HUBUNGAN PENGETAHUAN KOSMETIK DENGAN PEMILIHAN KOSMETIK PERAWATAN RAMBUT PADA ANGGOTA LPKK DI DUKUH MOJOSAWIT KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. & ABSTRACT

HUBUNGAN KEMANDIRIAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SEWON BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH PELAYANAN PRIMA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI JADE BAMBOO RESTO YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGHASILAN KELUARGA DENGAN MINAT MENGIKUTI PROGRAM PELATIHAN DI PKBM AL MUSTAJAB BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN RIAS WAJAH SEHARI-HARI DENGAN PENGGUNAAN KOSMETIKA TATA RIAS WAJAH DI SMK NEGERI 3 KLATEN

PENGARUH PENGETAHUAN HYGIENE DAN SANITASI TERHADAP PENYELENGGARAAN MAKANAN SEHAT PADA KELOMPOK KERJA GURU (KKG) SD KECAMATAN KELING JEPARA JAWA TENGAH

PENGARUH KONSUMSI MAKAN TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI PEMBUATAN POLA KONSTRUKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MENJAHIT SISWA SMK ADHI YUDYA KARYA PATEAN KENDAL JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex

PENGARUH PENGETAHUAN SANITASI DAN HIGIENE TERHADAP PENGOLAHAN MAKANAN SEHAT KELUARGA LPKK

PENGARUH BIMBINGAN KARIER TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA BIDANG KEAHLIAN TATA BUSANA DI SMK

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN INDONESIA PADA SISWA SMK

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MENJAHIT PADA SISWA SMPN 2 MOJOGEDENG KABUPATEN KARANGANYAR

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PENDIDIKAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MENGHIAS BUSANA DI SMKN 2 GODEAN

Oleh : Dimas Wicaksono, Universitas Negeri Yogyakarta, : Kompetensi kerja aspek keterampilan dan sikap, kesiapan kerja

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. persepsi siswa tentang pemberian tugas dengan hasil belajar IPS siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional dengan pendekatan ex post facto dan survey. Metode asosiatif

PENGARUH PEMANFAATAN WAKTU BELAJAR SISWA DI LUAR JAM PELAJARAN DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA INTERNET TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN DESAIN BUSANA SISWA SMK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu pendekatan yang tepat, sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto, yaitu Penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah penelitian inferensial. Penelitian inferensial

Hubungan Lingkungan Kerja... (Alfenti Debyan Pratiwi)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field study research) yakni

PENDAHULUAN. : Puput Kartika Pratiwi (Universitas Negeri Yogyakarta)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

HUBUNGAN PEMANFAATAN FASILITAS PRAKTIK DENGAN PRESTASI BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI

III. METODE PENELITIAN. sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. verifikatif. Menurut Fathoni (2006:96-97) menyatakan bahwa :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian ex post facto. Menurut

UNON: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NUR LAILI KHUSNA NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M.TARUNA

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Narbuko dan Achmadi (2004: 2) metode penelitian adalah :

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH HASIL BELAJAR PRATEK INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK Imawati PRODI PKK JPTK FKIP UST

HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKTIK INDUSTRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII TKR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah yang terdapat

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya akan diperlukan sejumlah

JURNAL SKRIPSI. Disusun oleh : Taufiana C. Muna. Bambang Sutjiroso PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK SPIL DAN PERENCANAAN

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai tujuannya. Desain

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN SIKAP MENGKONSUMSI MAKANAN SEHAT SISWA SMK. Syafira Salsabilla Prodi PKK JPTK FKIP UST

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH JOGOKARIYAN YOGYAKARTA

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

PENGARUH CARA BELAJAR SISWA DAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

PENGARUH PERSIAPAN MATERI SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGERI 19 PALU

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-BIOLOGI SISWA KELAS VII MTSN PARAK LAWAS PADANG

PENGARUH PENYELENGGARAAN MGMP TIK DAN PARTISIPASI ANGGOTA TERHADAP KINERJA GURU TIK SMP SE- KABUPATEN BANTUL ARTIKEL JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam setiap penelitian, metode merupakan cara utama untuk mencapai

BAB III METODE PENELITIAN. Sumber data penelitian didapat dari siswa SMKN 6 Bandung, oleh karena

PENGARUH USAHA KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN DI KELURAHAN KEPEK WONOSARI GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY Maret, 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan uji statistik dengan

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI KRADENAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil

`BAB III METODE PENELITIAN. bimbingan kelompok dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII di

