MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D Pembimbing:

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hukum materiil seperti yang terjelma dalam undang undang atau yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

jahat tersebut tentunya berusaha untuk menghindar dari hukuman pidana, yaitu dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur menurut Undang-Undang ini.

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Asas-Asas Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

V. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

KEMUNGKINAN PENYIDIKAN DELIK ADUAN TANPA PENGADUAN 1. Oleh: Wempi Jh. Kumendong 2 Abstrack

Hukum Acara Pidana. Pertemuan XXVIII & XXIX Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan salah satunya lembaga tersebut adalah Pengadilan Negeri. Saat

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara

JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

Lex Privatum Vol. V/No. 7/Sep/2017

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016. PENAHANAN DITINJAU DARI ASPEK YURUDIS DAN HAK ASASI MANUSIA 1 Oleh : Muhamad Arif 2

BAB III PENUTUP. serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peranan hakim adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB III FILOSOFI ASAS NE BIS IN IDEM DAN PENERAPANNYA DI PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut, khususnya mengenai kepentingan anak tentunya hal ini perlu diatur oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 28, Pasal 28A-J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

POLA PEMBELAAN DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM TERHADAP TERDAKWA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI PENGADILAN. Kuswindiarti STMIK AMIKOM Yogyakarta

POLA PEMBELAAN DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM TERHADAP TERDAKWA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI PENGADILAN. Kuswindiarti STMIK AMIKOM Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap pemeriksaan penyidikan dan atau penuntutan. 1

Fungsi Dan Wewenang Polri Dalam Kaitannya Dengan Perlindungan Hak Asasi Manusia. Oleh : Iman Hidayat, SH.MH. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Tugas, Wewenang Hakim Dalam Peradilan Pidana

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

I. PENDAHULUAN. prinsip hukum acara pidana yang mengatakan peradilan dilakukan secara

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DELIK PEMBUNUHAN TIDAK DISENGAJA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

Pemeriksaan Sebelum Persidangan

Undang Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang : Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

GANTI RUGI ATAS KESALAHAN PENANGKAPAN, PENAHANAN PASCA PUTUSAN PENGADILAN 1 Oleh: David Simbawa 2

Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

II. TINJAUAN PUSTAKA. penegakan hukum berdasarkan ketentuan hukum, maka hilanglah sifat melanggar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB II HAK-HAK TERSANGKA DALAM HUKUM ACARA PIDANA. seseorang yang menjalani pemeriksaan permulaan, dimana salah atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

PERAN BANTUAN HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA YANG TIDAK MAMPU

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1981 (8/1981) Tanggal: 31 DESEMBER 1981 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 018/PUU-IV/2006 Perbaikan Permohonan Secara on the Spot Tanggal 09 Oktober 2006

II. TINJAUAN PUSTAKA. penegakan hukum berdasarkan ketentuann hukum, maka hilanglah sifat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana pencurian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendahuluan sebelum pemeriksaan sidang di pengadilan. 1 Istilah praperadilan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan penelitian lapangan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB IV ANALISIS FIQIH MURA<FA AT TERHADAP VICTIMOLOGI DALAM PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN

JURNAL TUNTUTAN GANTI KERUGIAN AKIBAT TIDAK SAHNYA PENANGKAPAN DAN PENAHANAN MELALUI PROSES PRAPERADILAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

Transkripsi:

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Penahanan sementara merupakan suatu hal yang dipandang sebagai melanggar hukum, karena dengan penahanan berarti kebebasan dan kemerdekaan seseorang untuk bergerak menjadi terbatas dan akibat yang ditimbulkan karena masalah penahanan sementara, sementara orang yang diduga melakukan suatu perbuatan tindak pidana belum terbukti menurut hukum. Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor : 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah menghormati Hak Asasi Manusia. Sebagai negara hukum yang menjunjung Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Sebelum berlaku KUHAP, dipakai sebagai pedoman adalah Hergezine Inland Reglement (HIR), dimana dalam HIR tidak ada satu pasal yang mengatur tentang diperbolehkannya tersangka / terdakwa didampingi oleh Penasehat Hukum dalam pemeriksaan pendahuluan. Dengan lahirnya KUHAP lebih terjamin hak tersangka dan diaturnya jangka waktu penahanan tersangka sangat bermanfaat dan berguna bagi diri tersangka karena demi lancarnya jalan pemeriksaan pendahuluan selain dari pada itu untuk menjauhkan tersangka dari hal yang lebih berbahaya. Akibat hukum yang timbul terhadap jangka waktu penahanan sementara bagi tersangka tentang salah tangkap, salah penahanan,sah tidaknya penghentian penyidikan dan penuntutan, tersangka/keluarga serta Penasehat Hukumnya dapat mengajukan permohonan pra peradilan, ganti rugi dan rehabilitasi ke Pengadilan Negeri. Kata kunci : Penahanan, KUHAP, Akibat Hukum I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hukum merupakan peraturan yang bersifat memaksa termasuk dalam norma hukum bukanlah merupakan cermin dari hasrat untuk berbuat sewenang-wenang dari pihak yang diberi tugas sebagai penegak hukum oleh Negara. Paksaan bukanlah merupakan tujuan akan tetapi merupakan cara atau jalan untuk memperoleh jaminan terpeliharanya tertib hukum. Perbuatan pidana merupakan suatu perbuatan yang tidak dihendaki masyarakat dan ketertiban umum, maka tindakan yang dilakukan adalah dengan cara menangkap pelaku segera dilakukan seketika perbuatan itu terjadi. Dalam melaksanakan tugas Negara sebagai penyelenggara ketertiban umum dimungkinkan terjadinya pelanggaran terhadap hak asasi seseorang akan tetapi tujuan dilakukannya pelanggaran itu adalah lebih mencerminkan perlindungan terhadap setiap kepentingan umum, bukan semata-mata kepentingan penguasa sebagai pihak pelaksana Negara dan setiap tindakan itu harus 93

dirumuskan dalam suatu bentuk peraturan. Dalam rangka menemukan bukti kepada seorang tersangka dikenakan penahanan sementara, dimungkinkan terjadi hal hal yang oleh masyarakat dinilai telah melanggar hak asasi tersangka, sedangkan ia belum tentu bersalah. Penahanan dengan tidak ada jangka waktu yang tegas bukan merupakan kehendak Negara, namun demikian diperlukan jangka waktu yang tegas dalam masalah penahanan sementara dalam suatu peraturan undang-undang merupakan kehendak seluruh rakyat, demi terciptanya hukum yang bersih dan berwibawa. 1.2 Permasalahan Adapun yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana manfaat dan jangka waktu penahanan sementara terhadap tersangka menurut KUHAP 2. Bagaimana akibat hukum yang timbul terhadap jangka waktu penahanan sementara terhadap tersangka menurut KUHAP. II. PEMBAHASAN 2.1 Perlunya Penangkapan Pasal 16 KUHAP mengatakan : Untuk kepentingan penyelidikan, penyidik, penyidik pembantu dan penyidik masing-masing mempunyai wewenang untuk menangkap seseorang yang diduga berdasarkan bukti permulaan yang cukup telah melakukan tindak pidana. Penangkapan hanya dapat dilakukan terhadap perkara pidana yang digolongkan sebagai kejahatan sedangkan pelanggaran tidak diadakan penangkapan. Dari uraian diatas tidak tepat dilakukan karena melakukan pembatasan kebebasan manusia demi hukum harus lebih hati-hati sebagai penghormatan HAM. Pasal 1 butir 24 KUHAP mengatakan : Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik, penuntut umum, hakim dengan penetapannya, menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang. Alasan penahanan dilakukan sebagai bagian ketertiban umum, untuk mencegah sewenang-wenang dari aparat, harus dibuat alasan yuridids formal tentang penahanan itu dilakukan. 2.2 Tujuan Penahanan Alasan penahanan menurut pasal 20-21 KUHAP yaitu : 1. Karena perbuatan diduga melakukan tersangka atau terdakwa melanggar pasal 282 (3), 296, 335 (1), 351 (1), 372, 378,379,480, 506 KUHAP 94

2. Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan hakim. 3. Untuk mencegah tersangka atau terdakwa menghulangkan barang bukti atau mengulangi tindak pidana. 4. Untek mencegah tersangka atau terdakwa tidak melarikan diri. 2.3 Manfaat Penahanan Pelaksanaan peristiwa pidana sering diawali dengan penangkapan dengan atau diikuti tanpa diikuti dengan penahanan, bukan hanya disebabkan tindak pidana tetapi pengingkaran tersangka pelaku untuk memenuhi panggilan petugas untuk pemeriksaan perkara. Tanpa dilakukan penahanan sementara bukan hanya menimbulkan hambatan penyelesaian perkaranya tetapi dapat mendatangkan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Implementasinya tentu akan lebih merugikan kepentingan umum dari derita yang dialami tersangka selama berada dalam tahanan. 2.4 Kedudukan Tersangka Selama Penangkapan atau Penahanan 1. Pemeriksaan Pendahuluan Pemeriksaan pendahuluan disebut sebagai pemeriksaan persiapan artinya mempersiapkan pemeriksaan didepan persidangan pengadilan yang terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu : a. Pengusutan Pengusutan dilakukan oleh pegawai pengusut apabila timbul dugaan suatu tindak pidana yang diduga terjadi dan mengumpulkan barang bukti sehubungan tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. b. Penuntutan Penuntutan adalah permintaan jaksa sebagai penuntut umum kepada hakim agar melakukan pemeriksaan perkara tersangka dalam suatu siding pengadilan. Dalam KUHAP mengenal 2 (dua ) tahap pengusutan yakni jika suatu peristiwa yang diduga adalah tindak pidana belum ditentukan dengan pasti karena segala sesuatu dengan pristiwa itu harus dicari dan diadakan penyidikan yang telah ditemukan dianggap memenuhi syarat sebagai tindak pidana diadakan penyidikan. Dalam proses penyidikan seorang tersangka baik yang ditahan maupun tidak ditahan mempunyai hak-hak. Dalam tahapan ini seorang tersangka 95

belum dapat dikatakan bersalah melakukan suatu perbuatan, sesuai asas pre sumption of innocence ( asas praduga tidak bersalah ). Pasal 54 KUHAP mengatakan : setiap orang yang menjadi tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum selama dan pada setiap tingkat pemeriksaan. Untuk terlaksananya ini menurut pasal 69 KUHAP diberikan hak bagi Penasehat Hukum untuk menghubungi tersangka sejak ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan. Dengan dikeluarkannya bantuan hukum bagi tersangka sejak ia ditangkap, ditahan adalah lebih menghormati HAM dalam proses perkara pidana. Mengenai tempat penahanan selain ditempatkan pada tahanan yang ada pada kantor kepolisian Negara, juga ditempatkan pada penjara disebut Lembaga Pemasyarakatan ( LP ). Batas waktu penahanan sementara menurut KUHP 1. Dalam tingkat penyidikan jangka waktu penahanan 20 hari diperpanjang kepada Penuntut Umum selama 40 hari = 60 hari 2. Dalam tingkat Penuntutan jangka waktu penahana 20 hari diperpanjang kepada Ketua Pengadilan selama 30 hari = 50 hari 3. Dalam tingkat Hakim Pengadilan Negeri waktu penahanan 30 hari diperpanjang kepada Ketua Pengadilan Negeri selama 60 hari = 90 hari 4. Dalam Tingkat Hakim Pengadilan Tinggi waktu penahanan =30 hari diperpanjang kepada Ketua Pengadilan Tinggi selama 60 hari = 90 hari 5. Dalam Tingkat Mahkamah Agung waktu penahanan = 50 hari perpanjangan 60 hari kepada Ketua Mahkamah Agung = 110 hari Dengan tidak adanya jangka waktu yang diberikan Hakim setiap kali diberi perpanjangan permohonan karena pemeriksaan perkara belum selesai karena tidak ada ketentuan berapa kali Hakim boleh memberikan izin perpanjangan, hal inilah yang dianggap dapat dipergunakan untuk melakukan pelanggaran 96

