BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara dan pembangunan nasional adalah pajak. Pemungutan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. selalu melakukan pembangunan guna kemajuan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

PENGARUH PEMAHAMAN PROSEDUR PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN DI KPP PRATAMA KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan. Semakin pesatnya pembangunan dalam suatu negara merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang sampai dengan saat ini sedang giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kemakmuran rakyatnya secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang adil, sejahtera, aman, dan tertib. Dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan dana yang relatif besar. Dana yang diperlukan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan melalui iuran wajib dari warga negaranya yang disebut pajak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sesuai dengan yang kita ketahui bahwa penerimaan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional. yaitu mulai berlakunya sistem pemungutan pajak self assessment system sejak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Pendapatan dari penerimaan pajak yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

Perpajakan 1. Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil

PENDAHULUAN. pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Pajak adalah iuran rakyat

I. PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan yang sangat besar dalam pembagunan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. memaksa Indonesia untuk terus mencari cara guna menstabilkan kondisi yang ada.

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. dari negara. Seperti yang tercantum dalam pancasila, sila ke-5 yang berbunyi :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila sektor perekonomiannya

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Widyatama

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil dari pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan penerimaan negara yang yang berasal dari dalam negeri tanpa harus

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pemungutan tetapi hanya merupakan pemberian sukarela

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan dengan beragamnya cara pandang penduduk Indonesia, maka diperlukan suatu peraturan atau hukum yang dapat mengatur cara hidup mereka. Salah satu hukum yang harus ditaati adalah hukum pajak. Hukum pajak termasuk hukum publik dimana hukum tersebut bersifat memaksa dan apabila tidak dipatuhi akan mendapatkan sanksi. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum juga merupakan suatu pungutan sebagian kekayaan yang dilakukan oleh sektor publik dari sektor swasta berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sektor publik di sini adalah negara yang operasionalnya adalah pemerintah sedangkan sektor swasta adalah orang pribadi atau badan yang dikenal dengan istilah Wajib Pajak (WP). Dengan pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional dan globalisasi serta reformasi diberbagai bidang dan setelah mengevaluasi perkembangan pelaksanaan undang-undang pajak penghasilan maka pemerintah memandang perlu untuk melakukan perubahan

undang-undang tersebut guna meningkatkan fungsi dan perannya dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional khususnya di bidang ekonomi. Banyak jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia antara lain, Pajak Penghasilan (PPh) yaitu pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak dalam suatu fiskal PPh di Indonesia dipungut dengan sistem self assessment merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Wajib pajak dengan kepercayaan untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya walaupun pada kenyataannya di lapangan tetap memberlakukan sistem official assessment disini merupakan suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak dan system with holding yang merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Pajak Penghasilan (disingkat PPh) dikenakan terhadap wajib pajak dalam suatu periode tertentu yang dinamakan tahun pajak. Berdasarkan hal ini maka perhitungan dan penghitungan PPh dilakukan sekali yang dituangkan dalam SPT tahunan, karena penghitungan PPh dilakukan setahun sekali, maka penghitungan ini harus dilakukan setelah satu tahun tersebut berakhir agar semua data penghasilan dalam satu tahun sudah diketahui. Untuk perusahaan tentu saja data penghasilan ini harus menunggu laporan keuangan selesai dibuat.

Dengan cara seperti itu tentu saja jumlah PPh terutang yang wajib dibayar baru dapat diketahui ketika suatu tahun pajak telah berakhir agar pembayaran pajak tidak dilakukan sekaligus yang tentunya akan memberatkan maka dibuatlah mekanisme pambayaran pajak di muka atau pembayaran cicilan setiap bulan pembayaran angsuran atau cicilan ini dinamakan pajak penghasilan pasal 25. Cara menghitung PPh pasal 25 merupakan besarnya angsuran PPh pasal 25 harus dihitung sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Pada umumnya cara menghitung PPh pasal 25 didasarkan kepada data SPT tahunan tahun sebelumnya artinya kita mengasumsikan bahwa penghasilan tahun ini sama dengan penghasilan tahun sebelumnya. Tentu saja nanti akan ada perbedaan dengan kondisi sebenarnya ketika tahun pajak sekarang sudah berakhir Selisih tersebutlah yang kita bayar sebagai kekurangan pajak akhir tahun, kekurangan bayar akhir tahun ini biasa dinamakan restitusi atau wajib pajak meminta kelebihan pembayaran pajak yang telah dilakukan. Pada umumnya angsuran pajak ini adalah sebesar pajak penghasilan terutang menurut SPT tahunan pajak penghasilan tahun lalu dikurangi dengan kredit pajak penghasilan dan dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. Dalam rencana penelitian ini difokuskan hanya terdapat subjek pajak badan saja, dan diuraikan bagaimana perhitungan, pemotongan, penyetoran dan pelaporan pada PPh pasal 25nya saja. PPh pasal 25 merupakan angsuran pajak dalam tahun berjalan berdasarkan perhitungan tahun sebelumnya dari wajib pajak yang bersangkutan, yang pada akhir tahun pajak berfungsi sebagai kredit pajak dari pajak yang seharusnya dibayar.