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian menurut Silalahi ( 2010 : 180) yaitu, rencana dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERAN ORANG TUA TERHADAP SIKAP MANDIRI SISWA JURUSAN TATA BUSANA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pencil case merek. dikarenakan wholesaler di Kota Surabaya menjanjikan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2008). Hal ini merupakan indikator memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Wonokusumo Jaya Gang Pinggir, Kelurahan Pegirian, Kecamatan

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS JURNAL. Oleh DEVIYANTI PANGESTU SULTAN DJASMI ERNI MUSTAKIM

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA MINAT BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam Pedoman Operasional Penulisan Skripsi disebutkan bahwa Desain

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN KOSMETIK DENGAN PEMILIHAN KOSMETIK PERAWATAN RAMBUT PADA ANGGOTA LPKK DI DUKUH MOJOSAWIT KLATEN Tri Fatmawati trifatmawati54@gmail.com Guru SMK N 3 Klaten Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) pengetahuan tentang kosmetik pada rambut, (2) pemilihan kosmetik perawatan rambut, dan (3) hubungan pengetahuan tentang kosmetik rambut dengan pemilihan kosmetik rambut pada ibu-ibu anggota LPKK. Penelitian ini termasuk jenis penelitian ex-post facto. Metode pengumpulan data menggunakan metode angket dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan uji hipotesis menggunakan uji korelasi Product Moment yang didahului uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan linieritas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kosmetik dalam kategori tinggi dengan frekuensi relatif 39,51% dan pemilihan kosmetik perawatan rambut dalam kategori tinggi dengan frekuensi relatif 64,20%. Hasil uji korelasi Product Moment diperoleh r hitung = 0,408 > r tabel 0,220). Berdasarkan hasil tersebut, ada hubungan positif dan signifikan antara variabel antara variabel pengetahuan kosmetik dengan pemilihan kosmetik perawatan rambut. Koefisien determinan (R 2 ) sebesar 0,167, artinya besarnya sumbangan yang diberikan oleh variabel X terhadap variabel Y adalah sebesar 16,7%, sedangakan sisanya 83,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Abstract This study aimed to know (1) hair cosmetic knowledge, and (2) hair care cosmetic choice, and (3) correlation between hair cosmetic knowledge and hair care cosmetic choice. The type of this study was ex-post facto. Data collection techniques used questionnaires and documentation. Data analysis techniques used a descriptive analysis and hypothesis testing used Product Moment that was started by normality and linearity test. This study shows that hair cosmetic knowledge was in high category with the relative frequency 39.51% and hair care cosmetic choice was in high category with the relative frequency 64.20%. The score of r xy was 0.408 above r table = 0.220 (r xy = 0.408 > r table 0.220). It means that there was a positive and significant correlation between hair cosmetic knowledge and hair care cosmetic choice. The score of determinant coefficient (R 2 ) was 0.167, it means that hair cosmetic knowledge gave a positive contribution 16.7% toward hair care cosmetic choice, while 83.3% was influenced by other factors that were not analyzed in this research. Key words: cosmetic knowledge, hair care cosmetic choice Kata Kunci: pengetahuan kosmetik, i

