Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat
2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah, saat ini telah mencapai 400.000 ha dan menjadi lahan marginal yang tidak dimanfaatkan. Setelah dibenahi dengan bahan pembenah tanah, lahan ini dapat digunakan sebagai lahan budidaya tanaman lada. Luas lahan marginal di Indonesia dari tahun ke tahun terus bertambah, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir luas lahan marginal tersebut telah mencapai hampir 60 juta ha. Di Bangka Belitung sebagai daerah penambangan timah, angka lahan marginal sudah mencapai 400.000 ha. Peningkatan lahan marginal ini menyebabkan luas lahan yang tanpa vegetasi mencapai 83% dari luas Propinsi Bangka Belitung (1.642.414 ha) padahal idealnya bagi kepulauan ini minimal lahan yang bervegetasi sebesar 30%. Angka ini menunjukkan bagaimana degradasi lingkungan kian meluas dan kualitas alam sangat rendah. Tanah lahan bekas tambang timah merupakan pasir kwarsa yang masam, sangat miskin unsur hara, kurang kandungan bahan organik, tidak dapat menahan air dan rendah jumlah mikroorganismenya. Nilai ph tanah bekas tambang sekitar 3,6 4,6, dengan kandungan N, P dan K masing-masing hanya 0,02%, 2,8 3,9 ppm dan 4,9 9,6 ppm. Kondisi ini tidak akan mengalami perbaikan dalam jangka waktu yang singkat, malah dapat mencapai ratusan tahun lamanya untuk dapat digunakan sebagai lahan budidaya, bila tidak dibenahi. Di lain pihak areal tanaman lada semakin berkurang, pada tahun 2008 hanya tersisa sekitar 45.025 ha dari 80.000 ha (tahun 2000). Padahal lada di Bangka terkenal dengan Muntok White Pepper yang disukai pasar dunia dan merupakan komoditi penting baik bagi petani maupun bagi negara. Hampir 22% produksi lada nasional berasal dari Bangka, daerah ini merupakan sentra produksi lada kedua sesudah Lampung. Jumlah petani lada di Bangka mencapai 36.250 kk, bila setiap KK terdiri dari 5 jiwa, berarti jumlah jiwa yang terlibat dalam usahatani lada mencapai 181.250 jiwa, atau 16,38% dari jumlah penduduk. Pendapatan petani lada dari usaha tani ladanya di Bangka mencapai 60%, artinya menjadi sangat penting untuk ekonomi keluarga. Sebagai penghasil devisa, lada menempati urutan ke empat setelah minyak sawit, karet dan kopi, dengan nilai ekspor lebih dari 220 juta dollar Amerika Serikat. Tanaman lada sebenarnya berpotensi untuk dibudidayakan di lahan bekas tambang,
AgroinovasI 3 karena system perakarannya tidak terlalu dalam, hanya sekitar 30 40 cm. Ke dalaman ini sama besarnya dengan ukuran lubang penanaman lada sebesar 40 x 40 x 40 cm, lagi pula ukuran ini tidak terlalu sulit untuk dibenahi agar sesuai bagi tanaman lada. Penanaman tanaman lada di lahan bekas tambang tidak saja mereklamasi lahan tetapi juga memberi pekerjaan pada masyarakat apabila penambangan secara inkonvensional terhenti karena habisnya cadangan timah di perut bumi. Pemanfaatan lahan bekas tambang sebagai lahan budidaya lada dapat mengembalikan luas pananamannya kembali seperti tahun 2000 yaitu 80.000 ha. Selain itu persaingan dalam memanfaatkan lahan bekas tambang tidak setinggi lahan pertanian lainnya yang lebih subur. Pembenahan tanah Membenah tanah lahan bekas tambang berarti memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologinya. Memperbaiki sifat fisik tanah tambang adalah memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Sedangkan memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah dengan menambahkan unsur hara melalui pemupukan dan menginveskan mikroorganisme berguna ke dalam tanah atau ke akar tanaman. Perbaikan sifat fisik tanah bekas tambang dilakukan dengan penambahan bahan organik seperti pupuk kandang atau kompos. Penambahan bahan organik tidak hanya memperbaiki struktur dan tekstur tanah bekas tambang tetapi juga diikuti oleh meningkatnya kandungan hara dan mikroorganisme dalam tanah. Selain itu bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah mengikat air untuk keperluan tanaman. Sumber bahan organik untuk membenahi lahan bekas tambang dapat berasal dari kotoran hewan (kompos), limbah pasar, limbah rumah tangga dan dari sisa bagian tanaman. Di daerah lahan bekas tambang sumber bahan organik yang tersedia berupa tanaman air yang banyak tumbuh pada telaga-telaga (kolong) bekas penambangan. Beberapa tanaman air yang dominan tumbuh di telaga tersebut antara lain, kiambang (Pistia stratiotes), enceng gondok (Eichornia crassipes) dan tanaman tepi telaga (Schoenoplectus lacustris). Tanaman air ini sangat cepat pertumbuhannya, apalagi sepanjang musim hujan dan unsur hara yang tersedia dalam air dalam kondisi cukup, dengan jumlah telaga (kolong) sebanyak 887 kolong dengan luas 1.612,62 ha dan perkembangan tanaman yang cepat, diharapkan ketersediaan tanaman ini sebagai sumber bahan organik cukup memadai. Tanaman air yang telah dikomposkan mengandung unsur hara N total 0,03%, P 2,27 ppm
4 AgroinovasI dan K 0,27 % dengan ph 6,4. Unsur hara ini termasuk unsur hara yang mudah tersedia bagi tanaman, karena phnya mendekati netral, terbukti dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan hara pada daun lada lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian kompos dari limbah pasar, limbah rumah tangga dan pupuk kandang. Lahan bekas tambang sangat miskin unsur hara, penambahan bahan organik saja belum memadai penyediaan unsur hara untuk tanaman lada. Sementara tanaman lada menghendaki kesuburan yang sedang sampai subur. Sebagai pembanding, untuk memproduksi 1 kg buah lada dibutuhkan 32 g N, 5 g P 2 O 5, 28 g K 2 O, 8 g CaO dan 3 g MgO (7,6 % dari berat buah lada). Bila 1 hektar pertanaman lada menghasilkan 1000 kg buah lada hitam per tahun, maka setiap tahun akan terkuras 32 kg N, 5 kg P 2 O 5, 28 kg K 2 O, 8 kg CaO dan 3 kg MgO, belum termasuk untuk pertumbuhan batang, akar dan daun. Rekomendasi pemupukan untuk tanaman lada pada lahan latosol berupa NPKMg dengan perbandingan 12:12:17:2, jenis tanah podsolik merah kuning berbeda dibandingkan dengan komposisi pupuk untuk tanaman lada pada jenis tanah latosol di atas, yaitu N, P dan K masing-masing 1 : 1 : 1. Sedangkan untuk tanaman lada pada lahan bekas tambang komposisi pupuk N, P dan K masing-masing 2 : 1 : 2. Pemberian N dan K untuk tanaman lada pada lahan bekas tambang dosisnya lebih tinggi dibandingkan dengan dosis P, hal ini disebabkan antara lain, unsur N dan K mudah tercuci karena lahan bekas tambang mengandung pasir tinggi yang menyebabkan air mudah merembes ke lapisan bawah, terikat oleh unsur Al dan Fe atau unsur yang diberikan diserap untuk penjenuhan kandungan unsur dalam tanah. Sedangkan untuk memperbaiki kekurangan biologi tanah dilakukan dengan menambahkan mikorhiza, baik yang berasal dari daerah tambang