PENGARUH STYROFOAM DAN SEMEN PORTLAND KOMPOSIT PADA CAMPURAN ASPAL LAPIS PERMUKAAN (AC WC) TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (AC-BC)

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB I PENDAHULUAN I 1

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

STUDI EKSPERIMEN PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON NORMAL DAN BETON DENGAN TAMBAHAN ADDITON DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PCC

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

PENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Irzal Agus. (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

PENGARUH PEMAKAIAN AGREGAT KASAR DARI LIMBAH AMP TERHADAP KUAT TEKAN BETON fc 18,5 MPa

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

PENGARUH JUMLAH SEMEN DAN FAS TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN AGREGAT YANG BERASAL DARI SUNGAI

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH KALENG TERHADAP CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR PALU DAN AGREGAT HALUS PASIR MAHAKAM DITINJAU DARI KUAT TEKAN

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PENGGUNAAN ABU DASAR BATUBARA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN LATASIR B TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL.

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

PEMANFAATAN LIMBAH BATU MARMER SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN ASPAL BETON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

PENGGUNAAN ABU BATUBARA HASIL PEMBAKARAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON)

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB I PENDAHULUAN. semen (umumnya Portland Cement), dan air. Kelebihan beton antara lain

KUAT TEKAN BETON DAN WAKTU IKAT SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (PCC)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

BAB III LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN AC-BC DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENGISI (FILLER) FLY ASH

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PENGOLAHAN TIMAH (TIN SLAG) SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

BAB IV METODE PENELITIAN

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PANAS PEMBAKARAN PADA BETON TERHADAP PERUBAHAN NILAI KUAT TEKAN ( INFLUENCE ON THE COMBUSTION HEAT TO CHANGE THE VALUE OF CONCRETE STRENGTH )

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

STUDI PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON DENGAN AGREGAT KASAR MENGGUNAKAN METODE SNI DAN METODE MAXIMUM DENSITY

PENGARUH VARIASI SUHU PENCAMPURAN DAN PEMADATAN CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton memiliki berat jenis yang cukup besar (± 2,2 ton/m 3 ), oleh sebab itu. biaya konstruksi yang semakin besar pula.

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

PENGARUH TEPUNG KANJI SEBAGAI ZAT ADITIF TERHADAP NILAI STABILITAS DAN NILAI KELELEHAN PADA CAMPURAN ASPAL

Berat Tertahan (gram)

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

Transkripsi:

PENGARUH STYROFOAM DAN SEMEN PORTLAND KOMPOSIT PADA CAMPURAN ASPAL LAPIS PERMUKAAN (AC WC) TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL EFFECT OF STYROFOAM AND PORTLAND CEMENT COMPOSITE ON MIX ASPHALT SURFACE COURSE (AC WC) TO THE CHARACTERISTICS OF MARSHALL Fahrunnisa Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Samarinda fahrunisa@yahoo.com Salma Alwi Staff Pengajar, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Samarinda salmaalwi@yahoo.com Pramono Staff Pengajar, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Samarinda pramono@yahoo.com INTISARI Lapis Aspal Beton ( LASTON ) merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan raya yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipampatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Pada saat ini kebutuhan akan jalan raya semakin meningkat sehingga diperlukan kualitas perkerasan yang baik. Oleh sebab itu, penggunaan bahan tambah (additive) dan filler menjadi salah satu alternatif salah satunya penggunaan styrofoam sebagai bahan tambah dan filler semen yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas beton aspal. Pada penelitian ini yang ditinjau adalah karakteristik Marshall yang meliputi stabilitas, flow, VIM, VMA, Marshall Qountient. Variasi kadar styrofoam adalah 0%; 0.02%; 0.04%; 0.06%; dan 0.08%. Variasi kadar filler adalah 0%; 2.5%; 5%; 7.5%; dan 10 %. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode Marshall diperoleh kadar aspal optimum (KAO) adalah 6.1%, kadar styrofoam optimum (KSO) adalah 0.0325 %, dan kadar filler optimum (KFO) adalah 7.45%. Kata kunci: Laston, Styrofoam, Karakteristik Marshall ABSTRACT Lapis Asphalt Concrete (laston) is a layer in road construction which consists of a mixture of hard asphalt and aggregate are graded continuous, mixed, spread and compressed in hot conditions at a given temperature. At this time the need for increased highway pavement so that the required quality is good. Therefore, the use of added ingredients (additives) and the filler be an alternative one Styrofoam use as cement filler material added and which is expected to improve the quality of asphalt concrete. In this study, which looked at are the characteristics that includes Marshall stability, flow, VIM, VMA, Marshall Qountient. Styrofoam content variation is 0%; Of 0.02%; 0:04%; 0:06%; and 0:08%. Filler content variation is 0%; 2.5%; 5%; 7.5%; and 10%. From the results of research conducted using the method of Marshall obtained the optimum bitumen content (KAO) was 6.1%, styrofoam optimum levels (KSO) is 0.0325%, and the optimum filler content (KFO) is 7.45%. 36

