BAB I PENDAHULUAN. Padahal metode ceramah memiliki banyak kekurangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:145),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

I. PENDAHULUAN. Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berfikir kompleks dan abstrak. Di sisi lain guru berupaya memperjelas dan. disajikan dengan strategi yang menarik bagi siswa.

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Mulyasa (2006:164) menyatakan bahwa, Proses

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. IPA atau sains merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. formal (Mudyahardjo, 2006:6). Hal ini senada dengan yang diungkapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi seluruh aspek

TINJAUAN PUSTAKA. sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran. siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia demi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat memang tidak lepas

Rata-rata UN SMP/Sederajat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB I PENDAHULUAN. menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa : Pendidikan Nasional befungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika merupakan proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika dengan berbagai metode agar kegiatan belajar terlaksana secara efektif dan efisien. Akan tetapi, selama proses pembelajaran matematika berlangsung terdapat beberapa masalah yang menghambat terlaksananya kegiatan belajar tersebut. Masalah-masalah yang terjadi selama proses pembelajaran yang diidentifikasi oleh peneliti di MTs Al-Ishlahiyah Binjai adalah metode yang digunakan guru dalam pembelajaran masih bersifat ceramah, siswa berperan pasif dalam proses pembelajaran, siswa kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang diterapkan kurang membangun kemampuan komunikasi matematika siswa. Konsekuensinya, kemampuan komunikasi matematika di sekolah tersebut tergolong rendah. Masalah pertama yang diidentifikasi di MTs Al-Ishlahiyah Binjai adalah guru masih menggunakan metode ceramah selama pembelajaran. Guru mendominasi proses belajar dan sangat jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menemukan konsep matematika. Selain itu, guru menjelaskan siswa materi dan kemudian meminta siswa untuk menghafal rumusrumus. Selanjutnya, guru menjelaskan contoh soal dan memberikan soal untuk dikerjakan oleh siswa. Hal ini menyebabkan pembelajaran pembelajaran kurang menarik, tidak menarik, dan sulit untuk menggali kemampuan komunikasi matematika siswa. Padahal metode ceramah memiliki banyak kekurangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:145), Metode ceramah dilakukan dengan cara penyampaian materi pelajaran secara lisan, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu

2 yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang dan tidak mampu menyatakan ide dengan menggunakan bahasanya sendiri. Sehingga dapat disimpulkan, metode ini kurang mampu untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa. Selain itu, siswa berperan pasif selama mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas VII-1 menunjukkan bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung diam dan tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru. Ketika guru selesai menjelaskan materi, hampir tidak ada satu orang pun siswa yang bertanya tentang materi tersebut. Banyak siswa yang diam seolah-olah sudah mengerti dengan pelajaran tersebut. Sehingga tidak menunjukkan bahwa siswa dapat mengemukakan jawaban, pendapat atau gagasannya menanggapi pertanyaan guru tersebut. Masalah berikutnya adalah model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Saat memulai proses pembelajaran, guru bertindak sebagai pemberi informasi sedangkan siswa sebagai penerima. Akibatnya siswa kurang memahami informasi dan tidak mampu menggunakan informasi yang ada pada saat diberikan pertanyaan (soal-soal). Model yang diterapkan guru tersebut memperlihatkan bahwa siswa tidak terlihat menguasai kemampuan komunikasi matematikanya. Selain itu, kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII-1 MTs Al-Ishlahiyah Binjai masih rendah. Hal ini di lihat dari hasil tes diagnostik yang dilakukan. Tes diagnostik ini dilakukan peneliti dengan memberikan 2 soal kepada 45 siswa. Kedua soal ini dirancang agar penyelesaiannya dapat menunjukkan indikator komunikasi yaitu (representasi, menggambar, menulis/menjelaskan). Berdasarkan tes diagnostik yang diberikan, diperoleh hasil bahwa 12 orang siswa memiliki kemampuan komunikasi dalam kategori cukup (26,67%), 14 orang pada kategori rendah (31,11%), dan 19 orang dalam kategori sangat rendah(42,22%).

3 Berikut ini beberapa jawaban tes diagnostik yang dikerjakan siswa. Gambar1.1 Jawaban Tes Awal Siswa 1 Dari jawaban siswa pada soal no. 1 terlihat bahwa siswa tidak dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanya pada soal, siswa hanya mampu menggambar bilangan pada garis bilangan dan tidak dapat menjelaskan jawaban dengan jelas. Gambar 1.2 Jawaban Tes Awal Siswa 2 Dari jawaban siswa pada soal no. 2, siswa sama sekali tidak mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanya, selain itu siswa juga tidak dapat menggambarkan soal kedalam garis bilangan dan siswa tidak dapat menjelaskan jawaban dengan jelas. Dari tes diagnostik yang diberikan oleh peneliti diatas, diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematika kelas VII-1 MTs Al-Ishlahiyah Binjai masih tergolong rendah. Disisi lain, kemampuan komunikasi matematika sangat perlu dikembangkang pada peserta didik. Berikut akan dijelaskan alasan pentingnya

4 mengembangkan kemampuan komunikasi matematika yang dikutip dari Baroody (Ansari, 2009: 4) Pertama mathematics as language artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir ( a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas tepat dan cermat. Kedua mathematics learning as social activity: artinya sebagai aktivitas social dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antarsiswa dan juga komunikasi antar guru dan siswa. Hal ini merupakan bagian terpenting untuk mempercepat pemahaman matematis siswa. Guru telah menerapkan beberapa metode untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas VII-1 MTs Al-Ishlahiyah Binjai tersebut. Salah satu metode yang guru lakukan adalah metode ceramah dengan model pembelajaran Teacher Center. Akan tetapi, metode dan model tersebut belum mampu meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. Sehingga diperlukan sebuah model pembelajaran lain yang menurut beberapa penelitian, mampu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa dalam mengembangkan komunikasi mereka adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Ansari (2009:57) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan, salah satunya adalah model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS). Lyman, F (dalam Trianto, 2011: 81) menyatakan bahwa: Think-Pair-Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think-Pair-Share

5 dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Sehingga dapat dikatakan bahwa Think-Pair-Share adalah salah satu model diskusi kelas yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam bepikir dan merespon serta saling membantu. Sedangkan menurut Arends (dalam Ansari, 2009: 62): Model pembelajaran Think-Pair-Share (saling bertukar pikiran secara berpasangan) merupakan struktur pembelajaran kooperatif yang efektif untuk menigkatkan partisipasi siswa dan daya pikir siswa. Hal ini memungkinkan dapat terjadi karena prosedurnya telah disusun sedemikian sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, serta merespon sebagai salah satu cara yang dapat membangkitkan bentuk partisipasi siswa. Dari uraian diatas terlihat bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share dianggap mampu mengoptimalkan partisipasi siswa dan juga keaktifan siswa dalam bekerja sama atau pun bekerja secara individu yang semuanya membutuhkan kemampuan komunikasi matematika. Siswa akan mampu berinteraksi aktif dan mampu berpartisipasi dalam pembelajaran apabila memiliki kemampuan komunikasi matematika yang baik. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Pada Materi Bilangan Bulat Dengan Model Kooperatif Think- Pair-Share Pada Siswa Kelas VII Di MTs Al-Ishlahiyah Binjai T.A 2016/2017. 1.2. Identifikasi Masalah 1. Metode yang digunakan guru matematika kelas VII-1 MTs Al-Ishlahiyah Binjai dalam pembelajaran masih bersifat ceramah, sehingga siswa tidak dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematikanya 2. Siswa kelas VII-1 MTs Al-Ishlahiyah berperan pasif dalam pembelajaran matematika 3. Siswa kelas VII-1 MTs Al-Ishlahiyah Binjai kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran matematika

6 4. Kemampuan komunikasi matematika tertulis siswa kelas VII-1 MTs Al- Ishlahiyah Binjai masih rendah 5. Proses pembelajaran yang diterapkan kurang mendukung siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematikanya 1.3. Batasan Masalah Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah yang akan dikaji agar penelitian ini dapat lebih terarah dan jelas. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada: 1. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII-1 MTs Al-Ishlahiyah Binjai pada materi bilangan bulat 2. Model pembelajaran Think-Pair-Share di MTs Al-Ishlahiyah Binjai sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bilangan bulat 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bilangan bulat dapat meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share pada siswa kelas VII-1 di MTs Al-Ishlahiyah Binjai T.A. 2016/2017? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII-1 di MTs Al-Ishlahiyah setelah diterapkan model pembelajaran Think- Pair-Share? 1.5. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematika siswa dapat meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif Think-Pair-

7 Share pada materi bilangan bulat pada siswa kelas VII-1 di MTs Al- Ishlahiyah Binjai. 2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII-1 di MTs Al-Ishlahiyah Binjai setelah diterapkan model pembelajaran Think-Pair-Share. 1.6. Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti, yaitu: 1. Bagi siswa, sebagai bahan informasi untuk menentukan cara belajar yang sesuai dalam mempelajari matematika. 2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi guru bidang studi matematika dalam menentukan model pembelajaran yang efektif dan efisien pada kegiatan belajar mengajar. 3. Bagi pihak sekolah, sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah dalam rangka perbaikan model pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. 4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.