ANALISA KEAUSAN PERKAKAS POTONG PADA PROSES HOT MACHINING BAJA BOHLER K110 DENGAN 3 VARIASI SPEED MACHINING

dokumen-dokumen yang mirip
Iman Saefuloh 1, Ipick Setiawan 2 Panji Setyo Aji 3

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

Analisis Umur dan Keausan Pahat Karbida untuk Membubut Baja Paduan (ASSAB 760) dengan Metoda Variable Speed Machining Test

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April Aplikasi Udara Dingin Vortex Tubepada Pembubutan Baja ST 41 Menggunakan Pahat HSS

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

ANALISIS PROSES MACHINING DIES OUTER FENDER DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER SESUAI KATALOG DAN KONDISI DI LAPANGAN

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

MATERI PEMBEKALAN/DRILLING LKS SMK SE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

KARAKTERISASI PAHAT BUBUT HIGH SPEED STEEL (HSS) BOEHLER TIPE MOLIBDENUM (M2) DAN TIPE COLD WORK TOOL STEEL (A8)

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

PEMBUBUTAN KERING BAJA AISI 1070 TERHADAP PERTUMBUHAN AUS SISI PAHAT KARBIDA BERLAPIS (TiAlN/TiN)

DISTRIBUSI TEMPERATUR AREA PEMOTONGAN PADA PROSES DRAY MACHINING BAJA AISI 1045

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Rumusan Masalah. Identifikasi Variabel. Perancangan Percobaan. Analisis dan Pengujian

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

PENGARUH PENGARUH JENIS COOLANT DAN VARIASI SIDE CUTTING EDGE ANGLE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BUBUT TIRUS BAJA EMS 45

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

STUDI EKSPERIMENTAL TERJADINYA KEAUSAN PAHAT PADA PROSES PEMOTONGAN END MILLING PADA LINGKUNGAN CAIRAN PENDINGIN

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang

PENGARUH VARIASI KECEPATAN PUTARAN MESIN BUBUT TERHADAP KEAUSAN PADA ALAT POTONG PAHAT HSS TIPE BOHLER MO 1/2X4. Oleh:

TUGAS SARJANA OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN PROSES CNC FREIS TERHADAP HASIL KEKASARAN PERMUKAAN DAN KEAUSAN PAHAT MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP TEMPERATUR PEMOTONGAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

Analisa pertumbuhan keausan pahat karbida coated dan uncoated pada alloy steel AISI 4340

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

JURNAL. PENGARUH VARIASI MERK PAHAT HSS (High Speed Steel) TERHADAP KEAUSAN PAHAT PADA MATERIAL ST 37

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BAJA St 60 DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB I PENDAHULUAN. ( Magnesium ditemukan dalam 60

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Analisa Perhitungan Waktu dan Biaya Produksi pada Proses Drilling

PENGARUH JENIS PAHAT, JENIS PENDINGINAN DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KERATAAN DAN KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 42 PADA PROSES BUBUT RATA MUKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB. 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dan kebutuhan, industri pemotongan logam menghadapi

PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP KEAUSAN PAHAT PADA PROSES PEMBUBUTAN STAINLESS STEEL AISI DAN ALUMINIUM 6061 MENGGUNAKAN PAHAT HSS

Tri Ujan Nugroho - Pengaruh Kecepatan Pemakanan dan Waktu Pemberian Pendingin...

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

Implementasi Metode Taguchi pada Proses EDM dari Tungsten Carbide

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

PENGARUH KECEPATAN PUTAR SPINDLE (RPM) DAN JENIS SUDUT PAHAT PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN BENDA KERJA BAJA EMS 45

JTM. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013, 48-55

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

ANALISIS PENGARUH CAIRAN PENDINGIN SEMISINTETIK DAN SOLUBLE OIL TERHADAP KEAUSAN PAHAT HIGH SPEED STEEL ( HSS ) PADA PROSES END MILLING

JURNAL KONSENTRASI TEKNIK PRODUKSI

Bab IV Data Pengujian

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

PENGARUH DEBIT MEDIA PENDINGIN TERHADAP NILAI KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA ST 60

PENGARUH SURFACE TREATMENT METODA PLASMA NITRIDING TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN AUS PAHAT BUBUT BAHAN BAJA KECEPATAN TINGGI

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

ANALISA PENGARUH METODE PENDINGIN TERHADAP KEAUSAN PAHAT HIGH SPEED STEEL (HSS) PADA PROSES END MILLING

STUDI EKSPERIMENTAL TERJADINYA KEAUSAN PAHAT PADA PROSES PEMOTONGAN END MILLING PADA LINGKUNGAN CAIRAN PENDINGIN

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT

Hubungan Sudut Pahat dan Kecepatan Potong Terhadap Pemakaian Mata Pahat Pada Pembuatan As-Arbor

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

Pengaruh Kedalaman Pemakanan, Jenis Pendinginan dan Kecepatan Spindel

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB I. PENDAHULUAN. keseluruhan juga akan berkurang, sehingga akan menghemat pemakaian bahan

Transkripsi:

ANALISA KEAUSAN PERKAKAS POTONG PADA PROSES HOT MACHINING BAJA BOHLER K110 DENGAN 3 VARIASI SPEED MACHINING Iman Saefuloh 1*,Slamet Wiyono 2, Edwin Prasetya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Jenderal Sudirman Km. 3, Cilegon - Banten 42435. Email : edwinprasetya08@gmail.com Abstrak Jika berurusan dengan bahan yang tingkat kekerasannya tinggi, Sering sekali terjadi permasalahan pada proses pembubutannya yaitu pahat cepat mengalami keausan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa keausan pahat insert coated cemented carbide dengan menggunakan proses hot machining baja bohler k110 dengan memperhatikan parameter pembubutan, dimana kecepatan mesin divariasikan menjadi 3 variabel sedangkan kondisi pemotongan lainnya tetap. Tujuan penelitian ini yaitu untuk Memperoleh data pertumbuhan nilai dimensi keausan insert terhadap pengaruh kecepatan mesin dan mengetahui pengaruh kecepatan mesin terhadap waktu pembubutan untuk mencapai nilai dimensi keausan pahat insert pada proses hot machining. Analisa yang digunakan dengan melakukan pengujian SEM (Scanning Electron Microscope). Hasil penelitian yang diperoleh untuk n = 995 rpm nilai dimensi keausan flank wear mencapai VB = 0,224 mm dan creater wear mencapai K 0,000670 dengan waktu pembubutan selama 8,370 menit, untuk n = 730 rpm mencapai VB = 0,102 mm dan K mencapai 0,000692 mm selama 11,141 menit, sedangkan untuk n = 520 rpm mencapai VB = 0,050 mm K mencapai 0,000404 selama 16,030 menit. Dan dari grafik pengaruh waktu pembubutan terhadap nilai dimensi keausan untuk setiap variabel kecepatan mesin pada proses Dry machining dan Hot machining, yaitu pada flank wear terlihat bahwa semakin tinggi kecepatan mesin yang digunakan maka akan semakin kecil waktu yang dibutuhkan untuk mencapai batas dimensi keausan, pada proses hot machining untuk masing-masing variasi kecepatan nilai dimensi keausan flank wear lebih rendah dibandingkan dengan dry machining, sementara pada creater wear kecepatan mesin yang digunakan tidak berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencapai batas dimensi keausan tetapi nilai dimensi keausan creater wear pada hot machining lebih rendah dari pada proses dry machining. Kata kunci : pahatinsert coated cemented carbide, baja bohler k110, keausan pahat, hot machining. 1. PENDAHULUAN Mesin bubut adalah suatu mesin yang umumnya terbuat dari logam, digunakan untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, dengan gerak utamanya berputar. Selama proses permesinan berlangsung terjadi interaksi antara pahat dengan benda kerja dimana benda kerja terpotong sedangkan pahat mengalami gesekan, yaitu gesekan yang dialami pahat oleh permukaan geram yang mengalir dan permukaan benda kerja yang telah terpotong. Akibat gesekan ini pahat mengalami keausan. Keausan pahat ini akan semakin membesar sampai batas keausan tertentu sehingga pahat tidak dapat dipergunakan lagi atau pahat telah mengalami kerusakan. Keausan pahat secara pasti diketahui dari hasil pengujian permesinan untuk pasangan material benda kerja dan pahat tertentu. Jenis material benda kerja yang berbeda akan memberikan dimensi keausan yang berbeda juga. Dalam aplikasinya, pahat digunakan untuk memotong berbagai macam benda kerja. Jadi untuk setiap pahat dan setiap material benda kerja harus mempunyai data nilai dimensi keausan dan kondisi pemotongan tertentu dalam setiap perencanaan proses permesinan. Material benda kerja yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bohler k110 adalah termasuk baja memiliki kekerasan yang tinggi, diketahui jika bahan dengan tingkat kekerasan tinggi, Sering sekali terjadi permasalahan pada proses permesinan, khususnya pada proses pembubutan yaitu pahat cepat mengalami keausan. Sebelumnya Rajopadhye et al, telah melakukan setting eksperimen proses hot machining untuk mengurangi keausan pahat dengan torch flame namun hanya dilakukan setting eksperimen hot machining yaitu dengan melakukan pemanasan pada benda kerja menggunakan torch flame, suhu benda kerja di naikkan beberapa ratus celcius di atas temperatur ambient untuk menurunkan kekerasan pada benda kerja. Sehingga mengurangi keausan pahat. Berdasarkan latar belakang ini penulis melakukan penelitian proses hot machining dengan memperhatikan parameter pembubutan, dimana kecepatan mesin divariasikan menjadi 3 variabel sedangkan kondisi pemotongan lain, seperti kedalaman pemakanan, gerak pemakanan, panjang pemotongan tetap. Untuk mendapatkan data pertumbuhan nilai dimensi keausan pahat insert dan mengetahui pengaruh kecepatan mesin terhadap waktu pembubutan untuk mencapai nilai dimensi keausan pahat pada proses hot machining. 45

2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Alat dan Bahan yang digunakan Alat : 1. Mesin Bubut 2. Alat Safety 3. Pemegang Pahat (Tool Holder) 4. Mesin Gergaji Besi 5. Flame Oxy Lpj 6. Spot Infraret Thermometer 7. Mistar Baja 8. Jangka Sorong 9. Mikrometer Sekrup 10. SEM (Scanning Electron Microscope) Bahan : 1. Pahat Insert Coated Cemented Carbide 2. Material Baja Bohler k110 2.2. Prosedur Penelitian Proses pembubutan dilakukan dengan proses finishing menggunakan (3) variabel kecepatan mesin. Tiap sampel dimesin dengan pengaturan parameter permesinan sebagaimana ditunjukan pada tabel 1. Sampel sebelumnya dipanaskan dengan menggunakan flame oxy lpj, suhu awal material sebelum proses hot machining minimal 500 o C kemudian dibubut dengan jenis perkakas potong insert. Dengan parameter proses pembubutan benda kerja sebagai berikut. Tabel 1. Parameter Percobaan Parameter Percobaan No Variabel Kecepatan Mesin N Gerak Pemakanan F Kedalaman Pemakanan a Panjang Pemakanan lt Running 1 995 Rpm 0,15 mm/r 0.5 mm 1250 mm 10 kali 2 730 Rpm 0,15 mm/r 0.5 mm 1250 mm 10 kali 3 520 Rpm 0,15 mm/r 0.5 mm 1250 mm 10 kali Nilai parameter permesinan diatas didapat berdasarkan kondisi mesin yang memiliki batas putaran spindel yang tersedia sampai 1400 rpm. Sedangkan putaran yang diizinkan yaitu 995 rpm. Maka, berdasarkan nilai parameter permesinan diatas dan dengan mempertimbangkan diameter sampel yang telah dipilih, secara matematis diperoleh 3 variabel putaran spindel mesin, yaitu 995 rpm, 730 rpm, dan 520 rpm. Untuk mengetahui dimensi dan fenomena keausan insert dilakukan dengan menggunakan SEM (Sanning electron Microscope) pada tiga insert yang masing-masing mempunyai empat sisi mata potong, dimana dari ketiga insert tersebut hanya dilakukan pada satu sisi setiap insert sesuai dengan variabel yang ditetapkan sebelumnya. 2.3. Diagram Alir Penelitian Penelitian ini dilakukan mengikuti metodologi yang secara singkat dapat dijelaskan pada gambar 1 berikut. 46

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Keausan Insert Berdasarkan pengujian Hot Machining dan Dry Machining yang dilakukan dengan menggunakan parameter yang sama untuk mengetahui nilai dimensi keusan insert dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope) dan Mikroskop optikterlihat bahwa untuk nilai dimensi keausan tepi insert proses Hot machining sepanjang 1250 mm selama 8,37 menit pada kecepatan mesin 995 rpm diperoleh nilai dimensi keausan tepi VB 0,224 mm, proses pembubutan sepanjang 1250 mm selama 11,410 menit pada kecepatan mesin 730 rpm diperoleh nilai dimensi keausan tepi VB 0,102 mm, sedangkan proses pembubutan sepanajang 1250 mm selama 16,030 menit pada kecepatan mesin 520 rpm diperoleh nilai dimensi keausan tepi VB 0,050 mm. Dan pada proses dry machining untuk nilai dimensi keausan tepi insert terlihat bahwa proses pembubutan sepanjang 1250 mm selama 8,37 menit pada kecepatan mesin 995 rpm diperoleh nilai dimensi keausan tepi VB 0,483 mm, Proses pembubutan sepanajang 1250 mm selama 11,410 menit pada kecepatan mesin 730 rpm diperoleh nilai dimensi keausan tepi VB 0,229 mm, Sedangkan proses pembubutan sepanjang 1250 mm selama 16,030 menit pada kecepatan mesin 520 rpm diperoleh nilai dimensi keausan tepi VB 0,148 mm. 47

Nilai Dimensi Keaussan Creater Wear K Nilai Dimensi Keaussan Flank Wear VB ( mm) Volume II Nomor 2, November 2016 0.500 0.450 0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000 Proses Dry Machining Proses Hot Machining 0.438 0.224 0.229 0.148 0.102 0.05 (n = 995 rpm) (n = 730 rpm) (n = 520 rpm) Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Nilai Dimensi Keausan Insert pada Flank Wear pada proses Dry Machining dan Hot Machining Sementara itu berdasarkan pengujian Hot Machining dan Dry Machining dengan parameter permesinan yang sama, untuk mengetahui nilai dimensi keusan kawah insert dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope) danmikroskop Optik terlihat bahwa untuk nilai dimensi keausan tepi insert proses Hot machining proses pembubutan sepanjang 1250 mm selama 8,37 menit pada kecepatan mesin 995 rpm diperoleh nilai dimensi keausan kawah K sebesar 0,000370, proses pembubutan sepanjang 1250 mm selama 11,410 menit pada kecepatan mesin 730 rpm diperoleh nilai dimensi keausan kawah K sebesar 0,000692, sedangkan proses pembubutan sepanjang 1250 mm selama 16,030 menit pada kecepatan mesin 520 rpm diperoleh nilai dimensi keausan kawah K sebesar 0,000406. Dan untuk nilai dimensi keausan kawah insert proses Dry machining proses pembubutan sepanjang 1250 mm selama 8,37 menit pada kecepatan mesin 995 rpm diperoleh nilai dimensi keausan kawah K sebesar 0,001122, proses pembubutan sepanajang 1250 mm selama 11,410 menit pada kecepatan mesin 730 rpm diperoleh nilai dimensi keausan kawah K sebesar 0,000629, sedangkan proses pembubutan sepanajang 1250 mm selama 16,030 menit pada kecepatan mesin 520 rpm diperoleh nilai dimensi keausan kawah K sebesar 0,001235. 0.002000 Proses Dry Machining Proses Hot Machining 0.001500 0.001000 0.001122 0.001235 0.000500 0.00037 0.000629 0.000692 0.000404 0.000000 (n = 995 rpm) (n = 730 rpm) (n = 520 rpm) Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Nilai Dimensi Keausan Insert pada Creater Wear pada proses Dry Machining dan Hot Machining 48

Dari grafik pertumbuhan nilai dimensi keausan pahat insert pada proses hot machining dan dry machining dengan menggunakan parameter permesinan yang sama. Untuk Keausan flank wear dan creater wear terlihat bahwa nilai dimensi keausan pada proses hot machining lebih rendah dibandingkan proses dry machining. Sementara fenomena keausan pahat untuk daerah flank wear dan creater wear pada proses hot machining dapat dilihat pada gambar hasil pengujian SEM berikut ini : a. Untuk Flank Wear dengan n = 995 rpm Gambar 3. Flank Wear n = 995 rpm Pada gambar keausan tepi diatas pada kecepatan mesin 995 rpm dengan perbesaran 200 kali, dapat dilihat bahwa bagian sisi garis lurus pada pahat insert terdapat patahan yang besar dan jelas pada bagian tepi serta bentuk permukaan pada bagian yang mengalami kontak dengan benda kerja terdapat banyak lubang, goresan, dan retak menjalar. Hal tersebut disebabkan oleh pengunaan kecepatan mesin yang tinggi. b. Untuk Flank Wear dengan n = 730 rpm c. Gambar 4. Flank Wear n = 730 rpm Pada gambar keausan tepi diatas pada kecepatan mesin 730 rpm dengan perbesaran 200 kali, dapat dilihat bahwa bagian sisi garis lurus pada pahat insert terdapat patahan cukup besar dan jelas pada bagian tepi serta bentuk permukaan pada bagian yang mengalami kontak dengan benda kerja terdapat banyak lubang, goresan, dan retak menjalar. Gambar tersebut bila dibandingkan dengan gambar keausan tepi pada kecepatan mesin 995 rpm jelas berbeda.perbedaan tersebut terlihat dari bentuk patahan pada tepi insert lebih kecil. d. Untuk Flank Wear dengan n = 520 rpm 49

Gambar 5. Flank Wear n = 520 rpm Pada gambar keausan tepi diatas pada kecepatan mesin 520 rpm dengan perbesaran 200 kali, dapat dilihat bahwa bagian sisi garis lurus pada pahat insert terdapat patahan kecil dan jelas pada bagian tepi kemudian bentuk permukaan pada bagian yang mengalami kontak dengan benda kerja terdapat sedikit lubang dan goresan. Gambar tersebut bila dibandingkan dengan kedua gambar keausan tepi sebelumnnya terlihat bentuk patahan yang kecil pada tepi insert untuk kecepatan mesin 520 rpm. e. Untuk Creater Wear dengan n = 995 rpm f. Gambar 6. Creater Wear n = 995 rpm Pada gambar keausan kawah diatas pada kecepatan mesin 995 rpm dengan perbesaran 200 kali, dapat dilihat bahwa bentuk keausan kawah membentuk goresan yang besar, dengan panjang dimensi keausan kawah yang besar. Gambar keausan kawah tersebut disebabkan oleh tingginya kecepatan mesin. g. Untuk Creater Wear dengan n = 730 rpm Gambar 7. Creater Wear n = 730 rpm Pada gambar keausan kawah pada kecepatan mesin 730 rpm dengan perbesaran 200 kali, dapat dilihat bahwa bentuk keausan kawah hanya membentuk goresan cukup besar.gambar 50

Akurasi Dimensi, mm Volume II Nomor 2, November 2016 keausan kawah tersebut disebabkan oleh kecepatan mesin yang digunakan dibawah kecepatan mesin sebelumnya yaitu 995 rpm h. Untuk Creater Wear dengan n = 520 rpm Gambar 8. Creater Wear n = 520 rpm Pada gambar keausan kawah pada kecepatan mesin 520 rpm dengan perbesaran 200 kali, dapat dilihat bahwa bentuk keausan kawah hanya membentuk goresan cukup besar. 3.2. Akurasi Dimensi Kondisi permesinan aktual juga berpengaruh terhadap penyimpangan dimensional benda kerja. Berdasarkan pengolahan data yang berhasil dikumpulkan. Penyimpangan dimensi rata-rata sebelum dilakukan Proses finishing pada hot machining. Untuk variabel kecepatan mesin 995 rpm adalah 0,1 mm, pada variabel kecepatan mesin 730 rpm adalah 0,02 mm, dan pada variabel kecepatan mesin 520 rpm adalah 0,06, dengan standar deviasi pada variabel kecepatan mesin 995 rpm sebesar 11 %, pada variable kecepatan mesin 730 rpm sebesar 5 %, dan pada variabel kecepatan mesin 520 rpm sebesar 12 %. Kemudian untuk Penyimpangan dimensi rata-rata setelah dilakukan Proses finishing pada hot machining pada variabel kecepatan mesin 995 rpm adalah 0,07 mm, pada variabel kecepatan mesin 730 rpm adalah -0,03 mm, dan pada variabel kecepatan mesin 520 rpm adalah -0,01, dengan standar deviasi pada variabel kecepatan mesin 995 rpm sebesar 17 %, pada variabel kecepatan mesin 730 rpm sebesar 9 %, dan pada variabel kecepatan mesin 520 rpm sebesar 5 %. 0.12 0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00-0.02-0.04 Sebelum Proses Permesinan 0.1 0.07 Sampel 1 (n = 995 rpm) 0.02-0.03 Sampel 2 (n = 730 rpm) Setelah Proses Permesinan 0.06-0.01 Sampel 3 (n = 520 rpm) Gambar 9. Grafik Penyimpangan Dimensional 51

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan pembubutan benda kerja pada 3 variabel kecepatan mesin, di dapat hasil sebagai berikut : A. Untuk Flank Wear (VB,mm) proses Hot machining 1. Pada n = 995 rpm, nilai dimensi keausan insert mencapai VB = 0,224 mm, dengan waktu pembubutan selama 8,370 menit sepanjang 1250 mm. 2. Pada n = 730 rpm, nilai dimensi keausan insert mencapai VB = 0,102 mm, dengan waktu pembubutan selama 11,410 menit sepanjang 1250 mm. 3. Pada n = 520 rpm, nilai dimensi keausan insert mencapai VB = 0,050 mm, dengan waktu pembubutan selama 16,030 menit sepanjang 1250 mm. B. Untuk Creater Wear (K) proses Hot machining 1. Pada n = 995 rpm, nilai dimensi keausan insert mencapai K= 0,000370, dengan waktu pembubutan selama 8,370 menit sepanjang 1250 mm. 2. Pada n = 730 rpm, nilai dimensi keausan insert mencapai K = 0,000692, dengan waktu pembubutan selama 11,141 menit sepanjang 1250 mm. 3. Pada n = 520 rpm, nilai dimensi keausan insert mencapai 0,000404, dengan waktu pembubutan selama 16,030 menit sepanjang 1250 mm. C. Untuk Flank Wear (VB,mm) proses Dry Machining 1. Pada n = 995 rpm, nilai dimensi keausan insert mencapai VB = 0,224 mm, dengan waktu pembubutan selama 8,370 menit sepanjang 1250 mm. 2. Pada n = 730 rpm, nilai dimensi keausan insert mencapai VB = 0,102 mm, dengan waktu pembubutan selama 11,410 menit sepanjang 1250 mm. 3. Pada n = 520 rpm, nilai dimensi keausan insert mencapai VB = 0,050 mm, dengan waktu pembubutan selama 16,030 menit sepanjang 1250 mm. D. Untuk Creater Wear (K) proses Dry Machining 1. Pada n = 995 rpm, nilai dimensi keausan insert mencapai K = 0,000637, dengan waktu pembubutan selama 8,370 menit sepanjang 1250 mm. 2. Pada n = 730 rpm, nilai dimensi keausan insert mencapai K = 0,000696, dengan waktu pembubutan selama 11,141 menit sepanjang 1250 mm. 3. Pada n = 520 rpm, nilai dimensi keausan insert mencapai K = 0,000406, dengan waktu pembubutan selama 16,030 menit sepanjang 1250 mm. 2. Dari grafik pengaruh waktu pembubutan terhadap nilai dimensi keausan untuk setiap variabel kecepatan mesin dengan menggunakan parameter yang sama pada proses hot machining dan dry machining, yaitu pada flank wear terlihatbahwa semakin tinggi kecepatan mesin yang digunakan maka akan semakin kecil waktu yang dibutuhkan untuk mencapai batas dimensi keausan, pada proses hot machining untuk masing-masing variasi kecepatan mesin nilai dimensi keausan flank wear lebih rendah dibandingkan dengan proses dry machining, dan pada proses hot machining untuk kecepatan mesin tinggi n = 995 rpm yang mencapai batas dimensi keausan untuk n = 730 rpm dan n = 520 rpm belum mencapai batas dimensi keausan sedangkan pada proses dry machining untuk flank wear n = 995 rpm dan n = 730 rpm mencapai batas dimensi keausan untuk n = 520 rpm belum mencapai batas dimensi keausan. Pada creater wear terlihat bahwa kecepatan mesin tidak berpengaruh terhadap nilai dimensi keausan creater wear, tetapi pada proses hot machining nilai dimensi keausan creater wear lebih rendah dari proses dry machining, dan pada proses hot machining dan dry machining belum mencapai batas nilai dimensi keausan. 4.2. Saran 1. Untuk melakukan proses hot machining sebaiknya dilakukan dengan peralatan safety yang lengkap karena beram yang dihasilkan dari proses hot machining sangat panas, sehingga bisa membahayakan jika terkena kulit. 2. Perlu dilakukan penelitian untuk menganalisa perbandingan biaya tehadap berbagai macam proses machining yang ada. 52

3. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan temperatur pemanasan material dan kecepatan mesin dengan range yang lebih tinggi. 4. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan teliti sebaiknya digunakan parameter permesinan dengan jumlah variabel yang banyak. DAFTAR PUSTAKA Aryananda, Eril., 2010, Analisa Keausan dan Umur Pahat pada Proses Dry Machining Baja S45C, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa : Banten. Budiman, Hendri., dan Richard., 2007, Analisa Umur dan Keausan Pahat karbida untuk membubut baja paduan (ASSAB 760) dengan Variable Speed Machining Test, Jurnal Teknik Mesin Vol. 9, No. 1, April 2007: 31 39. Cahyo, D.A., 2013, Penentuan Critical Depth of Cut Dan Critical Feed Rate Pada Proses Pembubutan Orthogonal Alumunium 6061, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya : Malang. Catalog JEOL Serving Advanced Technology, Scanning Electron Microscope JSM-6510 series, No. 1305K250C Printed in Japan, Kp. Rochim, Taufiq., 1993, Teori & Teknologi Proses Pemesinan. Bandung: Proyek HEDS. Rajopadhye, R.D,. M.T. Telsang,. dann.s. Dhole., 2008, PengaturaneksperimentaluntukHotMachiningProsesuntuk MeningkatkanTool LifedenganTorch Flame, Jurusan Teknik Mesin dan Sipil (IOSR-JMCE): 2278-1684, pp: 58-62. Supraptom Agus., Agus Iswantoko., Ike Widyastuti., 2013, Evaluasi Dampak Cryogenic Treatment dan Temper terhadap Karakteristik Keausan dan Umur Pahat Karbida pada Pembubutan Al T-6061, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Merdeka : Malang. Widiarto., B. Sentot Wijanarka., Sutopo., dan Paryanto., 2008, Teknik Permesinan untuk SMK, Jakarta : Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional. 53