67 dan skor terendah 33. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang diperoleh skor total 1830 dan rataratanya 48,16 dengan skor tertinggi 67 dan skor terendah 33. b. Deskripsi Tes Akhir (Post-Test) Tes akhir merupakan tes yang diberikan pada siswa setelah diberikan perlakuan. Dengan perlakuan yang berbeda, maka diperoleh hasil yang berbeda pula antara kelas eksperimen yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dengan kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. Untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa, maka dilaksanakan Posttest di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Dari hasil pengolahan data tes akhir (posttest) maka diperoleh data sebagai berikut: Tabel 7.2 Hasil Analisis Data Post-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas n Skor total Xmin Xmax Rata-rata SD Eksperimen 40 2980 53 93 74,50 13,38 Kontrol 38 2239 33 80 58,92 10,45 Berdasarkan tabel 7.2 kelas eksperimen yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dan kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah memiliki skor yang jauh berbeda. Kelas eksperimen yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) memiliki jumlah siswa sebanyak 40 orang diperoleh skor total 2980 dan rata-ratanya 74,50 dengan skor tertinggi 93 dan skor terendah 53. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang diperoleh skor total 2239 dan rata-ratanya 58,92 dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah 33. c. Deskripsi N-Gain Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) pada kelas eksperimen dan penggunaan metode ceramah pada kelas kontrol digunakan perhitungan gain ternormalisasi dengan rumus Hoke. Dari hasil analisis data N-
gain dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 7.3 Hasil Analisis Data Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas Pretest Posttest N-gain Kriteria Eksperimen 49,30 74,50 0,50 Sedang Kontrol 48,16 58,92 0,21 Rendah Dari tabel diatas, data nilai pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh nilai gain pada kelas eksperimen sebesar 0,50 dengan kriteria sedang dan pada kelas kontrol sebesar 0,21 dengan kriteria rendah. Dari tabel diatas, dapat dilihat dalam diagram dibawah ini : 80 60 40 20 0 74,50 58,92 49,30 48,16 0,50 0,21 Pretest Posttest N-Gain PBL Konvensional Gambar 7.1 Diagram Pretest, Posttest dan N-gain kelas PBL dan ceramah Jika dibandingkan nilai N-gain antara kelas eksperimen dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dan kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah hasilnya lebih tinggi kelas eksperimen dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). d. Uji Persyaratan Statistik 1. Uji Normalitas Hasil uji normalitas distribusi frekuensi pada pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dan kelas kontrol, dengan pengujian taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = 3, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Jika x 2 hitung < x 2 tabel maka data berdistribusi normal Jika x 2 hitung > x 2 tabel maka data berdistribusi tidak normal Tabel 7.4 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Statistik Eksperimen (PBL) Kontrol (Ceramah) Pretest Posttest Pretest Posttest Rata-rata 49,30 74,50 48,16 58,92 SD 10,07 13,38 10,04 10,45 x 2 hitung 3,01 3,92 6,41 4,8
x 2 tabel 7,8147 7,8147 7,8147 7,8147 Keterangan Normal Normal Normal Normal Berdasarkan tabel 7.4 pengujian normalitas data pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai yang berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Berdasarkan hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa kedua data pada masing-masing kelas berdistribusi normal, maka selanjutnya perlu dilakukan pengujian terhadap homogenitas data tersebut. Tujuannya untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari kedua kelompok tersebut memiliki varians yang homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F. Adapun hasil uji homogenitas Pre-test dan Posttest kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 7.5 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest Statistik Pretest Posttest Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Varians 101,405 100,802 197,0244 109,2025 F hitung 1,006 1,639 F tabel 1,715 1,715 n1 39 39 n2 37 37 Keterangan Homogen Homogen Dari tabel diatas, nilai F hitung dibandingkan dengan nilai F tabel = F (39,37) = 1,715. Dari perhitungan untuk pretest F hitung = 1,006 dan untuk posttest F hitung = 1,639. Hal ini menunjukkan bahwa F hitung < F tabel artinya kedua data tersebut homogen. 3. Uji Hipotesis Karena kedua data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diatas berdistribusi normal dan homogen, maka untuk pengujian hipotesis penelitiannya digunakan uji t. a) Uji Hipotesis Tes awal (Pre-test) Adapun hasil uji hipotesis tes awal (pretest) dengan uji t dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 7.6 Hasil Uji Hipotesis tes awal (pre-test) Kelas Rata-rata Varians Jumlah siswa t hitung t tabel Eksperimen 49,30 101,405 40 0,5014 1,6652 Kontrol 48,16 100,802 38 Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 0,5014 sedangkan α = 0,05 dan db = 76, diperoleh t tabel = t 0,05 (76) = 1,6652 maka H 1 ditolak dan H 0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada kedua kelompok sampel tersebut tidak berbeda nyata, karena t hitung (0,5014) < t tabel (1,6652). Jadi tidak terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. b) Uji Hipotesis Tes Akhir (Posttest) Uji perbedaan dua rata-rata pada posttest dilakukan untuk menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan pada tes akhir posttest pembelajaran antara kelas eksperimen yang