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan PPh pasal 25 pada umumnya, dalam pelaksanaan pemungutan pajak yang berlaku saat ini adalah adanya kendala yang selalu timbul yaitu kurangnya penciptaan kondisi yang kondusif, dan kurangnya persamaan persepsi antara masyarakat sebagai pembayar pajak dengan pemerintah sebagai pemungut pajak karena kurangnya pemahaman dari masyarakat tentang arti pajak, sebagai contoh pemerintah memberikan penjelasan berupa iklan di media elektronik dan penyuluhan kepada anggota koperasi. Adapun hambatan dalam pemungutan pajak di setiap negara pada umumnya masyarakat memiliki kecenderungan untuk meloloskan diri dari pembayaran pajak Membayar pajak adalah suatu aktivitas yang tidak bisa lepas dari kondisi behavior wajib pajak. Faktor yang bersifat emosional akan selalu menyertai pemenuhan kewajiban perpajakan. Permasalahan tersebut berakar pada kondisi membayar pajak adalah suatu pengorbanan yang dilakukan warga negara dengan menyerahkan sebagian hartanya kepada negara dengan sukarela, tentunya ini menjadi suatu hal yang memerlukan kesukarelaan yang luar biasa dari masyarakat dalam usahanya memenuhi kewajiban parpajakannya. Usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meloloskan diri dari pajak merupakan usaha yang disebut perlawanan terhadap pajak. Usaha tidak membayar pajak atau memanipulasi jumlah pajak maupun meminimalisasikan jumlah pajak yang harus dibayar tentunya menjadi hambatan dalam pemungutan pajak. Perlawanan terhadap pajak ini akan mempengaruhi jumlah penerimaan negara dari sektor pajak.

Berbagai bentuk perlawanan sebagai bentuk reaksi ketidakcocokkan ataupun ketidakpuasan terhadap diberlakukannya pajak seringkali diwujudkan dalam bentuk perlawanan pasif dan perlawanan aktif. Perlawanan pasif merupakan kondisi yang mempersulit pemungutan pajak yang timbul dari kondisi struktur perekonomian, kondisi sosial masyarakat perkembangan intelektual penduduk, moral warga masyarakat, dan tentunya sistem pemungutan pajak itu sendiri.struktur perekonomian suatu negara berdasarkan pada fundamental ekonomi makro, jika fundamental ekonomi makronya kuat dan sehat tentunya struktur perekonomian negara akan kuat. Faktor yang mendasari ekonomi yang kuat diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan jumlah penduduk. Faktor-faktor kondisi sosial seperti kemiskinan, keterbelakangan, dapat menyebabkan investasi fisik maupun investasi sumber daya manusia rendah, sehingga mengakibatkan tingkat produktivitas rendah, yang berakibat pada pendapatan rendah intelektual penduduk yang merupakan hasil dari fundamental ekonomi yang belum sehat dan kuat tentunya akan menghasilkan tingkat intelektual yang rendah. Moral masyarakat akan mempengaruhi pengumpulan pajak oleh fiskus. Dengan integritas tinggi tentunya pemenuhan kewajiban perpajakan akan lebih baik dimana voluntary compliance wajib pajak berada pada posisi yang baik. Sistem pemungutan pajak suatu negara yang baik, adalah yang berdasarkan pada prinsipprinsip adil, kepastian hukum, ekonomis dan convenience.

Sedangkan perlawanan aktif merupakan usaha masyarakat untuk menghindari menyelundupkan, memanipulasi, melalaikan dan meloloskan pajak yang langsung ditujukan kepada fiskus. Penghindaran pajak merupakan usaha yang sama yang tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, menghindari pajak merupakan gejala biasa, biasanya dilakukan dengan penahanan diri, yang mengurangi atau menekan konsumsinya dalam barang-barang yang dapat dikenakan pajak. Pengelakan atau penyeludupan pajak merupakan usaha aktif wajib pajak dalam hal mengurangi, menghapus, manipulasi illegal terhadap utang pajak atau meloloskan diri untuk tidak membayar pajak sebagaimana yang telah terutang menurut aturan perundang-undangan. Melalaikan pajak merupakan ketidaktahuan (ignorance) yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut, kesalahan (error) yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tetapi salah hitung, dan kesalahpahaman (negligence) yaitu wajib pajak alpa untuk menyimpan buku beserta bukti-buktinya secara lengkap. Upaya untuk mengatasi masalah dalam pelaksanaan PPh pasal 25 selama ini adalah perusahaan harus meningkatkan kinerja usahanya, supaya perusahaan tersebut dapat melaksanakan pembayaran PPh pasal 25 selama setahun, dan perusahaan tersebut harus dapat meningkatkan usahanya dari sektor pinjaman dan penimbaan jasa pada anggota koperasi dan penarikan jasa atau bunga pada anggota koperasi.

