BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Return Saham Return saham merupakan hasil atau keuntungan yang diperoleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya. Jogiyanto (2000 : 143) membedakan return saham menjadi dua jenis yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung secara relatif. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko mendatang. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan bersifat tidak pasti. Rate of Return adalah tingkat pengembalian saham atau investasi yang dilakukan. Komposisi penghitungan rate of return saham terdiri dari capital gain (loss) dan dividen. Capital gain (loss) merupakan selisih laba/rugi yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham relatif lebih tinggi atau rendah dibandingkan harga saham periode sebelumnya. Sedangkan dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan pada periode tertentu sesuai dengan keputusan manajemen. Dividen yang merupakan yield bisa berupa angka nol (0) dan positif (+). Untuk menghitung rate of return digunakan rumus sebagai berikut ROR = Capital gain (loss) + Yield 7
8 P t P P t 1 t 1 + D P t t 1 P t P t 1 + P t 1 D t x 100% dimana : P t = Harga saham sekarang P t-1 = Harga saham periode lalu D t = Dividen yang dibayarkan sekarang atau dengan rumus berikut : ROR = [(D.YD / H.S) + (KHS / H.S)] x 100% dimana : D.YD = Dividen Yield KHS = Kenaikan harga pasar saham dibandingkan dengan harga pembeliannya. Dapat juga dihitung sebagai berikut : ROR = [(P1 P0 + Div) / P0] x 100% Dimana : ROR = tingkat pengembalian investasi P1 = harga sekuritas pada akhir periode 1 P0 = harga sekuritas pada awal periode 0 Div = dividen yang dibayarkan selama periode tersebut.
9 2. Return on Asset (ROA) Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset). Operating asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. Pengukuran kinerja keungan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA (Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba. Keunggulan dan kelemahan ROA adalah sebagai berikut : Keunggulan ROA adalah sebagai berikut : a. ROA merupakan pengukuran yang komparatif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini. b. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.
10 c. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha. Kelemahan ROA adalah sebagai berikut : a. Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya projectproject tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara keseluruhan. b. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang. c. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Budget pemasaran dan penggunaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang. Menurut Darsono (2005 : 56) Return on asset disebut juga earning power menurut system Du pont. Rasio ini mengambarkan kemampuan perusahaan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan
11 Menurut Horne dan Wachowicz (1997: 147) rasio ini merupakan rasio keuntungan yang menghubungkan laba dengan investasi. Menurut Ang (1997: 183) profitabilitas mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva. Rumus untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut: ROA= x100% 3. Return on Equity (ROE) ROE menunjukkan kemampuan tingkat pengembalian perusahaan atas modal yang digunakan atau equity yang disediakan oleh investor. Menurut Jones (2002 : 121) "ROE menunjukkan prospek perusahaan dalam meningkatkan laba terhadap equity yang digunakan perusahaan. ROE merupakan kunci utama dalam menentukan pertumbuhan earning dan juga pertumbuhan dividen". Hubungannya dengan PER adalah semakin tinggi laba yang diinvestasikan maka semakin tinggi pula earning. ROE sebagai salah satu bagian yang sangat penting dalam analisa untuk menentukan sustainable growth rate dalam earning dan dividen. Menurut Jones ( 2002 : 120) " Nilai ROE mengindikasikan bagaimana sebuah perusahaan dapat tumbuh dengan menggunakan kemampuan internal perusahaan (equity) tanpa melakukan penambahan atau penerbitan saham". Rasio ini menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian para pemegang saham. "Semakin tingi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat
12 kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Sebagai pembanding untuk rasio ini adalah tingkat suku bunga bebas resiko misalnya suku bunga efektif Bank Indonesia". (Darsono, 2005:57) Rumus untuk menghitung ROE adalah sebagai berikut : ROE= x100% 4. Pertumbuhan Laba Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Sedangkan pengertian laba menurut Chariri dan Ghozali (2003: 213) adalah " kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi peranan modal". Pertumbuhan laba merupakan kenaikan laba atau penurunan laba pertahun. Indikator perubahan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak, tidak termasuk item extra ordinary dan discontinued operation. Menurut Zainuddin dan Jogiyanto (1999) Penggunaan laba sebelum pajak sebagai indikator perubahan laba dimaksudkan untuk menghindari pengaruh penggunaan tarif pajak yang berbeda antar periode yang dianalisis. Alasan mengeluarkan item extra ordinary dan discontinued operation dari laba sebelum pajak adalah untuk menghilangkan elemen yang mungkin meningkatkan perubahan laba yang mungkin tidak akan timbul dalam periode yang lainnya.