PENDAHULUAN Berkembangnya dunia kecantikan saat ini tidak terlepas dari banyaknya kaum hawa yang ingin terlihat selalu cantik, baik itu kecantikan kulit maupun kecantikan rambut. Khususnya wanita di segala usia saat ini selalu ingin tampil cantik dan menarik agar dapat menunjang rasa percaya diri dalam setiap penampilannya. Wanita tidak terlepas dari unsur penampilan, keindahan dan kecantikan. Sejak jaman dahulu wanita menggunakan berbagai macam cara agar dapat terlihat cantik dan menarik. Cara yang digunakan oleh kaum wanita agar terlihat cantik dan menarik salah satunya dengan menggunakan kosmetik. Bahkan di dalam kehidupan sehari-hari kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan utama. Kosmetik telah dipakai secara luas di Indonesia, bahkan kosmetik yang berkembang dewasa ini dapat dibedakan menjadi dua jenis kosmetik yaitu kosmetik berbahan alami dan kosmetik berbahan kimia.kosmetik kimia menjadi pilihan utama untuk dipergunakan, karena kosmetik kimia sudah berbentuk kemasan yang sudah disesuaikan pula dengan kebutuhan perawatan dan jenis kulit dan rambut seseorang. Menurut Rostamilis (2009:63), kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokan, diletakan, dituangkan, diperciklan atau disemprotkan. Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, wewangian, mengubah penampilan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Martha Tilaar, 2000: 14). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 445/Menkes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut: Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati suatu penyakit. Orang-orang yang akan menggunakan kosmetik kimia akan dimudahkan selain kepraktisannya juga terdapat langkah penggunaan yang tercantum dalam kemasan kosmetik alami sendiri masih menjadi pilihan walaupun tingkat peminatnya hanya minoritas. Hal ini disebabkan karena dalam penggunaan kosmetik alami sangat tidak praktis. Namun di dalam perkembangannya saat ini kosmetik tidak hanya digunakan oleh kaum wanita saja, mulai dari bayi yang baru lahir sampai wanita yang sudah lanjut pun tidak terlepas dari yang namanya kosmetik, bahkan kaum pria pun saat ini telah banyak mengenal dan mengaplikasikan kosmetik dalam kehidupannya sehari-hari, karena mereka paham betul akan manfaat dari penggunaan kosmetik. Kosmetik yang digunakan haruslah disesuaikan dengan kebutuhan, baik itu kosmetik untuk kulit maupun kosmetik untuk rambut. Rambut adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu dirawat. Rambut di kepala berfungsi untuk melindungi kepala terutama bagian otak dan benturan, sinar matahari dan udara dingin. Selain itu rambut merupakan mahkota bagi setiap orang, untuk itu perlu dilakukan perawatan secara rutin. Kecantikan dan keindahan rambut akan membuat seseorang percaya diri. Rambut merupakan bagian dari tubuh kita yang cepat sekali kotor dan mudah terpengaruh oleh faktor-faktor tertentu yang merusak dan mengurangi keindahan rambut misalnya ketombe, kerontokan, bercabang, rapuh atau mudah patah dan berminyak. Jadi tidak hanya kecantikan kulit yang perlu dirawat, kecantikan rambut pun perlu dirawat. Berkembangnya ilmu teknologi menyebabkan produsen berlomba-lomba untuk memasarkan produk kosmetik, salah satu contohnya kosmetik rambut. Hal ini juga yang dilakukan penjual jasa kecantikan untuk mempromosikan jasa dan kenyamanan yang diperoleh bagi konsumen 1

jika melakukan perawatan di salon. Banyak cara yang dilakukan oleh produsen kosmetik dan penjual jasa kosmetik untuk menarik perhatian konsumen dengan berbagai macam cara. Menjamurnya berbagai macam merk kosmetik dan layanan jasa kecantikan yang bersaing, mempengaruhi kualitas masing-masing kosmetik dan jasa tersebut, mulai dari kualitas tinggi yang sesuai standar sampai kualitas yang sangat rendah jauh dari standar pengetahuan tentang kecantikan khususnya perawatan rambut. Harga yang ditawarkanpun beraneka ragam mulai dari standar ke bawah hingga standar ke atas. Perawatan rambut dan kosmetik perawatan dengan harga yang tinggi tidak menjamin baiknya kualitas pelayanan atau kosmetik itu sendiri. Hal ini menuntut konsumen untuk lebih cermat dalam memilih kosmetik rambut yang berkualitas dengan harga yang sesuai dengan keadaan ekonomi. Untuk itu pemilihan suatu produk harus selektif. Menurut Irwanto (2001: 2), pemilihan adalah cara individu, kelompok, organisasi dalam menyeleksi, membeli, menggunakan dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Menurut Stoner (2010: 13), pemilihan adalah suatu proses pengambilan keputusan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah. Menurut Kotler (2005: 143) perilaku konsumen dalam pemilihan produk ditentukan oleh product, price, place, dan promotion (produk, harga, distribusi, dan promosi). Terkait dengan pemilihan kosmetik, menurut Hartati (2004:14) pemilihan kosmetik adalah suatu proses atau cara untuk memilih yang terbaik dan tepat pada pemilihan kosmetik dengan mempertimbangkan faktor ekonomi, kondisi dan jenis rambut. Pengetahuan kosmetik rambut sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat umum. Menurut Sutrino Hadi (2001:1), pengetahuan adalah tingkah laku atau situasi yang menekankan pengingatan apakah itu mengenal atau mengungkapkan kembali ide-ide, bahan atau gejala. Hal ini sangat mendukung perilaku masyarakat khususnya ibu-ibu yang senang melakukan perawatan rambut. Walaupun saat ini telah banyak kaum wanita menggunakan hijab dalam kehidupannya, namun tidak terlepas dari itu rambut yang tertutup hijab pun perlu melakukan perawatan. Selain pengetahuan tersebut untuk bekal dirinya sendiri, ibu-ibu yang memiliki anak remaja khususnya putri dapat memberikan pengetahuan tersebut kepada anaknya. Langkah-langkah pemilihan kosmetik perawatan rambut menurut Rostamailis (2008: 116) adalah mengenal jenis rambut, mengetahui kandungan bahan kosmetik, tidak sering berganti merk, lihat batas kadaluarsa, patuhi cara penggunaan dan penyimpanan dan lihat ukuran kemasan. Dalam penerapan perawatan rambut sangatlah diperlukan pengetahuan tentang perawatan rambut, khususnya ibu-ibu. Jika ibu-ibu tersebut mempunyai pengetahuan tentang perawatan rambut yang baik seharusnya baik juga dalam penerapan perawatan rambutnya, dan jika pengetahuan perawatan rambutnya kurang baik maka akan kurang baik juga dalam penerapan perawatan rambutnya. Tetapi pada kenyataanya sering terjadi sebaliknya. Ibuibu yang mempunyai pengetahuan perawatan rambut yang baik tetapi kurang baik dalam penerapan perawatan rambutnya, atau ibu-ibu yang mempunyai pengetahuan perawatan rambut yang kurang baik tetapi baik dalam penerapan perawatan rambutnya. Penerapan perawatan rambut tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja tetapi juga oleh faktor lainnya, antara lain ekonomi, kebiasaan, dan lingkungan. Perawatan perlu dilakukan oleh semua orang agar tubuh terlihat bersih dan menarik.perawatan harus dilakuakan secara rutin untuk menjaga kesehatan tubuh tetap sehat jauh dari penyakit. Perawatan sendiri suatu kegiatan perawatan (treatment) yang dilakukan untuk memelihara tubuh tetap bersih, sehat dan jauh dari penyakit (Nelly Hakim, 1999: 121). Ibu-ibu anggota LPKK memliki tingkat ekonomi yang berbeda. Tinggi rendahnya ekonomi juga menentukan pemilihan kosmetik rambut. Ibu yang 2