terhadap hak asasi seseorang yang diduga melakukan suatu tindak pidana, dengan tidak ada upaya untuk melawannya. 2.5 Kewenangan Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim dalam Masalah lampau Waktu Penahanan. 1. Masa Berlakunya HIR Penahanan sementara yang dilakukan penyidik menurut HIR : a) Penahanan sementara tanpa surat perintah penahanan pasal 59 ayat 2 HIR. b) Penahanan sementara dengan surat perintah penahanan pasal 62 ayat 1 HIR c) Penagkapan penahanan sebelum pemeriksaan pendahuluan selesai pasal 75 HIR d) Penangkapan sementara setelah pemeriksaan pemdahuluan selesai pasal 83 ayat 1 HIR. Dalam persidangan Pengadilan sampai dengan sebelum putusan perkara pidana mempunyai kekuatan hukum tetap masih dimungkinkan untuk memperpanjang penahanan atas tuntutan Jaksa, akan tetapi jika Penuntut Umum menganggap penahanan bagi tersangka tidak perlu diteruskan walaupun telah dilakukan penahanan, selama Penuntut Umum belum mendaftarkan perkaranya kepengadilan maka ia berwenang melepaskan tersangka dari tahanan sementara. 2. Berlakunya KUHAP Berdasarkan pasal 20 KUHAP yang berwenang melakukan penahanan adalah Penyidik, Penyidik Pembantu untuk kepentingan penuntutaan dan Hakim untuk kepentingan pemeriksaan di Pengadilan. Penahanan ini dilakukan terhadap tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup dan surat perintah penahanan atau penangkapan harus diberikan pada kepada tersangka, atau keluarganya. Jangka waktu penahanan yang diberikan KUHAP kepada penyidik yaitu selama 20 hari dengan perpanjangan selama 40 hari, 97

sehingga selama 60 hari tidak tertutup kemungkinan dikeluarkannya tersangka dari tahanan sementara. Selama 60 hari tersebut penyidik harus sudah menyerahkan berkas perkara kepada Jaksa Penuntut Umum, jika tidak diserahkan maka demi hukum tersangka segera dikeluarkan dari tahanan sementara. Demikian pula halnya dengan pemeriksaan di pengadilan Hakim diberi wewenanag oleh KUHAP untuk menahan terdakwa sesuai dengn tingkat peradilan dimana ia bertugas, yaitu Hakim Pengadilan Neger, Hakim Pengadilan Tinggai, Hakim Mahkamah Agung sebagai berikut: a. Hakim Pengadilan Negeri, yang mengadili perkara itu berwenang mengeluarkan Surat Perintah Penahanan Sementara untuk paling lama 30 hari dan dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri paling lama 60 hari ( psl 26 KUHAP ). b. Hakim Pengadilan Tinggi, yang mengadili perkara diputus Pengadilan Negeri dalam daerah hukumnya yang dimintakan Banding, berwenang mengeluarkan Surat Perintah Penahanan Sementara guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai untuk paling lama 30 hari dan jika masih diperlukan dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Tinggi paling lama 60 hari ( psl 27 KUHAP c. Hakim Mahkamah Agung berwenang mengadili semua perkara pidana yang dimintakan Kasasi, mempunyai wewenng untuk mengeluarkan Surat perintah Penahanan guna kepentingan pemeriksaan, jangka waktu 50 hari dan dapat diperpanjang ketua Mahkamah Agung paling lama 60 hari ( psl 28 KUHAP ). Suatu penahanan dapat ditangguhkan oleh Penyidi, Penuntut Umum dan Hakim sesuai dengan kewenangan masing-masing. Untuk dapat mengadakan penangguhan penahanan dapat dilakukan 98

dengan Jaminan uang dan atau jaminan orang dengan syarat tertentu yaitu wajib lapor dan tidak keluar rumah / kota. Penangguhan penahanan ini dapat dimohonkan dengan alasan bahwa tersangka sudah berkeluarga yang mempunyai pekerjaan tetap, dimana ia harus menghidupi beberapa orang yang menjadi tanggung jawabnya sehari-hari. Dengan ditetapkannya jangka waktu terhadap penahanan sementara oleh KUHAP erat kaitannya dengan UUD 1945 dimana Indonesia merupakan Negara hukum dan semua warga Negara bersamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung tinggi hukum dan Pancasila serta menghormati HAM. 2.6 Masalah Yang Akan Timbul Karena Penahanan Sementara 1. Pra Peradilan Pra Peradilan merupakan penjabaran dari Pancasila dalam penegakan hukum, pasal 1 butir 10 KUHAP mengatakan : Pra Peradilan merupakan wewenang Pengadilan Negeri untuk memeriksa, menuntut cara yang diatur oleh Undang-Undang tentang a. Sah tidaknya suatu penangkapan atau penahanan atas permintaan tersangka / keluarganya atau Kuasanya. b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian peuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan. c. Permintaan ganti rugi dan rehabilitasi oleh tersangka/keluarganya/ kuasanya yang perkaranya diajukan ke Pengadilan Negeri. Dalam keputusan Pra Peradilan bukan menentukan terbukti atau tidaknya kesalahan tersangka atau berat ringannya hukuman terdakwa. Jika diputuskan dalam perkara Pra Peradilan suatu 99

penangkapan, penahanan tidak sah maka, maka tersangka harus segera dibebaskan dan terhadap putusan Pra Peradilan tidak dapat dimintakan banding, kecuali terhadap putusan yang menetapkan tidak sahnya penghentian penyidikan atau penuntuttan dimana pemeriksaan akhir adalah Pengadilan Tinggi berarti tidak dapat mengajukan Kasasi ( psl 83 KUHAP ). 2. Ganti Rgi Ganti kerugian merupakan hak seseorang untuk dapat pemenuhan atas tuntutannya berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan berdasarkan UU ataupun kekeliruan mengenai orang atau hukum sebagaimana diatur dalam pasal 95 KUHAP. Besarnya uang yang dikabulkan Hakim yang memeriksa perkara Pra Perdilan haruslah dicantumkan dalam putusan yang menetapkan tidak sahnya penangkapan atau penahanan itu, ( Psl 82 ayat 3 butir c KUHAP ). Jika seorang tersangka selama pemeriksaan pendahuluan dan atau setelah perkaranya diajukan ke Pengadilan dikenakan penahanan, kemudian ternyata keputusan Hakim yang memeriksa perkara itu menyatakan yang bersangkutan bebas dari segala tuntutan ( bebas murni ) maka yang melakukan penahanan dapat dituntut ganti kerugian berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata. Terhadap pemeriksaan perkara ini tentunya dilakukan dalam suatu siding Pengadilan biasa sebagaimana diadakan untuk pemeriksaan perkara perdata. 3. Rehabilitasi Berdasarkan pasal 1 butir 23 KUHAP, rehabilitasi adalah hak Seseorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam 100

kemampuan, kedudukan dn harkat martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan salah tangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau keliru mengenai orang atau hukumnya yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Dengan demikian rehabilitasi merupakan suatu upaya untuk mengembalikan kemampuan, kedudukan harkat dan martabat seseorang kepada keadaan semula, dengan dilakukan penahanan menjadi tercemarnya nama baiknya di dalam masyarakat. Masalah penuntutan rehabilitasi diperiksa dan diputus bersamaan dengan tuntutan ganti rugi ( psl 77 KUHAP ). Dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau penahanan tidak sah, maka dalam putusan dicantumkan jumlah besarnya ganti rugi dan rehabilitasi yang diberikan, sedangkan dalam suatu hal penghentian penyidikan atau penuntutan adalah sah dan tersangkanya tidak ditahan, maka dalam putusan dicantumkan rehabilitasinya. Pasal 97 ayat 1 KUHAP menetapkan yang berhak memperoleh rehabilitasi adalah : 1. Oleh Pengadilan diputus bebas 2. Oleh Pengadilan diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Bentuk rehabilitasi antara lain dapat berupa pernyataan maaf oleh pihak yang bersalah dan dapat dimintakan disiarkan melalui media massa. Keputusan ini sangat tergantung kepada hakim yang memeriksa dan mengadili perkara rehabilitasi ini, yang tentunya harus memperhatikan kedudukan 101

sosial dipemohon, karennya mungkin dikabulkannya surat pernyataan maaf dari pihak yang bersalah. Yang dapat mengajukan permintaan rehabilitasi adalah hanya tersangka sendiri secara pribadi kepada Pengadilan Negeri, karena permintaan rehabilitasi merupakan perkara perdata maka tersangka dapat meminta bantuan Penasehat Hukum. III. KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan 1. Manfaat penahanan sementara dilakukan seseorang yang telah diduga keras melakukan tindak pidana, hanya untuk membatasi hak dan kebebaannya untuk sementara waktu guna kepentingan pemeriksaan dan keamanan tersangka dari amukan masyarakat, dengan adanya jangka waktu penahanan adalah untuk menghormati HAM khusus bagi tersangka, karena penahanan tidak ada jangka waktunya akan berpengaruh kepada tersangka sebagai makhluk ciptaan Tuhan. 2. Akibat hukum yang timbul terhadap jangka waktu penahanan sementara terhadap tersangka menurut KUHAP, tersangka, keluarganya maupun Penasehat Hukumnya dapat mengajukan permohonan Pra Pradilan, Ganti Rugi maupun Rehabilitasi yang ditujukan kepada Pengadilan Negeri tentang sah tidaknya suatu penangkapan, penahanan atau sah tidaknya penghentian penyidikan dan penghentian penuntutan dan permintaan ganti rugi dan rehabilitasi atas tuntutannya berupa sejumlah uang dengan diadili tanpa alasan atau kekeliruan mengenai orang atau hukum sebagaimana diatur pasal 95 KUHAP serta memulihkan haknya dalam kemampuan harkat martabatnya sebagaimana diatur pasal 97 KUHAP, oleh karena tuntutan ganti rugi menyangkut hukum perdata maka tersangka dapat memakai jasa Penasehat Hukum. 3.2 Saran 1. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya aparat penegak hukum terutama penyidik sebagai ujung tombak untuk mengungkapkan kasus tindak 102

pidana harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugasnya harus tegas dan berwibawa. 2. Kurangnya pemahaman serta sosialisasi kepada masyarakat tentang jasa bantuan hukum kepada masyarakat, oleh karenanya menjadi tugas pemerintah mensosialisasikannya sampai kepelosok desa terpencil melalui penyuluhan hukum. DAFTAR PUSTAKA Harahap, Yahya, 1988, Pembahasan dan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Sinar Grafika, Jakarta. --------------------, 2000, Pembahasan dan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pustaka Kartini, Jakarta M.Hanafi Asnawawi, Ganti Rugi dan Rehabilitasi menurut KUHAP Penerbit Pradnya Maramitha. Oemar Seno Adji, 1981, Ganti Rugi, Perkembangan Delik, Penerbit Erlangga, Jakarta Riduan Syahrini, 1984. Beberapa hal tentang Hukum Acara Pidana, Penerbit, Alumni Bandung Nasution, Karim, 1972. Masalah Tuduhan dalam Proses Pidana, Pancuran,Tujuh, Bandung Undang- Undang No : 8 tahun 1981, tentang KUHAP, Penerbit CV, Pancuran tujuh. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHAP) terjemahan R.Susilo 103