SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang : Mengingat a. bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi guna meningkatan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan terhadap fasilitas jalan umum serta menjaga alur sungai sebagai bagian dari satu kesatuan ekosistem lingkungan; c. bahwa dalam rangka mewujudkan salah satu misi Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah yaitu pembangunan dan peningkatan infrastruktur yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 2015; d. bahwa agar lebih menjamin kepastian hukum terhadap upaya Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam menyelenggarakan perkeretaapian dari Puruk Cahu Bangkuang Batanjung yang dilaksanakan secara berkelanjutan; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian Dari Puruk Cahu Bangkuang - Batanjung; 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah dan Perubahan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1284) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1622);
2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4988); 7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nornor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nornor 5280); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 12. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 156); 13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.11 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api;
3 14. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 297 Tahun 2013 tentang Persetujuan Penetapan Trase Jalur Kereta Api Umum Dari Puruk Cahu Ke Batanjung Melalui Bangkuang; 15. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2015 (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 40); 16. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pengaturan Lalulintas Di Ruas Jalan Umum Dan Jalan Khusus Untuk Angkutan Hasil Produksi Pertambangan Dan Perkebunan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 49); 17. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 54); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH dan GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG - BATANJUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Kalimantan Tengah. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten di wilayah Kalimantan Tengah 3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. 4. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Tengah. 5. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Murung Raya, Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Pemerintah Kabupaten Barito Selatan, Pemerintah Kabupaten Barito Timur, dan Pemerintah Kabupaten Kapuas. 6. Kabupaten adalah Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, dan Kabupaten Kapuas. 7. Bupati adalah Bupati Murung Raya, Bupati Barito Utara, Bupati Barito Selatan, Bupati Barito Timur, dan Bupati Kapuas.
4 8. Penyelenggaraan Perkeretaapian adalah penyelenggaraan moda transportasi yang dimulai dari perencanaan, pembangunan, pengoperasian, pembinaan dan pengawasan. 9. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. 10. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. 11. Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan. 12. Sarana perkeretaapian adalah kendaraan yang dapat bergerak di jalan rel. 13. Jalur Kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api. 14. Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api. 15. Fasilitas operasi kereta api adalah segala fasilitas yang diperlukan agar kereta api dapat dioperasikan 16. Lokomotif adalah sarana perkeretaapian yang memiliki penggerak sendiri yang bergerak dan digunakan untuk menarik dan/atau mendorong kereta, gerbong, dan/atau peralatan khusus. 17. Kereta adalah sarana perkeretaapian yang ditarik dan/atau didorong lokomotif atau mempunyai penggerak sendiri yang digunakan untuk mengangkut orang. 18. Gerbong adalah sarana perkeretaapian yang ditarik dan/atau didorong lokomotif digunakan untuk mengangkut barang. 19. Peralatan khusus adalah sarana perkeretaapian yang tidak digunakan untuk angkutan penumpang atau barang, tetapi untuk keperluan khusus, misalnya kereta inspeksi, kereta penolong, kereta derek, kereta ukur, dan kereta pemeliharaan jalan rel. 20. Pengguna jasa adalah setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan jasa angkutan kereta api, baik untuk angkutan orang maupun barang. 21. Lalu lintas kereta api adalah gerak sarana perkeretaapian di jalan rel. 22. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 23. Jalan Khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri. 24. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
5 25. Badan Usaha Perkeretaapian yang selanjutnya disebut Badan Usaha adalah suatu perseroan terbatas yang dibentuk khusus untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian kereta api pengangkut barang dan penumpang melalui jalur kereta api dari Puruk Cahu Bangkuang - Batanjung. 26. Perusahaan adalah Perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang pertambangan dan/atau pengangkutan batubara. 27. Wilayah Pelayanan Kereta Api adalah wilayah sekitar pembangunan dan pengoperasian kereta api. 28. Stockpile adalah tempat penyimpanan/penumpukan hasil tambang batubara. 29. SKPD Teknis adalah SKPD Teknis yang membidangi perhubungan. BAB II TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Tujuan Pasal 2 Peraturan Daerah ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan perkeretaapian dari Puruk Cahu Bangkuang Batanjung yang mampu mendukung pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi daerah guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan: a. terwujudnya pengendalian pengangkutan hasil tambang batubara; b. terwujudnya perlindungan fasilitas jalan umum; c. terwujudnya perlindungan alur sungai; dan d. terwujudnya keharmonisan antara jaringan jalur kereta api dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Bagian Kedua Ruang Lingkup Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi: a. rencana pembangunan dan pengoperasian; b. pengadaan tanah; c. pembangunan dan pengoperasian; d. pengangkutan; e. perlindungan masyarakat dan lingkungan; f. forum perkeretaapian; g. peningkatan kualitas sumber daya manusia penyelenggaraan perkeretaapian; h. pengawasan dan pengendalian; i. sanksi administratif; dan j. ketentuan peralihan.