memiliki ekonomi tinggi dapat memanfaatkanya untuk melakukan perawatan rambut yang baik dengan pemilihan kosmetik yang tepat berdasarkan jenis rambut, sebaliknya ibu-ibu dengan tingkat ekonomi rendah kurang mempehatikan perawatan rambut. Namun, tidak dipungkiri bahwa ibu-ibu dengan tingkat ekonomi tinggi, maka tinggi pula dalam perawatan rambut, dan ibu-ibu dengan tingkat ekonomi rendah, maka rendah pula dalam melakukan perawatan rambut. Dalam menerapkan perawatan rambut ibu-ibu terkadang melakukan kebiasaan yang tidak baik. Hal itu dikarenakan kebiasaan sehari-hari dalam melakukan hal tersebut dan kurangnya kebiasan untuk menjaga rambut tetap sehat. Ibu-ibu terbiasa hanya menggunakan jenis kosmetik (shampoo) untuk menjaga kesehatan rambut, padahal kalau jenis kosmetik tersebut yang digunakan tidak cocok dengan kondisi jenis kulit kepala dan jenis rambut, maka akan merusak rambut. Lingkungan juga mempengaruhi ibu dalam melakukan perawatan rambut sehari-hari. Permasalahan yang terlihat adalah ibu-ibu sering ikut-ikutan apa yang dilakukan oleh ibu-ibu yang lain dalam melakukan perawatan rambut padahal hal tersebut belum tentu benar. Dari pengamatan peneliti terhadap ibu-ibu LPKK di Dukuh Mojosawit Kelurahan Kradenan Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten dilakukan karena peneliti melihat dan mengamati di dalam kegiatan ibu-ibu LPKK tersebut sering diadakan pelatihan-pelatihan maupun workshop yang berhubungan dengan kecantikan diharapkan telah memilih pengetahuan tentang pemilihan kosmetik, dan perawatan rambut pada ibu-ibu LPKK tersebut. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan Kosmetik Rambut Dengan Pemilihan Kosmetik Perawatan Rambut oleh Ibu-Ibu LPKK di Dukuh Mojosawit Kelurahan Kradenan Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. Berdasarkan atas latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang kosmetik rambut pada ibu-ibu anggota LPKK di Dukuh Mojosawit Kelurahan Kradenan Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. 2. Pemilihan kosmetik perawatan rambut pada ibu-ibu anggota LPKK di Dukuh Mojosawit Kelurahan Kradenan Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. 3. Hubungan pengetahuan tentang kosmetik rambut dengan pemilihan kosmetik perawatan rambut ibu-ibu anggota LPKK di Dukuh Mojosawit Kelurahan Kradenan Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian ex-post facto. Istilah ex post facto terdiri dari tiga kata, ex diartikan dengan observasi atau pengamatan, post artinya sesudah, dan factoadalah fakta atau kejadian. Sehingga ex post facto merupakan jenis penelitian variabel yang faktanya sudah terjadi sebelum melaksanakan penelitian. (Suharsimi Arikunto, 2010:17). Penelitian ini diadakan berawal dari adanya suatu permasalahan atau gejala tertentu yang menimbulkan minat untuk diteliti.permaslahan yang ada diidentifikasi kemudian ditentukan pokok masalah atau variabel pokok yang dijadikan obyek penelitian. Variabel penelitian menjelaskan peristiwa atau gejala yang akan diteliti dalam sebuah penelitian. Variabel adalah gejala yang bervariasi menjadikan objek penelitian dan objek penelitian. (Sugiyono, 2005: 2). Adapun variabel yang termasuk penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan kosmetik rambut yang dilambangkan dengan X. 2. variabel terikat adalah pemilihan kosmetik perawatan rambut yang dilambangkan dengan Y. Variabel bebas adalah pengetahuan perawatan rambut. Pengetahuan kosmetik rambut diukur melalui pemahaman tentang a) jenis kosmetik perawatan rambut, b) bahan kosmetik perawatan rambut, dan c) tujuan kosmetik rambut. Variabel terikat 3

adalah pemilihan kosmetik rambut. Pemilihan kosmetik rambut diukur melalui bagaiamana cara memilih kosmetik perawatan rambut sesuai dengan a) jenis rambut, b) mengetahui kandungan bahan kosmetik, c) pemilihan merk kosmetik, d) batas kadaluarsa, e) cara penggunaan dan penyimpanan dan f) ukuran kemasan. Untuk mengukut pemilihan komestik rambut dapat dilihat dari a) product (produk), b) price (harga), c) place (distribusi), dan d) promotion (promosi). Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu anggota LPKK di wilayah RW 12 yang terdiri dari tiga RT dengan jumlah 90 ibu. Penelitian ini termasuk penelitian sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan tabel Nomogram Herry King. Berdasarkan tabel Nomogram Herry King, dengan jumlah populasi 90 pada taraf signifikansi 5%, maka sampelnya 75% dengan faktor pengalinya = 1,195. Jadi, sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 x 75% x 1,195= 81 orang yang diambil secara acak pada masing-masing.rt.sampel diambil dari ibu-ibu Dukuh Mojosawit Kelurahan Kradenan Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. Metode pengumpulan data menggunakan metode angket dan dokumentasi. Uji coba instrumen dilakukan pada 30 anggota LPKK RW 13/RT 24 Dukuh Mojosawit Kradenan, diluar populasi tetapi mempunyai karakteristik yang sama. Data diuji validitas menggunakan rumus korelasi Product Moment dan reliabilitas menggunakan rumus Cronbach s Alpha. Hasil uji validitas pengetahuan kosmetik diperoleh 10 item dinyatakan valid dan menunjukkan bahwa 2 item dinyatakan gugur 18 item valid. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan uji hipotesis menggunakan uji korelasi Product Moment yang didahului uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan linieritas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi data Hasil perhitungan deskripsi skor observasi dideskripsikan melalui tabel distribusi frekuensi dan kategori skor sebagai berikut. a. Pengetahuan kosmetik (X) Deskripsi frekuensi pengetahuan kosmetik (X) dilakukan dengan cara menghitung jumlah kelas menggunakan rumus Sturges, yaitu K = 1 + 3,3 log n dan menghitung rentang data. Berdasarkan rumus Sturges, jumlah kelas interval variabel pengetahuan kosmetik adalah K= 1 + 3,3 log 81 =7,3 (dibulatkan 7) dan panjang kelasnya adalah 2,7 (dibulatkan 3). Hasil distribusi frekuensi pengetahuan kosmetik (X) dijelaskan pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kosmetik No Kelas Frekuensi Relatif (%) 1 2 3 4 5 6 7 20 22 23 25 26 28 29 31 32 34 35 37 38 40 16 13 7 10 19 0 16 19,75% 16,05% 8,64% 12,35% 23,46% 0,00% 19,75% Jumlah 81 100 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel pengetahuan kosmetik di atas, frekuensi teringgi 19 terdapat pada kelas interval antara 32 34 dengan frekuensi relatif 23,46%, sedangkan frekuensi terendah 0 terdapat pada kelas interval antara 0%. Rangkuman hasil distribusi frekuensi 4

pengetahuan kosmetik dijelaskan melalui histogram pada gambar 1. Frekeunsi Kategori Skor Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kosmetik Rangkuman hasil perhitungan kategori variabel pengetahuan kosmetik (X) selengkapnya dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 2. Kategori Pengetahuan Kosmetik (X) No Kategori Interval Skor Frekuensi Relatif (%) 1 Tinggi 33 39 32 39,51% 2 Cukup 26 32 20 24,69% 3 Rendah 20 25 29 35,80% Total 81 100 Tabel kategori di atas menjelaskan bahwa 32 responden dalam kategori tinggi dengan frekuensi relatif 39,51%, 20 responden dalam kategori cukup dengan frekuensi relatif 24,69%, dan 29 responden dalam kategori rendah dengan frekuensi 35,80%. Berdasarkan analisis data di atas, dapat dijelaskan bahwa pengetahuan kosmetik dalam kategori tinggi dengan frekuensi relatif 39,51%. Tabel kategori di atas dijelaskan kembali melalui histogram pada gambar 2. 2

