BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di provinsi Jawa Barat yang sekaligus menjadi ibukota dari provinsi tersebut. Bandung terletak di 140 km arah tenggara dari Kota Jakarta. Bandung juga menjadi kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Kota Jakarta dan Surabaya (Sumber: en.wikipedia.org) Berikut di bawah ini adalah lambang, bendera serta visi dan misi Kota Bandung. GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG Sumber : www.bandung.go.id (diakses: 3 Agustus 2011) Visi : Terwujudnya Kota Bandung sebagai kota jasa yang BERMARTABAT (Bersih, Makmur, Taat, dan Bersahabat) Misi : 1. Mengembangkan sumber daya manusia yang handal, yang religius, yang mencakup pendidikan, kesehatan dan moral keagamaan. 2. Mengembangkan perekonomian kota yang adil, yang mencakup peningkatan perekonomian kota yang tangguh, sehat dan berkeadilan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. 1
3. Mengembangkan Sosial Budaya Kota yang ramah dan berkesadaran tinggi, serta berhati nurani, yang mencakup peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan ketenagakerjaan, meningkatkan kesejahteraan sosial, keluarga, pemuda dan olah raga serta kesetaraan gender. 4. Meningkatkan penataan kota, yang mencakup pemeliharaan serta peningkatan prasarana dan sarana kota agar sesuai dengan dinamika peningkatan kegiatan kota dengan tetap memperhatikan tata ruang kota dan daya dukung lingkungan kota. 5. Meningkatkan kinerja pemerintah kota secara professional, efektif, efesien, akuntabel dan transparan, yang mencakup pemberdayaan aparatur pemerintah dan masyarakat. 6. Mengembangkan sistem keuangan kota, mencakup sistem pembiayaan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, swasta dan masyarakat. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Daerah pada tahun 2009 (BPS Kota Bandung, 2011:43), Kota Bandung memiliki penduduk sejumlah 2.417.287 jiwa yang terdiri dari 1.233.039 lelaki dan 1.184.248 wanita. Angka tersebut menentukan laju pertumbuhan penduduk di tahun 2009 adalah sebesar 1,81%. Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung adalah 16.008 jiwa/km 2. 1.2 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data di atas, Kota Bandung merupakan kota metropolitan kedua terbesar di Indonesia setelah Jabodetabek. Sedangkan arti dari metropolitan sendiri adalah sebutan bagi suatu wilayah yang dianggap penting sebagai wilayah yang mampu menghubungkan beberapa daerah urban dengan daerah yang telah maju. Dengan demikian Kota Bandung merupakan salah satu kota maju yang berpotensi sebagai kota bisnis. 2
Kota Bandung bahkan sedari dulu telah dikenal sebagai salah satu kota wisata. Terbukti dengan pertumbuhan tingkat pengunjung Kota Bandung yang bertambah dari waktu ke waktunya. Berikut di bawah ini adalah jumlah wisatawan di Kota Bandung baik itu domestik maupun mancanegara. GAMBAR 1.2 WISATAWAN KOTA BANDUNG TAHUN 2005-2009 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0 2005 2006 2007 2008 2009 Domestik Mancanegara Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2010:270) Dapat dilihat pada Gambar 1.2 bahwa tingkat pertumbuhan wisatawan di Kota Bandung secara keseluruhan cukup meningkat, biarpun terjadi penurunan pada tahun 2006 dan 2008. Dan pada tahun 2009 jumlah wisatawan di Kota Bandung mencapai 3.096.869 jiwa dengan diantaranya 168.712 wisatawan mancanegara dan 2.928.157 wisatawan domestik. Dengan adanya dua pernyataan sebelumnya yakni, Kota Bandung sebagai kota metropolis dimana dapat sangat berpotensi sebagai kota bisnis, dan juga angka pertumbuhan wisatawan yang semakin meningkat dari tahun ke tahunnya, maka potensi dari Kota Bandung untuk berkembang dalam bidang pariwisata sangatlah besar. Di Kota Bandung, salah satu bisnis bidang pariwisata yang sedang berkembang adalah bisnis rumah makan atau biasa disebut restoran. Di dalam buku Bandung Dalam Angka Tahun 2010 disebutkan bahwa distribusi persentasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor perdagangan, 3