Keyword: Laston, Styrofoam, Marshall caracteristic PENDAHULUAN Kekuatan tekan adalah karakteristik dari beton yang paling diperhatikan dalam teknologi beton. Hal ini karena kuat tekan beton berhubungan langsung dengan kemampuan dari material tersebut untuk menahan beban-beban yang bekerja. Kuat tekan beton banyak dipengaruhi oleh bahan pembentuknya, sehingga kontrol kualitas dari bahan-bahan maupun komposisi di dalam beton harus diperhitungkan dengan baik untuk memperoleh beton sesuai dengan yang diinginkan. Salah satu tahapan dalam rancangan beton adalah penentukan nilai faktor air semen, yang merupakan perbandingan antara jumlah semen dan jumlah air bebas yang akan digunakan pada campuran beton. Sampai saat ini semen yang banyak beredar dipasaran adalah jenis semen PCC (Portland Composite Cement) yang diproduksi oleh berbagai industri semen di Indonesia. Semen jenis ini adalah satu jenis semen yang digunakan untuk beton normal. Jenis semen PCC merupakan pengganti jenis semen PC (Portland Cement) tipe I yang ada di pasaran. Pada standar tersedia biasanya menyediakan kurva dan tabel hanya untuk beton yang direncanakan menggunakan tipe semen PC. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah kurva dan tabel yang tersedia dalam peraturan masih tetap layak digunakan untuk memprediksi nilai fas dari beton dengan jenis semen PCC. Dalam penelitian ini akan dicari hubungan nilai kekuatan tekan dengan nilai fas pada beton yang menggunakan semen jenis PCC (Portland Composite Cement). LANDASAN TEORI Sampai sekarang PCC menjadi umum digunakan A. Penelitian Rosie Arizki Intan Sari, Steenie E. Wallah, Reky S. Windah dengan judul Pengaruh jumlah semen dan fas terhadap kuat tekan beton dengan agregat yang berasal dari sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor air semen optimum berada pada fas 0,4 dan dengan jumlah semen 350kg, yaitu sebesar 37,05Mpa. Kuat tekan tersebut memenuhi persyaratan beton mutu normal dengan nilai kuat tekan kurang lebih 42Mpa pada umur 28 hari. B. Penelitian Irzal Agus, pengaruh variasi faktor air semen dan temperatur terhadap kuat tekan beton. Hasil penelitian pada jumlah semen tetap, makin besar faktor air semen dapat menurunkan kuat tekan beton. Dengan naiknya faktor air semen berarti terjadi penambahan air pada adukan, sehingga ada kelebihan air dalam pasta yang menyebabkan timbulnya pori/rongga yang dapat memperlemah kekuatan beton. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda. Bahan penyusun beton menggunakan semen Portland Composite Cement (PCC) type I dengan merek Tonasa dan Tigaroda. Agregat halus dan agregat kasar (ukuran 1/2 dan 2/3) berasal dari Kota Palu Sulawesi Tengah. Beberapa sifat fisik dari agregat halus dan agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini dicantumkan pada Tabel 1. Gambar 1 menunjukkan gradasi dari agregat gabungan terhadap ketentuan standar SK SNI T-15-1990-03 untuk agregat untuk diameter maksimum 40 cm. Hasil gabungan agregat adalah 35% Agregat halus, 35% Agregat kasar 1/2 dan 30% Agregat kasar 2/3. Mutu kuat tekan beton adalah f c 30MPa, yang dirancang dengan menggunakan standar SNI 03-2834-1993. Rancangan dibuat berdasarkan variasi jenis semen dan variasi nilai fas. Kebutuhan bahan penyusun beton untuk 1 m 3 tercantum pada Tabel 2. 37