Frekeunsi Kategori Skor b. Pemilihan Kosmetik Perawatan Rambut (Y) Deskripsi frekuensi pemilihan kosmetik perawatan rambut (Y) dilakukan dengan cara menghitung jumlah kelas menggunanakan rumus Sturges, yaitu K = 1 + 3,3 log n dan menghitung rentang data. Berdasarkan Gambar 2. Histogram Kategori Pengetahuan Kosmetik Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pemilihan Kosmetik Perawatan Rambut(Y) rumus Sturges, jumlah kelas intenval adalah K= 1 + 3,3 log 81 =7,3 (dibulatkan 7) dan panjang kelasnya 70 30 adalah = 5,7 (dibulatkan 6). 7 Hasil distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 8. No Kelas Frekuensi Relatif (%) 1 2 3 4 5 6 7 30 35 36 41 42 47 48 53 54 59 60 65 66 71 4 12 3 5 11 22 24 4,94% 14,81% 3,70% 6,17% 13,58% 27,16% 29,63% Jumlah 81 100 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi pemilihan kosmetik perawatan rambut diatas, frekuensi tetinggi 24 terdapat pada kelas interval antara 66 71 dengan frekuensi relatif 29,63%, sedangkan frekuensi terendah 3 terdapat pada kelas interval antara 42 47 dengan frekuensi relatif 3,70%. Rangkuman hasil distribusi frekuensi dijelaskan melalui histrogram pada gambar 3. 1

Frekeunsi Kategori Skor Gambar 3. Histrogram Distribusi Frekuensi Pemilihan Kosmetik Perawatan Rambut Hasil kategori pemilihan selengkapnya dapat dilihat pada tabel kosmetik perawatan rambut 9. Tabel 4. Kategori Pemilihan Kosmetik Perawatan Rambut (Y) No Kategori Interval Skor Frekuensi Relatif (%) 1 Tinggi 58 70 52 64,20 2 Cukup 44 57 11 13,58 3 Rendah 30 43 18 22,22 Total 81 100 Berdasarkan tabel kategori di atas, 52 responden dalam kategori tinggi dengan frekueansi relatif 64,20%, 11 responden termasuk dalam kategori cukup dengan frekuensi relatif 13,58%, dan 18 responden termasuk dalam kategori rendah dengan frekuensi relatif 22,22%. Berdasarkan analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kategori tinggi dengan frekuensi relatif 64,20%. Tabel kategori dijelaskan melalui histogram pada gambar 4. 1

60 52 Frekeunsi 50 40 30 20 18 11 10. Pengujian Persyaratan Analisis a. Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari masingmasing variabel memiliki karakteristik 0 30-43 44-57 58-70 Kategori Skor Gambar 4. Histogram Kategori Pemilihan Kosmetik Perawatan Rambut Tabel 5. Hasil Uji Normalitas distribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan perhitungan Chi Kuadrat. Hasil uji normalitas kedua variabel dapat dilihat pada tabel 5. x² tabel No Variabel dk χ² hitung (5%) Kriteria 1 Pengetahuan kosmetik 13 18,73 23,69 Normal 2 Pemilihan kosmetik 28 36,79 41,34 Normal perawatan rambut Berdasarkan hasil uji b. Uji Linieritas normalitas pada tabel 5, diketahui Uji linieritas dalam penelitian bahwa harga χ² hitung variabel ini digunakan untuk mengetahui pengetahuan kosmetik adalah 18,73 < pengaruh variabel bebas dengan 23,69 dan harga χ² hitung data pemilihan variabel terikat linier atau tidak. Hasil kosmetik perawatan rambut adalah perhitungan uji F diperoleh harga 36,79 < 41,34. Dapat dijelaskan bahwa F hitung=1,41<f tabel = 1,67. Hasil uji kedua data dinyatakan normal atau linieritas kedua variabel selengkapnya sebenarnya normal pada taraf dapat dilihat pada tabel 6. signifikan 5% karena harga χ² hitung di bawah harga χ² tabel. Tabel 6. Hasil Uji Linieritas. Variabel dk F hitung F tabel (5%) Kriteria X Y 27/52 1,41 1,67 Linier Berdasarkan tabel 16 di atas, dapat diinterpretasikan bahwa harga F hitung lebih kecil dari F tabel dengan taraf signifikan di bawah 5%, sehingga kedua variabel tersebut dinyatakan linier. Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment.Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan korelasi Product Moment, diperoleh nilai koefisien korelasi r hitung sebesar 0,408. Untuk menguji signifikan nilai tersebut harus dikonsultasikan pada tabel nilai-nilai r xy dengan nilai N = 81 pada 1

taraf signifikan 5% adalah 0,220. Jadi, nilai r hitung yang diperoleh di atas nilai r tabel, yaitu Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Product Moment Koefisien r Variabel hitung r tabel Determinan (r xy) ( N=81, α=5%) (R 2 ) 0,408> 0,220. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 7. Keterangan X Y 0,408 0,220 0,167 Ada hubungan (r xy> r tabel) Berdasarkan tabel 7 di atas, berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan korelasi Product Moment, diperoleh nilai r hitung sebesar 0,408> 0,220. Dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara variabel pengetahuan kosmetik dengan karena r hitung yang diperoleh di atas r tabel pada taraf signifikan 5%. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh pengetahuan kosmetik terhadap dapat diketahui dari harga koefisien determinan. Koefisien determinan (R 2 ) sebesar 0,167, artinya besarnya sumbangan yang diberikan oleh variabel X terhadap variabel Y adalah sebesar 16,7%, sedangakan sisanya 83,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat dijelaskan bahwa pengetahuan kosmetik dalam kategori tinggi dengan frekuensi relatif 39,51%. Artinya, pengetahuan kosmetik rambut menentukan perilaku ibu-ibu dalam melakukan perawatan rambut sesuai dengan kondisinya. Walaupun saat ini telah banyak kaum wanita menggunakan hijab dalam kehidupannya, namun tidak terlepas dari itu rambut yang tertutup hijab pun perlu melakukan perawatan.selain pengetahuan tersebut untuk bekal dirinya sendiri, ibu-ibu yang memiliki anak remaja khususnya putri dapat memberikan pengetahuan tersebut kepada anaknya. Usaha kecantikan yang kian menjamur tentunya akan melakukan segala hal untuk tetap bersaing dan mendapatkan keuntungan dari usahanya. Hal ini mendasari pentingnya pengetahuan perawatan rambut agar dapat menentukan pilihan yang benar dalam melakukan perawatan rambut baik dilakukan sendiri maupun di salon kecantikan. Pemilihan kosmetik perawatan rambut dalam kategori tinggi dengan frekuensi relatif 64,20%.Dalam penerapan perawatan rambut sangatlah diperlukan pengetahuan tentang perawatan rambut, khususnya ibu-ibu. Jika ibu-ibu tersebut mempunyai pengetahuan tentang perawatan rambut yang baik seharusnya baik juga dalam penerapan perawatan rambutnya, dan jika pengetahuan perawatan rambutnya kurang baik maka akan kurang baik juga dalam penerapan perawatan rambutnya. Hal ini disebabkan karena ibu-ibu yang memikili pengetahuan maka dapat memilih dengan tepat kosmetik rambut yang akan dipergunakan sehari-hari. Ibu-ibu yang mempunyai pengetahuan perawatan rambut yang baik tetapi kurang baik dalam penerapan perawatan rambutnya, atau ibuibu yang mempunyai pengetahuan perawatan rambut yang kurang baik tetapi baik dalam penerapan perawatan rambutnya. Penerapan perawatan rambut tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja tetapi juga oleh faktor lainnya, seperti ekonomi, kebiasaan, dan lingkungan. Ibu-ibu perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang perawatan rambut dengan memilih kosmetik yang tepat pula sesuai denagn kondisi rambut. Langkah-langkah menurut Rostamailis (2008: 116) adalah mengenal jenis rambut, mengetahui kandungan bahan kosmetik, tidak sering berganti merk, lihat batas kadaluarsa, patuhi cara penggunaan dan penyimpanan dan lihat ukuran kemasan. Hasil analisis korelasi Product Moment menunjukan bahwa ada 13

hubunganpengetahuan kosmetik denganpemilihan kosmetik perawatan rambut.seseorang yang memilki pengetahuan tentang kosmetik rambut yang baik dapat mengaplikasikan perawatan rambut dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan kosmetik yang sesuai. Bekal pengetahuan yang dimiliki dapat memudahkan ibu-ibu untuk membedakan perawatan yang baik dan benar dengan menggunakan kosmetik sesuai dengan kondisi rambut masing-masing. Namun, pada kenyataannya sering dijumpai orangorang yang melakukan perawatan rambut namun tidak menggunakan kosmetik yang sesuai dengan kondisinya. Hal ini tentunya menjadi sebuah pemikiran tentang pengetahuan tentang kosmetik rambut yang dimiliki seseorang memiliki hubungan atau tidak dengan perawatan rambut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini jelas bahwa semakin baik pengetahuan kosmetik rambut, maka semakin baik pula pemilhan kosmetik perawatan rambut. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh pengetahuan kosmetik terhadap pemilihan kosmetik perawatan rambut dapat diketahui dari harga koefisien determinan. Koefisien determinan (R 2 ) yang diperoleh sebesar 0,167, artinya besarnya sumbangan yang diberikan oleh variabel X terhadap variabel Y adalah sebesar 16,7%, sedangakan sisanya 83,3% dipengaruhi oleh faktor lain, diantaranya faktor ekonomi dan lingkungan. Ibu-ibu anggota LPKK memliki tingkat ekonomi yang berbeda. Tinggi rendahnya ekonomi juga menentukan pemilihan kosmetik rambut. Ibu yang memiliki ekonomi tinggi dapat memanfaatkanya untuk melakukan perawatan rambut yang baik dengan pemilihan kosmetik yang tepat berdasarkan jenis rambut, sebaliknya ibu-ibu dengan tingkat ekonomi rendah kurang mempehatikan perawatan rambut. Namun, tidak dipungkiri bahwa ibu-ibu dengan tingkat ekonomi tinggi, maka tinggi pula dalam perawatan rambut, dan ibu-ibu dengan tingkat ekonomi rendah, maka rendah pula dalam melakukan perawatan rambut. Dalam menerapkan perawatan rambut ibu-ibu terkadang melakukan kebiasaan yang tidak baik. Hal itu dikarenakan kebiasaan sehari-hari dalam melakukan hal tersebut dan kurangnya kebiasan untuk menjaga rambut tetap sehat. Ibu-ibu terbiasa hanya menggunakan jenis kosmetik (shampoo) untuk menjaga kesehatan rambut, padahal kalau jenis kosmetik tersebut yang digunakan tidak cocok dengan kondisi jenis kulit kepala dan jenis rambut, maka akan merusak rambut. Lingkungan juga mempengaruhi ibu dalam melakukan perawatan rambut sehari-hari. Permasalahan yang terlihat adalah ibu-ibu sering ikut-ikutan apa yang dilakukan oleh ibu-ibu yang lain dalam melakukan perawatan rambut padahal hal tersebut belum tentu benar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis pada pembahasan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Pengetahuan kosmetik ibu-ibu anggota LPKK di Dukuh Mojosawit Kelurahan Kradenan Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten sebagian besar dalam kategori tinggi. 2. Pemilihan kosmetik perawatan rambut pada ibu-ibu anggota LPKK di Dukuh Mojosawit Kelurahan Kradenan Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten sebagian besar dalam kategori tinggi. 3. Ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel pengetahuan kosmetik terhadap pemilihan kosmetik perawatan rambut pada ibu-ibu anggota LPKK di Dukuh Mojosawit Kelurahan Kradenan Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyampaikan beberapa saran yang titujukan kepada: 1. Pengurus LPKK disarankan untuk meningkatkan peran aktifnya dalam memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada anggota tentang kosmetik, sehingga setiap anggota memiliki pengetahuan yang dapat 14

diterapkan dalam kehidupan seharihari. 2. Anggota LPKK disarankan untuk meningkatkan pengetahuan kosmetiknya dengan cara mencari sumber informasi sendiri melalui berbagai sumber yang berbeda, lebih selektif dalam memilih kosmetik perawatan lainnya. 3. Peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan tentang pengetahuan kosmetik dan pemilihan kosmetik rambut diharapkan melibatkan lebih banyak responden dan memasukan faktor tingkat ekonomi dan lingkungan dalam penelitiannya. DAFTAR PUSTAKA Hartati Wijono dkk. 2004. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan dan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Imam Ghozali. 2002. Aplikasi Analsis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Univ. Diponegoro. Irianto. 2001. Statistika Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana. Martha Tilaar Puspita Martha. 2000. Make up 101 Basic Personal Make Up. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Nelly Hakim. 1999. Tata Kecantikan Kulit Tingkat Terampil. Jakarta: PT. Carina Indah. Nurjanah. 2004. Psikologi Perkembangan untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Philip Kotler. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks. Rostamailis dkk. 2008. Tata Kecantikan Rambut. Jilid 3. Jakarta: PT Rineka Cipta. Stoner dkk. 2010. Perencanaan dan Keputusan dalam Manajemen. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. SuharsimiArikuntoro. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. 15