menggunakan metode PBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Adapun kriteria pengambilan keputusan pada uji t yaitu sebagai berikut : Terima H 0 jika t hitung < t tabel Tolak H 0 jika t hitung > t tabel Tabel 7.7 Hasil Uji Hipotesis Tes Akhir (post-test) Statistik Rata-rata Varians Jumlah siswa t hitung t tabel Eksperimen 74,50 179,0244 40 5,726 1,6652 Kontrol 58,92 109,2025 38 Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 5,726 sedangkan α = 0,05 dan dk = 76, diperoleh harga t tabel = t 0,05 (76) = 1,6652 atau t hitung > t tabel maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa metode Problem Based Learning (PBL) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Dengan demikian terdapat perbedaan pada posttest antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. c. Uji Hipotesis N-Gain Uji perbedaan dua rata-rata pada data N-gain dilakukan untuk menguji hipotesis yaitu apakah terdapat perbedaan N-gain pembelajaran pada kelas yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. Kriteria pengambilan keputusan untuk uji t adalah sebagai berikut : Terima H 0 jika t hitung < t tabel Tolak H 0 jika t hitung > t tabel Tabel 7.8 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Rata-rata Varians Jumlah siswa Eksperimen 0,50 0,0576 40 Kontrol 0,21 0,0121 38 t hitung t tabel 6,824 1,6652 Berdasarkan pengolahan data uji t diperoleh t hitung sebesar 6,824 sedangkan t tabel dengan taraf signifikan α = 0,05 dimana dk = 40+38 2=76 yang menunjukkan nilai t tabel = 1,6652. Maka hal ini berarti bahwa t hitung > t tabel yaitu 6,824 > 1,6652 atau tolak H 0. Nilai rata-rata gain kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata gain kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa metode Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. d. Pembahasan Berdasarkan hasil tes yang diberikan sebelum mendapatkan pembelajaran (Pre-test), terlihat nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 49,30 dan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 48,16. Selain itu, dengan pengujian uji kesamaan dua rata-rata (uji t) dari hasil pre-test diperoleh t hitung < t tabel pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = 76 diperoleh t hitung 0,5014 < t tabel 1,6652, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil pretest antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelas dengan pendekatan yang berbeda, selanjutnya diberikan posttest untuk mengetahui kemampuan
berpikir kreatif siswa yang kemudian dilakukan analisis terhadap data posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dari hasil analisis tersebut, ternyata kedua kelas mengalami peningkatan kemampuan dalam berpikir kreatifnya. Namun peningkatan tersebut yang terjadi pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa kelas eksperimen memiliki kemampuan yang lebih baik dalam berpikir kreatifnya. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata sebesar 74,50 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 58,92. Selanjutnya dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (uji t) dari hasil post-test diperoleh t hitung > t tabel. Pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = 76 diperoleh t hitung 5,726 > t tabel 1,6652. Kesimpulannya adalah terdapat perbedaan hasil posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah melakukan analisis pretest dan posttest, selanjutnya dilakukan uji perbedaan (N-Gain) untuk mengetahui tidak terdapat atau terdapat perbedaan gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata (uji t) gain, bahwa pada kelas eksperimen berdasarkan perhitungan ternyata t hitung (6,824) > t tabel (1,6652), dengan demikian kesimpulannya adalah terdapat perbedaan (gain) antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini berarti bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dibandingkan dengan metode ceramah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010 : 241) yang mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Dimana berpikir tingkat tinggi itu meliputi berpikir sistematis, berpikir logis, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Metode Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep ketenagakerjaan ini, karena dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) siswa dapat memecahkan suatu masalah melalui diskusi, serta memfasilitasi siswa untuk berpikir kreatif, terutama dalam memecahkan permasalahanpermasalahan yang sangat erat kaitannya dengan konsep ketenagakerjaan. Selain itu, siswa juga dapat belajar aktif untuk menggali potensi dan kemampuan berpikir kreatifnya serta dapat belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan konsep ketenagakerjaan. Hal tersebut juga sesuai dengan tujuan dari metode Problem Based Learning (PBL) itu sendiri yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2011: 216) bahwa Tujuan dari Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu menciptakan kemampuan berpikir kritis, kreatif, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode Problem Based Learning (PBL) cocok digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam proses pembelajaran pada konsep ketenagakerjaan di kelas VIII SMP Negeri 4 Kuningan. 8. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Tidak terdapat perbedaan pada tes awal (pre-test) pembelajaran antara kelas yang menggunakan metode Problem Based Learning
(PBL) dengan kelas yang menggunakan metode ceramah. 2. Terdapat perbedaan pada tes akhir (Post-test) pembelajaran antara kelas yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode ceramah. 3. Terdapat perbedaan gain kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. B. Saran Adapun beberapa saran yang akan disampaikan oleh penulis berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Guru dapat menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) sebagai variasi dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya pada konsep Ketenagakerjaan. 2. Dalam melaksanakan metode Problem Based Learning (PBL), guru dapat mengorganisasi pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan kepada siswa sesuai dengan karakteristik materi dan siswanya. 3. Dalam proses pembelajaran siswa harus dapat menghubungkan konsep pada materi yang diajarkan dengan data dan fakta yang ada dilingkungan sekitar untuk lebih melatih kemampuan berpikir kreatifnya. 4. Metode Problem Based Learning (PBL) dapat dijadikan sebagai alternatif dalam proses belajar mengajar di sekolah karena dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 4 Kuningan. Daftar Pustaka Sanjaya, Wina. 2011.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA, CV. Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama