HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SERAT DAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN. sel-sel termasuk sel otak, mengatur proses kerja fisiologi tubuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : NUR KHASANAH J

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN. Serat termasuk bagian dari makanan yang tidak dapat dicerna dan. sumbangan gizinya dapat diabaikan, namun serat makanan sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. dalam gizi makanan. Hal ini disebabkan karena serat pangan tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pola makan remaja telah mengarah ke dunia barat. Pemilihan makanan remaja beralih ke pemilihan makanan cepat saji (fast

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. tidak saja masalah kekurangan zat-zat esensial, tetapi juga masalah gizi lebih

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan alat ukur berat badan dengan satuan kilogram. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. anak remaja yang dimulai pada usia 12 tahun yaitu pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan selain untuk pemuas rasa lapar dan dahaga juga berfungsi

I. PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 7,6 juta (atau 13% dari penyebab kematian) orang

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

Cara Melangsingkan Tubuh

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan

I. PENDAHULUAN. negara-negara maju seperti diabetes melitus, jantung koroner, penyakit

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki prinsip agar mahasiswa memiliki peran dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang tidak seimbang. Hal tersebut terutama terlihat di kota-kota besar di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SERAT DAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : RUSMIYATI J310101010 PROGRAM STUDI SARJANA GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI ABSTRAK RUSMIYATI. J 3101010 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SERAT DAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA Pendahuluan: Masalah gizi timbul karena perilaku gizi yang salah. Perilaku gizi yang salah adalah ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dan kecukupan gizi. Pengetahuan gizi sangat berpengaruh terhadap konsumsi yang baik dalam memilih makanan yang berserat tinggi. Serat makanan adalah pemahaman yang berkaitan dengan serat makanan meliputi jenis dan sumber serat makanan, konsumsi serat makanan yang dianjurkan per hari serta manfaat dan kerugian apabila mengkonsumsi serat makanan kurang maupun lebih, supaya tidak menyebabkan terjadinya obesitas pada remaja. Tujuan: Mengetahui hubungan antara pengetahuan serat dan konsumsi serat dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta Metode Penelitian: Penelitian dilakukan di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta pada bulan April- Mei 2012. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan uji pearson product moment. Subjek penelitian berjumlah 50 subjek penelitian Hasil: Berdasarkan data pengetahuan serat makanan dari 50 subjek penelitian tingkat pengetahuan baik sebanyak 31 (62%), pengetahuan tidak baik sebanyak 19 (38%). Konsumsi serat dari 50 subjek penelitian, didapatkan bahwa konsumsi serat remaja secara keseluruhan tidak baik. Sedangkan data status gizi dari 50 subjek penelitian terdapat 30 (60%) obesitas dan 20 (40%) tidak obesitas. Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang bemakna antara pengetahuan serat dan konsumsi serat dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta Kata kunci : Pengetahuan Serat, Konsumsi Serat, Kejadian Obesitas Kepustakaan : 32 : 1997-2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi timbul karena perilaku gizi yang salah. Perilaku gizi yang salah adalah ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dan kecukupan gizi (Budiyanto, 2002). Pengetahuan gizi yaitu kemampuan untuk menerapkan informasi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan gizi sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan yang tepat, bergizi seimbang dan memberikan dasar bagi perilaku gizi yang baik dan benar yang menyangkut kebiasaan makan seseorang. Pengetahuan gizi dan kesehatan diperlukan supaya remaja dapat menerapkan pola hidup sehat sehingga terhindar dari obesitas (Astawan dan Wresdiyati. 2004) Obesitas adalah salah satu masalah kesehatan didalam negeri maupun diluar negeri. Kecenderungan terjadinya obesitas pada umumnya berhubungan erat dengan pola makan, status sosial, ketidakseimbangan antara aktivitas tubuh, dan konsumsi makanan. Menurut penelitian dari Universitas Florida di Gainesville Amerika Serikat, makan akan mengaktifkan hipotalamus (bagian otak yang akan memberikan sinyal kenyang), 10 menit sesudahnya. Tetapi pada penderita obesitas mekanisme ini tidak bekerja dengan baik sehingga orang selalu makan dengan porsi yang jauh lebih banyak dari pada orang yang tidak obesitas (Misnadiarly, 2007). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut, yaitu: 1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan serat dengan konsumsi serat 2. Apakah ada hubungan antara konsumsi serat dengan kejadian obesitas 3. Apakah ada hubungan antara pengetahuan serat dengan kejadian obesitas C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan serat dan konsumsi serat dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta

2. Tujuan khusus 1. Mendeskripsikan pengetahuan serat pada remaja 2. Mendeskripsikan konsumsi serat pada remaja 3. Mendeskripsikan kejadian obesitas pada remaja 4. Menganalisis hubungan antara pengetahuan serat dengan kejadian obesitas pada remaja 5. Menganalisis hubungan antara konsumsi serat dengan kejadian obesitas pada remaja 6. Menganalisis hubungan antara pengetahuan serat dengan konsumsi serat pada remaja D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Hasil penelitian diharapkan mampu menambah wawasan ilmu tentang gizi, khususnya hubungan antara pengetahuan serat dan konsumsi serat dengan kejadian obesitas. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah untuk dapat memperhatikan masalah gizi dan kesehatan pada siswa/siswi khususnya mengenai makanan sehingga terhindar dari obesitas pada remaja 3. Bagi Siswa/Siswi Diharapkan siswa/siswi lebih memperhatikan pola makan yang baik terutama mengkonsumsi serat yang cukup setiap hari supaya terhindar dari masalah obesitas E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai pengetahuan serat dan konsumsi serat dengan obesitas pada remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakata.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORITIS 1. Remaja Remaja adalah individu baik pria maupun wanita yang berada pada usia antara anak-anak dan dewasa. Remaja adalah kelompok orang yang berusia 10-19 tahun. Remaja merupakan masa yang paling sulit untuk dilalui individu. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi perkembangan pada tahap kehidupan selanjutnya. Hal ini dikarenakan pada masa ini terjadi banyak perubahan dalam diri individu baik dari segi fisik maupun psikologis (Sulistyoningsih, 2011) Menurut Sulistyoningsih (2011), faktor karekteristik perilaku makan pada remaja adalah: a. Kebiasaan tidak makan pagi dan malas minum air putih b. Makan dengan pola makan tidak sehat dan menginginkan penerunan berat badan secara drastis c. Kebiasaan ngemil yang rendah gizi seperti kerupuk, makanan ringan d. Kebiasaan makanan siap saji dan minuman ringan (soft drink) secara berlebihan 2. Obesitas Menurut Misnadiarly (2004), obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Ketidakseimbangan dalam asupan dan pemakaian kalori dapat disebabkan

oleh banyak faktor. Kelebihan berat badan dan obesitas bukan hanya permasalahan pola makan yang buruk saja. 3. Pengetahuan serat Pengetahuan tentang serat makanan adalah pemahaman yang berkaitan dengan serat makanan, meliputi jenis dan sumber serat makanan, konsumsi serat yang dianjurkan per hari serta manfaat dan kerugian apabila mengkonsumsi serat kurang maupun lebih. Makanan berserat adalah karbohidrat kompleks yang mempunyai banyak peranan penting bagi tubuh Serat merupakan komponen polisakarida (non-starch polysaccarides). Serat tidak dapat dicerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Tingkat konsumsi serat dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan tentang serat (Suhardjo, 2003). 4. Konsumsi serat makanan Konsumsi serat makanan adalah jumlah asupan dan jenis bahan sumber serat yang dikonsumsi per hari. Konsumsi serat makanan yang seimbang setiap hari mampu mengatur berat badan. Makanan tinggi serat sangat baik dikonsumsi dalam jumlah yang sesuai kebutuhan (Rusilanti, 2007).

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Penelitian ini termasuk penelitian Crossectional karena subjek diobservasi atau dilakukan pengukuran hanya satu kali dan sesaat. yaitu menganalisis pengetahuan serat dan konsumsi serat pada anak remaja yang hubungannya dengan kejadian obesitas. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta karena angka kejadian obesitas sebesar 30 siswa/siswi dari 208 siswa/siswi 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret Mei 2012 di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I,II dan III SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta sebanyak 208 siswa. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil berdasarkan tujuan penelitian. Pengambilan sampel ditentukan dengan cara proportional stratified random sampling.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Hubungan pengetahuan serat makananan dengan obesitas Tabel 11 Hubungan Pengetahuan Serat Makanan Dengan Kejadian Obesitas Pengetahuan Serat Baik Tidak baik Kejadian obesitas Jumlah Sig. Obesitas Tidak obesitas (p) N % N % N % 16 51,6 15 48,3 31 62 0,127 14 73,6 5 26,3 19 38 2. Klasifikasi Obesitas Tabel 10 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Klasifikasi Obesitas Kategori Obesitas jumlah % Obesitas 30 60 Tidak Obesitas 20 40 Total 50 100 3. Konsumsi Serat Makanan Tabel 9 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Konsumsi Serat Makanan Kategori konsumsi serat makanan Jumlah % Tidak baik 50 100 Baik 0 0 Total 50 100

B. Pembahasan 1. Hubungan pengetahuan serat makananan dengan obesitas Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa dari 50 subjek penelitian, tingkat pengetahuan yang baik lebih banyak dari pada pengetahuan yang tidak baik. Subjek penelitian yang memiliki pengetahuan baik yakni 31 (62%), sedangkan yang memiliki pengetahuan yang tidak baik sebanyak 19 (38%). 2. Klasifikasi Obesitas Berdasarkan data pada tabel 10 dapat dilihat bahwa obesitas pada remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta terdapat 30 (60%) subjek peneltian obesitas dan 20 (40%) tidak obesitas. Angka kejadian obesitas pada remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta termasuk kategori tinggi. 3. Konsumsi Serat Makanan Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa konsumsi serat makanan remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta dari 50 subjek penelitian 100% konsumsi serat makanan tidak baik (< 25 g/hari).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang te lah dilakukan di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta didapatkan hasil bahwa : 1. Pengetahuan serat makanan pada remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta memiliki pengetahuan serat makanan cukup baik, dapat dilihat dari data yang telah dilakukan dengan jumlah subjek penelitian 50 terdapat 31 (62%) berpengetahuan serat baik, sedangkan yang berpengetahuan serat makanan tidak baik terdapat 19 (38%). 2. Konsumsi serat pada remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta dari 50 subjek penelitian keseluruhannya memiliki konsumsi serat dibawah ratarata kebutuhan setiap hari yaitu = 25 g/hari, konsumsi serat subjek penelitian yaitu rata-rata 5 g/hari. 3. Obesitas pada remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta dari 50 subjek penelitian terdapat 30 yang mengalami obesitas sedangkan 20 tidak obesitas. 4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan serat dengan kejadian obesitas di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta

B. Saran 1. Bagi remaja yang mengalami obesitas atau kegemukan diharapkan mampu menjaga pola makan yang baik, mengkonsumsi makanan yang tinggi serat, rendah kalori, rendah lemak dan olahraga yang cukup. Supaya bisa menjaga berat badan tetap normal dan kesehatan tubuh tetap terjaga dengan baik. Dan diharapkan pada peneliti selanjutnya supaya lebih memperbanyak subyek penlitian dalam melakukan penelitian selanjutnya. 2. Bagi pihak sekolah diharapkan menyediakan makan siang dan selingan atau snack pada jam istirahat, agar para siswa/siswi mengkonsumsi makanan yang teratur dan bergizi tinggi.

DAFTAR PUSTAKA Astawan, M dan Wresdiyati, T. 2004. Diet Sehat Dengan Makanan Berserat. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Budiyanto, AK. 2002. Gizi dan Kesehatan. Malang: Bayu Media Gadjah Mada Misnadiarly, 2007. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer Rusilanti, dan Klara, MK. 2007. Sehat Dengan Makanan Berserat. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka 79 Suhardjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Graha Ilmu. Yogyakarta