13 Rumus untuk mengetahui perubahan laba yang terjadi pada perusahaan adalah sebagai berikut. Yn = x 100 % dimana : Yn = Laba Tahun Periode Sekarang Y(n-1) = Laba Periode Sebelumya 5. Earning Per Share (EPS) Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M (2001) pengertian laba per lembar saham atau EPS yaitu merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. Laba merupakan alat ukur utama kesuksesan suatu perusahaan, karena itu para pemodal seringkali memusatkan perhatian pada besarnya earning per share (EPS) dalam melakukan analisis saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Dengan memperhatikan EPS maka investor dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di pasar modal. EPS dipengaruhi oleh pendapatan perusahaan. "Jika pendapatan perusahaan tinggi maka EPS juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya. Hal ini yang akan mempengaruhi harga saham, karena pergerakan harga saham pengaruh awalnya adalah pendapatan perusahaan " (Husnan, 1998 : 287). Untuk menganalisis penyebab perubahan EPS dapat digunakan analisis rasio laba (Fabozzi, 1999: 386) "Rasio laba menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas serta manajemen aktiva dan
14 kewajiban terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba". Laba per lembar saham dapat dihitung dengan rumus : EPS = x100% B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah penelitian Dyah Kumala Trisnaeni (2007) yang menganalisis mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, dan I.G.K.A. Ulupui (2009) menganalisis mengenai pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham (studi pada perusahaan makanan dan minuman di BEJ). Nama Peneliti (Tahun ) Trisnaeni (2007) Artatik (2007) Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Variabel Penelitian Hasil Penelitian - Variabel Independen : EPS, PER, DER, ROI dan ROE - Variabel Dependen : Return saham - Variabel Independen : Earning Per Share dan Price Earning Ratio - Variabel Dependen : Return saham rasio keuangan yang terdiri dari rasio EPS, PER, DER, ROI dan ROE tidak berpengaruh secara serentak terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta secara simultan ada pengaruh antara EPS dan PER terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEJ. Secara parsial EPS berpengaruh terhadap return saham sedangkan PER tidak berpengaruh terhadap return saham
15 Ulupui (2009) - Variabel Independen : Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, Return On Asset, Inventory Turn Over dan Price Earning Ratio - Variabel Dependen : Return saham current ration dan return on asset, berpengaruh positif dan signifikan sedangkan debt to equity rasio berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan dan total asset turn over berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Variabel independen (current ratio, debt to equity ratio, asset turn over, return on asset) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap return saham satu tahun ke depan C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka konseptual Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu di atas maka kerangka konseptual penelitian adalah sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Return On Asset (ROA) Return On Equity (ROE) Pertumbuhan Laba Return Saham Earning Per Share (EPS) Sumber, Penulis 2010
16 "Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis" (Jurusan Akuntansi, 2004 : 13). Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu return on asset, return on equity, pertumbuhan laba dan earning per share. ROE adalah rasio antara laba terhadap modal sendiri (equity) dimana semakin naik ROE berarti pada pemegang saham (stakeholder) menikmati porsi laba yang semakin besar. ROE merupakan parameter yang menunjukkan tingkat imbal hasil atas investasi yang ditanamkan oleh pemegang saham dalam perusahaan. Bila ROE tinggi berarti para investor menikmati kesejahteraan yang lebih baik dan begitu juga sebaliknya. Rasio ROE seringkali dipakai investor di bursa untuk mengukur tingkat hasil investasi bila dia membeli saham tersebut. Karena itu ROE memiliki pengaruh terhadap return saham, dimana saham perusahaan yang memiliki ROE tinggi cenderung membukukan return yang positif. ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Dalam perhitungannya ROA hanya menggunakan laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva perusahaan. Sama halnya dengan ROE dimana kenaikan pada ROE berpengaruh positif terhadap return saham. Pertumbuhan laba adalah perbandingan peningkatan laba periode sekarang dengan periode yang lalu. Pertumbuhan laba yang baik menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Investor melihat perusahaan yang
17 memiliki pertumbuhan yang baik pasti memiliki harga saham yang relatif meningkat sehingga ini sangat menguntungkan bagi investor. Pertumbuhan laba berpengaruh positif terhadap return saham. Earning per share adalah rasio laba bersih terhadap jumlah saham yang beredar. Peningkatan pada earning per share menunjukkan perusahaan mengalami peningkatan laba yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal ini berdampak positif terhadap harga saham perusahaan. Harga saham perusahaan yang terus meningkat dapat meningkatkan return para pemegang saham. Earning per share berpengaruh positif terhadap return saham. 2. Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Erlina (2007 : 41) menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sementara bahwa return on asset. return on equity pertumbuhan laba dan earning per share berpengaruh baik secara simultan dan parsial terhadap return saham per industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI).