TEORI Kota Cerdas dari Dimensi Mobilitas Cerdas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS TINGKAT KESIAPAN KOTA SURAKARTA TERHADAP DIMENSI MOBILITAS CERDAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

TINGKAT KESIAPAN KOTA SURAKARTA TERHADAP DIMENSI MOBILITAS CERDAS (SMART MOBILITY) SEBAGAI BAGIAN DARI KONSEP KOTA CERDAS (SMART CITY)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan. Sedangkan

GREEN TRANSPORTATION

REKAYASA TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

Inter and Intra City Aquatic Transport

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi BAB VIII PENUTUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

STUDI KINERJA PELAYANAN SISTEM ANGKUTAN KERETA REL LISTRIK JABODETABEK TUGAS AKHIR

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

ANALISIS KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS TIC DI TINJAU DARI INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas manusia sudah dimulai sejak jaman dahulu, dimana kegiatan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN PRIORITAS PERENCANAAN TRANSPORTASI JANGKA PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM)

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PRASARANA TRANSPORTASI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015

Sustainable Energy Research Centre, U. Transportasi Rendah Emisi

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

BAB III LANDASAN TEORI

Penyediaan fasilitas parkir untuk sepeda

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Angkutan Umum Masal Perkotaan. Jabodetabek. Jaringan. Rencana Umum.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kebijakan Perencanaan Tata Ruang dan Transportasi

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa transportasi, bukanlah merupakan kebutuhan langsung ( tujuan akhir yang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

Scientific News Magazine Edisi September 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan pelaku bisnis untuk terus beradaptasi. Akibatnya persaingan pun menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep Smart City; Smart Mobility Hendro Muliarto ( )

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

KEBIJAKAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembangunan Smart City Septo Indarto (Team Double S)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi Laut, dan Transportasi Udara, namun transportasi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang

Transkripsi:

TEORI Kota Cerdas dari Dimensi Mobilitas Cerdas Mobilitas adalah gerak perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain (Malik, 2014). Alberti (2011) menyatakan pendapatnya mengenai mobilitas cerdas sebagai berikut : A Smart City with Smart Mobility is a city in which movements are easy. It ensures good availability of innovative and sustainable means of public transport, promoting the use of vehicles with low environmental impact. Alberti berpandangan bahwa mobilitas cerdas pada sebuah kota cerdas lebih menekankan pada pergerakan yang mudah. Hal tersebut dijamin oleh kemampuan inovatif dan berkelanjutan dari transportasi umum serta penggunaan kendaraan dengan dampak lingkungan yang rendah. Seperti halnya pada definisi konsep kota cerdas, makna cerdas pada mobilitas cerdas juga bukan hanya terfokus pada inovasi pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi yang dapat mengefisienkan dan mempermudah pergerakan di kota, namun juga terkait dengan transportasi umum yang dapat mendukung aksesibilitas dan transportasi yang ramah lingkungan sehingga dapat memenuhi aspek berkelanjutan. The Smart Mobility (SM) policies focus on local and international accessibility as well as the availability of information and communication technologies and modern and sustainable systems(giffinger). Pendapat Giffinger (2007) mengenai mobilitas cerdas yaitu mobilitas cerdas kebijakannya fokus pada aksesibilitas lokal dan internasional serta ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi, sistem modern, dan berkelanjutan. Dimana aspek-aspek yang difokuskan tersebut harus terpenuhi secara keseluruhan hingga menjadi satu kesatuan sebagai mobilitas cerdas. Nurmandi (2014, 403) berpendapat mengenai sistem transportasi kota cerdas, yaitu suatu sistem transportasi yang dihubungkan oleh teknologi informasi dan komunikasi antara moda mobil, transportasi air, kereta api,

dan transportasi udara. Terdapat tiga prinsip dalam memenuhi transportasi cerdas, antara lain : Keterkaitan satu sama lain, yang berarti setiap moda transportasi terhubung satu sama lain, misalnya terminal bus berada di satu tempat dengan terminal kereta api. Kemudahan informasi bagi pengguna, yang berarti pengguna dapat dengan mudah mengetahui jadwal moda transportasi dan tarifnya dengan menggunakan handphone yang terkoneksi dengan internet. Efisiensi mobilitas, yang berarti transaksi antara pengguna dengan pengelola tidak menggunakan uang cash, tetapi non cash transaction atau menggunakan kartu. Pemenuhan kebutuhan pergerakan dalam suatu kota terkait dengan aksesibilitas dan mobilitasnya, sistem pergerakan yang baik adalah sistem dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi dan dengan mobilitas yang juga tinggi. Namun tingkat aksesibilitas dan mobilitas yang tinggi saja tidak cukup untuk mengatakan suatu sistem pergerakan cerdas, sistem pergerakan yang cerdas adalah sistem pergerakan yang meminimalisir pergerakan itu sendiri(muliarto, 2015). Berdasarkan Cambridge Dictionary, sistem pergerakan yang baik adalah : City where it is easy to get from one place to another, with an innovative and efficient system of public transport that promotes the use of vehicles with low environmental impact, which regulates access to historic town centres, and makes them more liveable (pedestrian walkways). Definisi di atas menyatakan bahwa sebuah kota yang memiliki kemudahan dalam mencapai satu tempat ke tempat lain adalah sebuah kota yang memiliki sistem transportasi umum yang inovatif dan efisien yang mendukung penggunaan transportasi ramah lingkungan yang mengatur akses ke pusat kota dan menciptakan kehidupan yang nyaman. Oleh karenanya, pergerakan di dalam kota penting melihat keutamaan pelayanan transportasi umum sebagai pemenuhan kebutuhan pergerakannya.

Dimensi mobilitas cerdas dijelaskan secara rinci dengan beberapa faktor atau lingkup pembahasan. Kemudian setiap faktor dijelaskan lagi lebih rinci dengan indikator-indikator(giffinger, 2007). Hal tersebut berlaku juga untuk dimensi lain selain mobilitas cerdas, guna memberikan pemahaman yang jelas. Berikutnya akan dijelaskan lebih rinci mengenai faktor dan indikator dari dimensi mobilitas cerdas yang diambil dari 2 sumber, yaitu Boyd Cohen dan Giffinger, sedangkan sumber lainnya yang disebutkan pada pembahasan dimensi kota cerdas yaitu IBM tidak memberikan secara rinci mengenai faktor dan indikatornya, sehingga yang dipakai untuk melihat faktor dan indikator pada dimensi mobilitas cerdas yaitu dari Boyd Cohen dan Giffinger. Faktor Mobilitas Cerdas Dimensi mobilitas cerdas memiliki faktor atau aspek penting yang terkandung di dalamnya. Faktor-faktor mobilitas cerdas sudah sempat disebutkan sebelumnya pada bagian yang menjelaskan mengenai dimensi mobilitas cerdas pada konsep kota cerdas. Faktor-faktor yang telah disebutkan nampaknya memiliki istilah yang berbeda, untuk itu perlu melakukan perumusan sintesis untuk mencari kesamaan konteks yang dimiliki dari perbedaan istilah yang disebutkan dengan terlebih dahulu melihat konteks masing-masing faktor sebagai berikut. A. Sistem Transportasi Berkelanjutan, Inovatif, dan Aman Transportasi berkelanjutan merupakan suatu transportasi yang tidak menimbulkan dampak yang membahayakan kesehatan masyarakat atau ekosistem dan dapat memenuhi kebutuhan mobilitas yang ada secara konsisten dengan memperhatikan: (a) penggunaan sumberdaya energi yang terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat regenerasinya; dan (b) penggunaan sumber daya tidak terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat pengembangan sumberdaya alternatif yang terbarukan(organization for Economic Co-Operation & Development, 1994). Transportasi berkelanjutan dapat dicapai dengan upaya peningkatan fasilitas

bersepeda, pejalan kaki, dan penyediaan transportasi umum yang murah dan ramah lingkungan seperti kereta listrik (Gusnita,2010). Transportasi berkelanjutan jika dikaitkan dengan mobilitas cerdas yaitu bagaimana pergerakan-pergerakan transportasi di kota dapat mementingkan sisi ekologisnya, sehingga dapat menciptakan mobilitas yang berkelanjutan. Karena kota yang cerdas adalah yang juga memperhatikan aspek keberlanjutan dalam pembangunan kotanya. Sedangkan transportasi inovatif dapat diindikasi dengan adanya penggunaan mobil ekonomis(giffinger, 2007). Mobil ekonomis adalah mobil bermesin yang didesain untuk pembelian dan pengoperasiaan yang rendah biaya. Mobil ekonomis bercirikan kecil, ringan, dan tidak mahal (Walton, 1959). Mobil ekonomis ini penggunaannya secara pribadi, dimana tidak dapat terdefinisikan dengan pasti jumlah penduduk yang menggunakan mobil ekonomis. Transportasi inovatif ini dirasa kurang relevan jika diindikasikan oleh penggunaan mobil ekonomis seperti yang disampaikan Giffinger. Melihat juga batasan substansi penelitian ini yaitu transportasi umum, maka indikasi penggunaan mobil ekonomis tidak akan dipakai sebagai faktor yang mendukung mobilitas cerdas. Kemudian transportasi aman diindikasikan dengan keselamatan lalu-lintas (Giffinger, 2007). Pada dasarnya keselamatan lalu lintas termasuk hal yang dipertimbangkan dalam manajemen lalu lintas. Manajemen lalu lintas adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin keamanan,keselamatan,ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan (UU No.22 tahun 2009). Sebuah kota yang cerdas juga memerlukan keamanan dan keselamatan dalam beraktivitas di dalam kotanya sendiri. B. Infrastruktur Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Menurut Williams & Sawyer dalam (Kadir & Triwahyuni, 2003), teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi dengan jalur

komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video. Infrastruktur yang memanfaatkan teknologi untuk diterapkan dalam mendukung mobilitas kota maka akan mendukung terciptanya sebuah mobilitas cerdas dengan ketersediaan informasi dan komunikasi yang ter-up to date untuk warga kotanya, sehingga dapat memperlancar mobilitas kota. C. Aksesibilitas Lokal Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi (Black, 1981). Aksesibilitas lokal berarti mudah atau sulitnya suatu lokasi di dalam kota untuk dicapai oleh warga kotanya. Aksesibilitas lokal yang mudah, dapat mendukung terciptanya mobilitas cerdas karena warga kotanya dapat terlayani dengan baik dalam melakukan pergerakan. D. Aksesibilitas Internasional Berdasar yang dinyatakan (Black, 1981) tentang aksesibilitas, aksesibilitas internasional berarti ukuran kemudahan untuk mencapai suatu lokasi yang berskala internasional dengan menggunakan transportasi. Dengan mudahnya aksesibilitas internasional, dapat memperbaiki juga hubungan internasional yang dapat mendukung pertumbuhan sebuah kota. Dengan begitu suatu kota yang memiliki kemudahan pada aksesibilitas internasionalnya, dapat ikut mencerdaskan mobilitas kotanya. E. Transportasi yang Efisien Transportasi yang efisien menurut Cohen (2015) dapat diwujudkan melalui transportasi dengan energi yang bersih yaitu transportasi yang ramah lingkungan. Transportasi dengan energi bersih yang dicontohkan adalah sepeda, yaitu lebih kepada fasilitas bersepeda. Mobilitas kota dikatakan cerdas salah satunya karena memperhatikan keberlangsungan

lingkungannya dengan tidak memberikan produksi polusi udara dari kendaraan bermotor yang berlebihan. Keberadaan transportasi yang ramah lingkungan dapat menciptakan mobilitas kota lebih aman dari polusi yang merusak lingkungan. F. Teknologi Infrastruktur Teknologi infrastruktur berdasarkan Cohen (2015) diidentifikasi dengan ketersediaannya infrastruktur yang dapat memberikan akses pada informasi ter-up to date (real-time) melalui pemanfaatan teknologi di dalamnya. Mobilitas cerdas akan tercipta dalam sebuah kota jika didukung dengan penerapan teknologi infrastruktur terutama untuk mendukung transportasi umum yang ada. Dengan informasi real-time yang diberikan melalui teknologi infrastruktur yang tersedia, mobilitas di sebuah kota akan bisa terpantau kondisinya, serta dapat juga memberikan informasi penting bagi para pengguna transportasi umum secara real-time, saat tersedianya informasi mengenai transportasi umum yang akan mereka gunakan G. Akses Multi-Moda Cohen (2015) menyatakan akses multi moda sebagai sistem terintegrasi untuk transportasi umum. Multi moda merupakan sebuah kombinasi dari transportasi darat, rel, dan laut (Kindred, 1997). Transportasi multi moda merupakan transportasi dengan banyak moda, sebagai contoh barang yang mungkin dibawa oleh kombinasi dari transportasi laut, udara, dan darat(besong, 2007). Akses multi moda berarti ketersediaan integrasi antara banyak moda transportasi umum yaitu antara moda transportasi darat, rel, udara, dan laut. Dengan adanya integrasi antar moda transportasi umum tersebut, dapat memudahkan mobilitas yang memerlukan lebih dari satu jenis moda

TUGAS Masing-masing objek ini dieksplor yaa terkait smart mobility nya ambil teori smart mobility yang sesuai dengan objek yang kita kunjungi lalu buat bahasan dan outcomenya. contoh Objek Bappeko Kampung Lontong Teori dari smart Mobility yg terkait dengan objek (harus pelajari teori diatas dulu) Salah satu factor smart mobility adalah Aksesibilitas Lokal. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi (Black, 1981). Aksesibilitas lokal berarti mudah atau sulitnya suatu lokasi di Bahasan smart mobility terkait objek (harus eksplor terkait objek dulu) Kemudahan aksesibilitas menuju kampung lontong dll Outcome (apa yang kita cari) Sistem transportasi menuju kampung lontong Pembag ian Tugas VIA UUL

Kota Tua Seminar Cities Hutan Kota Forward Factory Pusat Kota ITS dalam kota untuk dicapai oleh warga kotanya dll FADEL - ERLA MENTAR I JATI VICHA TUGAS DIKUMPUL DI WORD DEADLINE HARI INI SABTU 18 OKTORBER 2015 JAM 21.00 WIB di grub fb.. Mohon kerjasamanya yaa itu buat bekal nanti ke lapangan jadi semua ngerjain yaa Terimakasih.. Semangat. Kalo kurang jelas bisa ditanyakan