hotel, dan restoran merupakan sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar terhadap penciptaan PDRB di Kota Bandung. PDRB merupakan salah satu indikator perekonomian yang dapat digunakan sebagai bahan penentuan kebijakan pembangunan. Dan struktur ekonomi ditunjukan oleh distribusi persentase dari PDRB itu sendiri. Berikut pada Gambar 1.3 akan diperlihatkan jumlah PDRB pada tahun 2007 hingga 2009 atas dasar harga konstan pada tahun 2000. GAMBAR 1.3 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDUNG TAHUN 2007-2009 ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 (Dalam Jutaan Rupiah) 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 2007 2008 2009 Pertanian, Peternakan, Kehu tanan & Perikanan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2010:322) Dapat dilihat di Grafik 1.2 bahwa PDRB untuk bagian perdagangan memiliki persentasi yang paling besar. Pada tahun 2009, PDRB Kota Bandung atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar 11.375.644 (juta rupiah) atau 53,25% dari total PDRB Kota Bandung di tahun 2009. PDRB perdagangan meliputi perdagangan besar atau eceran, hotel dan restoran. Maka dari itu, bisnis restoran adalah salah satu bisnis yang mampu mendukung perekonomian Kota Bandung. 4
Selain dilihat dari PDRB, bentuk lain yang dapat membuktikan bahwa bisnis restoran adalah salah satu pendukung perekonomian di Kota Bandung adalah melalui pajaknya. GAMBAR 1.4 JUMLAH PAJAK DAERAH YANG DICAPAI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2009 (Dalam Ribuan Rupiah) 80,000,000 70,000,000 60,000,000 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 0 Realisasi Pajak Hotel Restoran Hiburan Reklame Penerangan Jalan Umum Parkir Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2010:294) Menurut Gambar 1.4 besar dari pendapatan daerah dari pajak restoran di Kota Bandung adalah urutan ketiga terbesar dari seluruh pajak daerah yang diterima Kota Bandung. Realisasi dari pajak tersebut adalah senilai Rp.66.410.613.000,- atau sebanding dengan 26,74% dari total pajak daerah yang didapat oleh Kota Bandung. Setelah dinilai potensinya dari beberapa fakta yang ada, ternyata peluang ini tidak disia-siakan oleh penduduk Kota Bandung. Perkembangan bisnis restoran semakin besar dari tahun ke tahunnya. Dalam Tabel 1.1 dapat dilihat tingkat pertumbuhan PDRB restoran di Kota Bandung menurut Badan Pusat Statistik Kota Bandung dari tahun 2007 hingga tahun 2009. 5
TABEL 1.1 LAJU PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO RESTORAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007-2009 ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 (Dalam Persen) Lapangan Usaha 2007 2008 2009 Restoran 8,69 9,24 12,62 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2010:324) Sedangkan jika dilihat dari jumlah restoran yang ada di kota Bandung pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 akan diperlihatkan oleh Tabel 1.2. TABEL 1.2 JUMLAH RESTORAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007-2009 Jenis Usaha 2007 2008 2009 Restoran 432 488 503 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2010:272) Dengan melihat potensi dan perkembangan dari bisnis restoran, hal ini dapat menjadi kajian yang menarik. Dimana pengusaha akan berusaha memberikan inovasi-inovasi terbaru untuk menggapai pasar yang ditujunya. Dengan keberagaman yang ada, belum tentu semua dapat diterima oleh calon pembeli. Dalam proses pengambilan keputusan, ada empat tahapan yang dialami oleh calon pembeli, yaitu menyadari kebutuhan, mencari informasi, mengevaluasi alternatif dan akhirnya pengambilan keputusan. Tahap mengevaluasi alternatif memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan, karena jika seluruh kebutuhan dari konsumen dapat dipenuhi oleh satu produk, maka kecenderungan konsumen untuk membeli produk itu juga akan meningkat. Dilihat dari penelitian Jaksa Jack Kivela (1997:117), ada 4 faktor pendorong konsumen untuk makan di restoran yakni, hanya untuk makan, ajang pertemuan sosial, pertemuan dengan rekan bisnis dan untuk merayakan suatu kejadian. Empat faktor pendorong ini juga merubah perilaku konsumen dalam memilih restoran yang akan dia pilih. 6
Selain dari keberagaman makanan, restoran sendiri biasanya terbagi menjadi beberapa kelas karena pembentukan konsep yang berbeda dan juga penetapan harga produk yang berbeda. Produk dari restoran adalah gabungan antara barang yang berupa makanan dan juga jasa pelayanan yang diberikan. Jasa pelayanan ini pun dapat dibagi lagi, seperti pelayanan yang melibatkan interaksi langsung dari karyawan dengan konsumen, dan juga pelayanan secara tidak langsung seperti fasilitas dan suasana dari area tempat yang dirasakan oleh konsumen. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti kecenderungan konsumen dalam memilih restoran dengan judul Analisis Preferensi dan Segmentasi Konsumen Berdasarkan Perilaku Pengambilan Keputusan dalam Memilih Restoran di Kota Bandung. 1.3 Perumusan Masalah Topik utama yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang perilaku pengambilan keputusan konsumen dalam memilih restoran yang ada di Kota Bandung. Berdasarkan metode yang digunakan, maka topik tersebut dirumuskan ke dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana preferensi konsumen dalam memilih restoran di Kota Bandung? 2. Bagaimana segmentasi dan profiling konsumen dalam memilih restoran di Kota Bandung? 1.4 Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah yang ada, maka penelitian ini ditujuan untuk: 1. Mengetahui preferensi konsumen dalam memilih restoran di Kota Bandung. 2. Mengetahui segmen dan profil konsumen restoran di Kota Bandung. 7
1.5 Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini dapat berguna bagi banyak pihak, diantaranya bagi penulis sendiri, perusahaan khususnya yang bergerak dalam bisnis restoran, serta pihak-pihak lain yang memerlukannya, seperti: 1. Kegunaan Akademis Dengan adanya penelitian ini, diharapkan penulis dapat menggunakan wawasan dan pengetahuannya guna mengaplikasikannya dalam keadaan sebenarnya serta dapat melatih menganalisis masalah secara sistematis dan konseptual. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi perusahaan khususnya yang bergerak dalam bisnis restoran. Kegunaanya diantara lain sebagai : a. Melihat tren dalam dunia kuliner khususnya dalam preferensi konsumen dalam memilih restoran. b. Mengembangkan strategi pemasaran dengan melihat kecenderungan dari tingkat preferensi konsumen. c. Melihat segmentasi konsumen restoran, agar strategi pemasaran dapat disusun dengan lebih terarah. 3. Kegunaan Umum Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak yang berkepentingan dan tertarik terhadap bahasan ini guna penelitian atau keperluan lainnya. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah suatu sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal yang dibahas dalam tiap-tiap bab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: 8
BAB I : PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjelasan secara umum mengenai obyek studi penelitian, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan diadakannya penelitian, ruang lingkup penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dikemukakan dengan jelas mengenai hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Bab ini meliputi uraian tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari analisis penelitian, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran. BAB III : METODE PENELITIAN PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan tentang pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data sehingga dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menjelaskan mengenai deskripsi objek penelitian, hasil analisis dan pengolahan data beserta pembahasannya, yang disajikan secara kronologis dan sistematis sesuai dengan lingkup penelitian serta konsisten dengan tujuan penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran maupun rekomendasi yang dapat diberikan kepada perusahaan dan pihak lain yang membutuhkan 9