itu sendiri atau mikorhiza yang sudah diperdagangkan. Mikorhiza yang diperdagangkan umumnya menggunakan zeolit sebagai bahan pembawa, sementara zeolit mengandung unsur Al yang dapat menurunkan ph tanah, oleh sebab itu menggunakan mikorhiza di lahan bekas tambang sebaiknya dipilih mikorhiza dengan bahan pembawa yang tidak mengandung unsur yang dapat mempengaruhi ph tanah. Budidaya lada Persiapan lahan dan tanam Pengolahan tanah pada lahan bekas tambang dilakukan untuk meratakan tanah yang biasanya terdapat tumpukan-tumpukan pada lahan, tidak perlu pengolahan tanah secara menyeluruh karena lahan bekas tambang berupa hamparan pasir yang lepas, gembur dan tidak ditumbuhi oleh gulma atau tanaman lainnya. Selanjutnya lakukan pengajiran dengan jarak tanam 2 x 1,5 meter sehingga populasi menjadi 3.300 tanaman/ha, pada bekas ajir dibuat lubang tanam dengan ukuran 40x40x40 cm. Sebelum penanaman lada ke dalam lubang tanam dimasukkan 5 kg kompos dari tanaman air, 10 g mikorhiza dan pupuk dasar Urea, SP36 dan KCL dengan dosis masing-masing 80 g, 40 g dan 80 g per lubang tanam. Media tersebut dicampur sempurna dengan tanah asal sesuai dengan ukuran lubang sehingga lubang terisi penuh. Lubang yang telah terisi penuh tidak perlu dipadat dan kembali ditancapkan di Edisi 23 Pebruari - Maret 2011 No.3394 Tahun XLI
AgroinovasI 5 tengah lubang. Penanaman dilakukan setelah seminggu kemu dian dengan jalan membuka lubang kem bali yang ukurannya sama dengan ukuran polybag benih lada. Setelah benih ditanam, tanah di sekeliling benih dipadatkan, dengan terlebih dahulu membuang kantung polybagnya. Pemeliharaan Tindakan pemeliharaan yang perlu diperhati kan mencakup penyiangan, pemupukan pengen dalian hama/penyakit dan pembuatan para-para. Penyiangan dilakukan di sekitar batang tanaman (piringan) sampai ujung tajuk, sekaligus membumbun tanaman dengan meninggikan tanah di sekitar batang. Bila menjelang musim kemarau setelah pembumbunan dapat langsung diberi mulsa, penggunaan mulsa di samping berguna untuk tambahan bahan organik, juga dapat mempertahankan kelembaban tanah. Mulsa dipasang mengampar di sekitar 20 cm dari batang setebal 10 cm. Bahan mulsa dapat berupa tanaman air yang dikeringkan, semak belukar atau alang-alang. Frekuensi pemasangan mulsa dapat dilakukan satu sampai dua kali pada awal dan pertengahan musim kemarau. Penggunaan mulsa tidak hanya berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan produksi, tetapi juga dapat menekan serangan penyakit kuning. Untuk menghindari serangan penyakit busuk pangkal batang dibuat para-para yang dapat menyangga pecabangan lada, sehingga pangkal batang lada tidak lembab. Selain itu dilakukan penyemprotan pencegahan dari serangan hama penggerek batang dengan pestisida Aldikarb 5-6 g/tanaman dan karbofuran 6 g/tanaman. Ekstrak biji bengkuang yang diaplikasikan dengan dosis 20 g/100 ml dan ekstrak biji nimba 5%, dapat mengendalikan stadia imago dari hama penggerek batang. Pemupukan dapat dilakukan dengan frekuensi 4 kali pemberian setahun dengan komposisi pupuk N, P dan K masing-masing 2 : 1 : 2, dengan dosis pemberian masing-masing 60 g/ tanaman umur 1 tahun, 100 g/tanaman umur 2 tahun dan 200 g/tanaman umur 3 tahun. Produksi yang dapat dicapai pada umur 8 bulan setelah tanam, sebesar 70 g/pohon lada kering atau 220 kg/ha lada kering. yulius ferry, balittri