6 BAB III RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN Pasal 4 (1) Dengan Peraturan Daerah ini ditetapkan rencana pembangunan dan pengoperasian perkeretaapian dari Puruk Cahu Bangkuang - Batanjung Tahun 2014-2034. (2) Peta rencana pembangunan dan pengoperasian Perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. BAB IV PENGADAAN TANAH Pasal 5 (1) Pengadaan Tanah untuk lokasi pembangunan Perkeretaapian dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten. (2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam bentuk Keputusan Bersama antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten. (3) Dalam rangka melaksanakan perencanaan pengadaan tanah, Gubernur menunjuk SKPD Teknis yang membidangi perhubungan. (4) Pengadaan tanah dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Pasal 6 (1) Pengadaan tanah untuk lokasi pembangunan Perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 harus memperhatikan keberadaan tanah-tanah adat dan kawasan yang memiliki nilai konservasi tinggi. (2) Pemerintah Daerah menyusun rencana relokasi dan/atau realokasi terhadap tanah-tanah adat dan kawasan yang memiliki nilai konservasi tinggi. BAB V PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN Pasal 7 Pembangunan dan pengoperasian Perkeretaapian berpedoman pada rencana pembangunan dan pengoperasian Perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Pasal 8 Pembangunan dan pengoperasian Perkeretaapian dilakukan oleh Badan Usaha yang mengadakan perjanjian dengan Pemerintah Provinsi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
7 Pasal 9 (1) Pembangunan Perkeretaapian terdiri dari: a. pembangunan prasarana perkeretaapian; dan b. pembangunan sarana perkeretaapian. (2) Pembangunan prasarana Perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. jalur kereta api; b. stasiun kereta api; dan c. fasilitas pengoperasian kereta api. (3) Pembangunan sarana Perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. lokomotif; b. kereta; c. gerbong; dan d. peralatan khusus. Pasal 10 Pengoperasian perkeretaapian dilaksanakan oleh Badan Usaha setelah mendapat izin operasional dari Kementerian yang membidangi perhubungan. Pasal 11 Tabel tahapan pembangunan dan pengoperasian Perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. BAB VI PENGANGKUTAN Pasal 12 (1) Perusahaan di wilayah pelayanan kereta api wajib membangun dan menggunakan jalan khusus untuk mengangkut hasil tambang dari mulut tambang batubara dan/atau stockpile sampai stasiun. (2) Perencanaan umum pembangunan jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Provinsi. (3) Izin pinjam pakai kawasan hutan untuk pembangunan jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi. (4) Pembangunan dan penggunaan jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada Peraturan Daerah tentang pengaturan jalan khusus. Pasal 13 (1) Dalam hal perusahaan melakukan pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dapat melibatkan masyarakat. (2) Pengangkutan yang melibatkan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan baik oleh perseorangan dan/atau koperasi.
8 Pasal 14 (1) Pengangkutan hasil tambang batubara di wilayah pelayanan kereta api dilarang mengangkut hasil tambang batubara dari mulut tambang dan/atau stockpile ke tempat lain. (2) Wilayah pelayanan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 15 (1) Badan Usaha mengangkut hasil tambang batubara dari stasiun ke pelabuhan. (2) Perencanaan umum pembangunan pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Provinsi. (3) Izin pinjam pakai kawasan hutan untuk pembangunan pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi. (4) Pembangunan pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) berpedoman pada peraturan perundang-undangan. BAB VII PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN Bagian Kesatu Umum Pasal 16 (1) Pembangunan Perkeretaapian harus memperhatikan: a. hak-hak yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar rel kereta api yang akan dibangun; dan b. keterlibatan masyarakat setempat dimana trase perkeretaapian tersebut dibangun. (2) Hak-hak masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hakhak yang dijamin oleh peraturan perundang-undangan. (3) Keterlibatan masyarakat setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berupa penyerapan tenaga kerja baik tenaga kerja keahlian khusus maupun tenaga kerja yang tidak memerlukan keahlian khusus. Bagian Kedua Perlindungan Terhadap Masyarakat Hukum Adat Pasal 17 (1) Dalam melakukan pembangunan rel kereta api, Badan Usaha wajib mengakui dan menghormati nilai-nilai budaya Masyarakat Hukum Adat. (2) Badan Usaha wajib mengakui dan menghormati hak-hak atas tanah masyarakat hukum adat dan melaksanakan ketentuan hukum dan norma adat yang berlaku dan dianut oleh masyarakat hukum adat setempat. (3) Dalam hal terjadi permasalahan atau perselisihan antara Badan Usaha dengan masyarakat hukum adat dalam wilayah kepemangkuan hukum adat atau penguasaan masyarakat hukum adat, diselesaikan terlebih dahulu melalui mekanisme kelembagaan adat setempat dengan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah.
9 (4) Situs-situs cagar budaya yang berada di wilayah pelayanan kereta api harus dipelihara sesuai dengan kebutuhan serta kesepakatan masyarakat hukum adat. Bagian Ketiga Perlindungan Lingkungan Hidup Pasal 18 (1) Badan Usaha dalam melaksanakan pembangunan dan pengoperasian kereta api wajib melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di wilayah pelayanan kereta api. (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui pelaksanaan segala persyaratan dan kewajiban yang terdapat dalam izin lingkungan. Pasal 19 (1) Dalam rangka perlindungan daya dukung sungai Pemerintah Provinsi membatasi kegiatan pengangkutan hasil tambang batubara melalui sungai. (2) Pembatasan kegiatan pengangkutan hasil tambang batubara melalui sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. (3) Pembatasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya berlaku selama Jalur Kereta Api belum beroperasi. BAB VIII FORUM PERKERETAAPIAN Pasal 20 (1) Pemerintah Daerah memfasilitasi terbentuknya Forum Perkeretaapian. (2) Forum Perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Forum Komunikasi Perkeretaapian; dan b. Forum Penetapan Tarif Angkutan Kereta Api. (3) Forum Perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri dari: a. Pemerintah Provinsi; b. Pemerintah Kabupaten; c. Badan Usaha; d. Unsur Masyarakat; dan e. Perusahaan. (4) Mekanisme pembentukan dan pelaksanaan Forum Perkeretaapian diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. (5) Susunan, keanggotaan dan tugas Forum Perkeretaapian ditetapkan oleh Gubernur.
