BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

BPS KABUPATEN MALINAU

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

BPS KABUPATEN BATU BARA

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 ( Juta Rupiah) dan Laju Pertumbuhan PDRB Karesidenan Kedu Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen


PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA : STUDI KASUS KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2016 Tumbuh 6,61 Persen Meningkat Dibanding Triwulan I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015



PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN II-2015

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PACITAN TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2014 Ekonomi Gorontalo Tahun 2014 Tumbuh 7,29 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2015

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2017

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari semua hasil pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Hasil analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) menunjukkan bahwa sector unggulan yang pertumbuhan lebih maju dibandingkan dengan sektor ekonomi yang lain pada tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten yaitu pada sector pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sector konstruksi, sector perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, dan sector penyediaan akomodasi dan makan minum. Sektor pada tingkat provinsi memiliki pertumbuhan yang maju namun pada tingkat kabupaten belum mengalami kemajuan terjadi pada sektor transportasi dan pergudangan, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sector real estate, sektor jasa perusahaan, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan sector jasa lainnya. Pada tingkat provinsi belum maju dan tingkat kabupaten termasuk sektor suatu yang maju terjadi pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Tingkat provinsi dan tingkat kabupaten mempunyai pertumbuhan yang rendah pada sektor pertambagan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor 128

129 pengadaan listrik dan gas, dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib. 2. Berdasarkan hasil analisis Shift Share di Kabupaten Majalengka selama tahun 2010 2015 menunjukkan hasil bahwa di Kabupaten Majalengka mengalami fluktuasi setiap tahunnya yang terjadi pada komponen pertumbuhan daerah (Dij), komponen pertumbuhan nasional (Nij), bauran industri (Mij) dan keunggulan kompetitif (Cij). 3. Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa yang memiliki keunggulan komparatif sebagai sektor potensial yang dominan serta memiliki kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian di Kabupaten Majalengka dengan nilai LQ>1 dikatakan sektor basis yaitu terdapat 12 sektor, pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor jasa lainnya. 4. Berdasarkan hasil analisis Overlay pada Kabupaten Majalengka tahun 2010 2015 menunjukkan bahwa sektor unggulan yang sangat dominan dari pertumbuhan serta konstribusinya yang tinggi dalam pembentukkan

130 PDRB serta pembangunan Kabupaten Majalengka terjadi pada sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor konstruksi, dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Kegiatan dengan pertumbuhan yang dominan namun konstribusinya kecil, hal tersebut perlu adanya peningkatan secara lebih pada konstribusinya untuk menjadi dominan pada sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang. Adanya penurunan dalam kegiatan ekonomi karena pertumbuhan yang sangat kecil namun kontribusinya tinggi pada sektor pertambangan dan penggalian, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan sektor jasa lainnya. Sedangkan sektor yang tidak potensial dalam pembangunan maupun pengembangannya baik dari pertumbuhan dan konstribusinya yaitu pada sektor industry pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor transportasi dan pergudangan, dan sektor jasa perusahaan. 5. Berdasarkan Klassen Typology memperoleh hasil bahwa sektor yang maju dan berkembang cepat dalam pembentukkan PDRB terdiri dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dan sektor konstruksi. Pada sektor yang sedang tumbuh terdapat pada sektor industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang. Sektor yang maju tetapi tertekan yaitu pada

131 sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan sektor jasa lainnya. Sektor yang tertinggal yaitu pada sektor transportasi dan pergudangan, dan sektor jasa perusahaan. 6. Hasil analisis SWOT, strategi pembangun sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah dengan menggunakan potensi sektor basis, peningkatan pelayanan dalam bidang pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik dan meningkatkan daya saing perekonomian. 7. Inti yang dapat dihasilkan dari kebijakan pembangunan merupakan upaya peningkatan potensi ekonomi daerah dengan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam mengelola serta memanfaatkan sektor unggulan daerah dengan tidak mengesampingkan adanya peran sektor non basis yang menunjang sektor unggulan. B. Saran 1. Pemerintah Kabupaten Majalengka perlu dalam penetapan kebijakan pembangunan yang menjadikan sektor unggulan/basis sebagai prioritas pada masing-masing daerah. Sektor unggulan yang perlu mendapat kebijakan yaitu pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang

132 menjadi peran penting dalam konstribusi terhadap PDRB Kabupaten Majalengka perlu diperhatikan berupa asuransi terhadap para petani yang mengalami gagal panen serta pelatihan-pelatihan untuk memajukan tingkat daya saing sektor-sektor yang menjadi priositas dalam pembangunan daerah. 2. Pendekatan secara regional untuk penelitian yang selanjutnya untuk menentukan aspek lokasi di daerah mana sektor unggulan yang akan dibangun dan dilaksanakan. Selain itu juga dibutuhkan kajian terhadap sektor unggulan di tingkat provinsi. C. KeterbatasanPenelitian Penelitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki, namun peneliti melakukan penelitian dan penyusunan dengan sebaik-baiknya. Keterbatasan yang dimiliki diantaranya yaitu: 1. Periode analisis yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah tahun 2010 2015 sehingga penelitian terbatas pada kondisi-kondisi yang terjadi pada tahun periode tersebut. 2. Penelitian yang dilakukan terbatas dalam penentuan sektor unggulan dan tidak membahas sub sektor maupun komoditi unggulan.