Pelaksanaan PPh pasal 25 di Koperasi Pedagang Pasar Baru Bandung pada umumnya, dalam penyetoran pengerjaannya dilakukan pada per 31 Desember sedangkan dilaporkan dan disetorkan pada tanggal 25 Maret tahun berikutnya karena harus melaksanakan dulu rapat anggota koperasi pada bulan Februari yang sudah ditentukan, dan pada bulan tersebut sudah ada ketentuannya dari tugas pertanggungjawaban pengurus selama satu tahun kepada anggotanya. Adapun kendala yang dihadapi di Koperasi Pedagang Pasar Baru Bandung adalah dalam pembayaran pajak tahun berikutnya dihitung dari Sisa Hasil Usaha (SHU) tahun sebelumnya, sedangkan dalam pelaksanaan untuk pelaporan tersebut belum bisa diprediksi dari hasil keuntungan yang diperoleh perusahaan, apakah ada kemajuan atau tidaknya perusahaan dalam memperoleh sisa hasil usaha tersebut, sedangkan pemerintah menetapkan harus membayar atau memaksakan pembayaran penghasilan setahun yang lalu dari perusahaan. Sedangkan di Koperasi Pedagang Pasar Baru Bandung dalam pelaksanaan PPh pasal 25, tidak mendapatkan masalah khusus karena, sudah biasa melaporkan setiap tahunnya kepada Pemerintah Direktorat Jenderal Pajak. Berdasarkan pemikiran tersebut penulis merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang pelaksanaan perhitungan, pemotongan, penyetoran dan pelaporan pada PPh pasal 25, untuk penyusunan laporan tugas akhir dengan judul : Tinjauan atas Pelaksanaan PPh Pasal 25 Badan pada Koperasi Pedagang Pasar Baru Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan perhitungan, pemotongan, penyetoran dan pelaporan kewajiban PPh pasal 25 di Koperasi Pedagang Pasar Baru Bandung? 2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan kewajiban PPh pasal 25 di Koperasi Pedagang Pasar Baru Bandung? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala/hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kewajiban PPh pasal 25 di Koperasi Pedagang Pasar Baru Bandung? 1.3 Tujuan Kerja Praktik Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan kerja praktik ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan kewajiban PPh pasal 25 di Koperasi Pedagang Pasar Baru Bandung. 2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan kewajiban PPh pasal 25 di Koperasi Pedagang Pasar Baru Bandung. 3. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala/hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kewajiban PPh pasal 25 di Koperasi Pedagang Pasar Baru Bandung.

1.4 Kegunaan Kerja Praktik Adapun kegunaan kerja praktik yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1. Koperasi Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan yang diperoleh selama belajar dan praktik di perusahaan. 2. Penulis Hasil penelitian ini merupakan pengalaman berharga dimana penulis dapat menambah pengetahuan dan memperoleh gambaran yang nyata mengenai bagaimana penerapan teori-teori yang telah dipelajari, terutama dalam meningkatkan pemahaman dan wawasan keilmuan dibidang perpajakan khususnya tentang pajak PPh pasal 25. 3. Pihak Lain Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pihak lain dan sebagai panduan untuk melakukan penelitian objek pajak/masalah yang sama dan dapat menjadi bahan masukan. 1.5 Metode Laporan Tugas Akhir Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam menyusun tugas akhir: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Merupakan penelitian langsung pada objek penelitian, dengan cara :

a. Observasi Melakukan pengumpulan data secara langsung yang terjadi dalam perusahaan disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh penulis. b. Interview Dalam hal ini penulis melakukan komunikasi langsung dengan pihakpihak yang berkepentingan untuk mengamati masalah yang sedang dihadapi oleh penulis. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Merupakan usaha mengumpulkan data sekunder dengan jalan melakukan penelitian terhadap literatur buku referensi dan sumber lain yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data sekunder yang dapat digunakan sebagai dasar dan pedoman yang dapat dipertanggungjawabkan. 1.6 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik Untuk memperoleh data guna penulisan laporan tugas akhir ini, penulis melakukan kerja praktik di Koperasi Pedagang Pasar Baru Bandung yang berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata No 70 Bandung. Sedangkan waktu kerja praktik dimulai tanggal 7 April 2010 sampai dengan 7 Agustus 2010.