10 BAB IX PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN Pasal 21 (1) Pemerintah Daerah mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia penyelenggaraan perkeretaapian. (2) Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang pelayanan publik. (3) Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan instansi dan/atau lembaga lain yang terkait dengan mempertimbangkan kemampuan kelembagaan, personil dan keuangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan. BAB X PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 22 (1) Pemerintah Daerah secara koordinatif wajib melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan Perkeretaapian. (2) Masyarakat dapat membantu pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan mekanisme. (3) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. BAB XI SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 23 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan/atau Pasal 14 ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali. (2) Setiap orang yang tidak mentaati ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka dikenakan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (3) Selain sanksi yang dikenakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Pemerintah Daerah memberlakukan pula sanksi administratif lainnya berupa paksaan Pemerintah Daerah, pembekuan izin atau pencabutan izin. (4) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
11 BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 Setiap perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan di dalam Peraturan Daerah ini dan diberi waktu paling lambat 1 (satu) tahun sejak perkeretaapian jalur Puruk Cahu ke Bangkuang beroperasi dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Peraturan Gubernur yang diamanatkan oleh Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini berlaku. Pasal 26 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah. Diundangkan di Palangka Raya pada tanggal 11 Oktober 2013 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, ttd SIUN JARIAS Ditetapkan di Palangka Raya pada tanggal 11 Oktober 2013 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, ttd AGUSTIN TERAS NARANG LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2013 NOMOR 13 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM SETDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, AGUS RESKINOF
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG I. UMUM Kalimantan Tengah merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak 111º BT hingga 116º BT dan 0º 45 LU serta 3º 30 LS. Kalimantan Tengah juga kaya akan hasil Sumber Daya Alam yang diperoleh melalui kegiatan Pertambangan, salah satunya adalah hasil pertambangan batubara. Salah satu aktivitas pertambangan batubara yang sangat besar di Kalimantan Tengah, baik kegiatan eksplorasi maupun operasi produksinya berada pada daerah Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, dan Kabupaten Kapuas. Khususnya daerahdaerah pada 5 (lima) Kabupaten. Sering dilihat perusahaan-perusahaan pertambangan batubara menggunakan jalur pengangkutan untuk mengangkut hasil tambang batubara melalui jalur darat dengan menggunakan jalan-jalan umum dan sungai. Potensi yang dikhawatirkan terhadap transportasi yang digunakan untuk mengangkut hasil tambang batubara berupa truk-truk dan tongkang adalah rusaknya fasilitas jalan umum dan terganggunya ekosistem yang berada pada kawasan DAS terkait. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mewujudkan salah satu misi Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah yaitu pembangunan dan peningkatan infrastruktur yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 2015, maka Pemerintah Provinsi membuat sebuah kebijakan melalui Pembangunan Perkeretaapian melalui jalur Puruk Cahu Batanjung Melalui Bangkuang Tahun 2014 2034 yang melalui 5 (lima) Kabupaten dimaksud. Hal ini juga dilakukan mengingat Kereta Api memiliki kapasitas angkut yang lebih besar, efektif, efisien serta tidak membuat kerusakan terhadap fasilitas jalan umum dan terganggunya ekosistem yang berada pada kawasan DAS. Lebih lanjut, pembangunan Perkeretaapian tentunya akan akan mendukung percepatan pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi daerah guna meningkatan kesejahteraan rakyat. Kemudian dengan telah ditetapkannya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 297 Tahun 2013 tentang Persetujuan Penetapan Trase Jalur Kereta Api Umum Dari Puruk Cahu Ke Batanjung Melalui Bangkuang pada tanggal 15 Maret 2013, maka penggunaan kereta api sebagai alat pengangkutan hasil tambang batubara, juga dapat digunakan untuk angkutan lain seperti hasil perkebunan maupun penumpang. Oleh karenanya, agar lebih menjamin kepastian hukum terhadap upaya Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan penyelenggaraan pembangunan perkeretaapian dari Puruk Cahu Bangkuang - Batanjung yang dilaksanakan secara berkelanjutan, maka dibentuklah Peraturan Daerah ini dengan substansi yang diatur mengenai rencana pembangunan dan pengoperasian, pengadaan
2 tanah, pembangunan dan pengoperasian, pengangkutan, perlindungan masyarakat dan lingkungan, forum perkeretaapian, peningkatan kualitas sumber daya manusia penyelenggaraan perkeretaapian serta pengawasan dan pengendalian. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Ayat (1) Yang dimaksud tempat lain adalah tempat-tempat selain mulut tambang, stockpile dan stasiun.
3 Ayat (2) Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3). Peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang penyelenggaraan perkeretaapian, maksudnya dapat berupa fasilitasi, pemberian orientasi umum, petunjuk teknis, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan atau bantuan teknis lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan instansi dan/atau lembaga lain yang mempunyai kewenangan dalam melaksanakan peningkatan pengetahuan dan keterampilan seperti Kementerian yang membidangi perhubungan, instansi dan/atau lembaga lain dengan tetap mempertimbangkan kemampuan kelembagaan, personil dan keuangan daerah. Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24
4 Pasal 25 Pasal 26 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 68