Tabel 1. Sifat fisik agregat halus dan agregat kasar Sifat Fisik Agregat Halus Agregat Kasar 1/2 Agregat Kasar 2/3 Berat Jenis SSD 2.59 2.75 2.77 Kadar Air (%) 1.07 0.54 0.36 Penyerapan (%) 1.40 1.70 1.80 Kadar Lumpur (%) 0.98 0.76 0.56 Berat Volume (kg/l) 1.83 1.62 1.65 Sumber : hasil penelitian Gambar 1. Gradasi Agregat Gabungan Sumber : hasil penelitian Kebutuhan bahan 1 m3 (kg) Tabel 2. Kebutuhan bahan untuk 1 m3 beton (kg) Semen Air Agregat Halus Agregat Kasar 1/2 Agregat Kasar 2/3 Fas 0.4 512.50 260.97 564.40 557.40 495.40 Fas 0.5 410.00 264.38 598.80 591.40 525.60 Fas 0.6 341.67 266.65 621.70 614.00 545.70 Sumber: Hasil penelitian Pencampuran beton dengan menggunakan mesin pencampur, kemudian beton dicetak dengan bentuk selinder ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 72 buah lalu dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu cetakan dilepaskan dan dilakukan perawatan dengan cara merendam benda uji dalam air sampai batas waktu pengujian kuat tekan yaitu pada umur 28, 60 dan 90 hari. Sebelum pengujian kuat tekan permukaan benda uji di caping agar permukaannya rata. Nilai kuat tekan yang dihasilkan dari berbagai umur benda uji selanjutnya dilakukan analisis untuk mencari hubungan antara kuat tekan dengan nilai fas pada berbagai umur beton. Hal ini dilakukan baik pada beton yang menggunakan semen PCC Tigaroda maupun semen PCC Tonasa. Dalam analisis tersebut digunakan nilai ratarata kuat tekan yang diperoleh dari benda uji yang telah memenuhi syarat. Adapun tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. 38

Mulai Kajian Pustaka Pengujian Material 1. Agregat Kasar 2. Agregat Halus 3. Semen Kontrol Hasil Uji Material Rancangan Beton yes Variasi niai Fas : 0.4, 0.5, dan 0.6 no Pembuatan Benda Uji Pembuatan Silinder Benda Uji Silinder Perawatan Benda Uji Pengujian Kuat Tekan Beton Umur 7. 28,60, dan 90 hari Analisis Data Kesimpulan Selesai Gambar 2. Diagram Alir penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kuat Tekan Hasil uji kuat tekan pada berbagai umur uji untuk masing-masing variasi nilai faktor air semen disajikan pada Tabel 3.Tabel tersebut memperlihatkan bahwa terjadi penurunan nilai kuat tekan beton dengan peningkatan nilai fas, namun dengan bertambahnya umur terjadi peningkatan kuat tekan. Hal ini terjadi baik pada beton PCC merek Tonasa maupun Tigaroda. 39

Tabel 3. Hasil pengujian kuat tekan beton Kuat Tekan (MPa) Umur (hari) 0.4 Faktor Air Semen 0.5 0.6 PCC PCC PCC PCC PCC PCC Tigaroda Tonasa Tigaroda Tonasa Tigaroda Tonasa 28 36.69 31.04 33.13 29.06 30.34 24.97 60 39.80 36.30 34.71 33.26 32.91 32.80 90 43.08 38.11 36.89 34.20 32.45 32.21 Sumber : hasil penelitian Data hasil penelitian juga disajikan dalam bentuk grafik hubungan antara kuat tekan dan variasi fas pada umur beton tertentu. Berikut tersaji gambaran kecenderungan nilai kuat tekan beton pada umur 28 hari pada Gambar 3. Gambar 3. Hubungan kuat tekan beton dengan variasi fas pada umur 28 hari Pada Gambar 3 terlihat nilai kuat tekan beton umur 28 hari pada kedua jenis semen menurun berdasarkan penambahan nilai fas. Nilai kuat tekan beton tertinggi pada kedua semen didapatkan pada nilai fas 0,4, yaitu pada semen Tigaroda sebesar 36,69Mpa dan semen Tonasa sebesar 31,04Mpa. Pada semen Tigaroda penurunan kuat tekan ratarata dari fas 0,4 hingga 0,6 adalah 17,3% dan pada semen Tonasa adalah 19,5%. Gambar 4. Hubungan kuat tekan beton dengan variasi fas pada umur 60 hari 40

Selanjutnya beton dilakukan uji kuat tekan pada umur 60 hari. Pada Gambar 4 terlihat nilai kuat tekan beton umur 60 hari pada kedua jenis semen menurun berdasarkan penambahan nilai fas. Nilai kuat tekan beton tertinggi pada kedua semen didapatkan pada nilai fas 0,4, yaitu pada semen Tigaroda sebesar 39,80Mpa dan semen Tonasa sebesar 36,30Mpa. Pada semen Tigaroda penurunan kuat tekan rata-rata dari fas 0,4 hingga 0,6 adalah 17,3% dan pada semen Tonasa adalah 9,6%. Umur beton terakhir yang diuji adalah pada umur 90 hari yang ditunjukkan oleh Gambar 5. Gambar 5. Hubungan kuat tekan beton dengan variasi fas pada umur 90 hari Pada Gambar 5 terlihat bahwa hasil kuat tekan beton umur 90 hari pada kedua jenis semen juga menurun berdasarkan penambahan nilai fas. Nilai kuat tekan beton tertinggi pada kedua semen juga didapatkan pada nilai fas 0,4, yaitu pada semen Tigaroda sebesar 43,08Mpa dan semen Tonasa sebesar 38,11Mpa. Pada semen Tigaroda penurunan kuat tekan rata-rata dari fas 0,4 hingga 0,6 adalah 24,7% dan pada semen Tonasa adalah 15,5%. Hasil dari ketiga umur uji memperlihatkan bahwa nilai kuat tekan beton cenderung menurun berdasarkan penambanhan nilai fas. Nilai kuat tekan beton tertinggi pada kedua jenis semen adalah pada nilai fas 0,4 dan nilai kuat tekan beton ini bertambah seiring bertambahnya umur dari beton tersebut. Hasil ini terlihat pada Gambar 6. Gambar 6. Hubungan kuat tekan beton pada fas 0,4 dengan variasi umur beton 41

Sehingga didapatkan nilai optimal pada penelitian adalah pada nilai fas 0,4 dan umur 90 hari. Peningkatan kuat tekan beton dari umur 28 ke 60 hari adalah 8,5% pada jenis semen Tigaroda dan 16,9% pada semen Tonasa. Peningkatan kuat tekan beton dari umur 60 ke 90 hari adalah 8,2% pada jenis semen Tigaroda dan 5% pada semen Tonasa. Semakin bertambah umur beton semakin tinggi kekuatan beton yang dihasilkan walaupun dengan peningkatan yang semakin kecil. Hal ini berkaitan dengan proses pengerasan yang terjadi di dalam pasta semen yang mana terkait dengan reaktivitas dari masing-masing senyawa pembentuk semen. Selain itu juga disebabkan proses hidrasi semakin sulit dilakukan akibat dari meningkatnya produk hidrasi dan kurangnya air yang tersedia untuk melakukan reaksi. KESIMPULAN Dari hasil penelitian terlihat bahwa semakin rendah nilai fas maka semakin tinggi nilai kuat tekan beton pada kedua jenis. Kuat tekan optimum beton terbesar pada fas 0,4 dengan nilai 43.08 Mpa pada penggunaan semen PCC Tigaroda dan 38.11 Mpa pada penggunaan semen Tonasa. Dari kedua jenis semen, kuat optimum beton tercapai pada umur beton 90 hari. DAFTAR PUSTAKA DPU, 1998, SK SNI 03-4810 - Metode Pembuatan Dan Perawatan Benda Uji Beton Di lapangan, Jakarta Gunarsa Irianti, 2010, Kualitas Beton Dengan Memanfaatkan Bottom Ash Limbah Bahan Bakar Batu Bara Pada Industri,Tugas Akhir, Politeknik Negeri Semarang Melen, J. 2007. Uji Beda Kuat Tekan Beton Campuran Kerikil Alami Dan Pasir Dengan Campuran Kerikil Alami Dan Bottom Ash Dengan Metode Doe (British Departement of Environment), Skripsi, Universitas Negeri Malang Pradita Surya, 2013, Pemanfaatan Abu Dasar (Bottom Ash) Sebagai Bahan Substitusi Pasir Pada Beton Mutu Normal, Skripsi, Universitas Riau, Pekanbaru Sutrisno, J 2005, Studi Eksperimentasi Pengaruh (Respon) Sustitusi Pasir dengan Bottom Ash Pada Beton Konvensional, Tugas Akhir, Universitas Diponegoro, Semarang Suarnita, I.W. 2012, Pemanfaatan Abu Dasar (Bottom ash) Sebagai Pengganti sebagian agregat Halus Pada Campuran Beton, Journal Teknik Sipil dan Infrastruktur, Vol 2 No.2. Anonim, 1979, Persyaratan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971) DPU, 1990, SK SNI 03-1970 - Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus, Jakarta DPU, 1990, SK SNI 03-1968 - Metode Pengujian Tentang Analis Saringan Agregat Halus Dan Kasar, Jakarta DPU, 1990, SK SNI 03-1968 - Metode Pengujian Kadar Air Agregat, Jakarta DPU, 1990, SK SNI 03-1974 - Metode Pengujian Kuat Tekan, Jakarta DPU, 1990, SK SNI 03-1972 - Metode Pengujian Slump Beton, Jakarta DPU, 1993, SK SNI 03-2834 - Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Jakarta 42