BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sebelum melaksnakan pembelajaran guru terlebih dulu membuat Rencana Proses Pembelajaran (RPP), judul penelitian ini terkait dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

PENGGUNAAN STRATEGI DISKUSI DAN SIMPOSIUM DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI KEUNGGULAN IKLIM DI INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANYUDONO

BAB IV GAMBARAN UMUM

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING BERDASARKAN KEJADIAN BENCANA ALAM PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. Definisi kekeringan dalam Permasalahan Kekeringan dan Cara. lebih panjang akan mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan air

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

PENEMPATAN TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TENGAH,

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG. Bab 1 Pendahuluan 1-1

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah merupakan sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

REKAP JUMLAH KELAS GELOMBANG 5 ( 2 s/d 6 JULI 2014 ) PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

DAFTAR NOMINASI SEKOLAH PENYELENGGARA UN CBT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB I. yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Hindia- Benua Australia dan lempeng

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

PEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang disebut tujuan pendidikan (Sukmadinata, 2012: 24). Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Undang - Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional). Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional, salah satunya dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung maupun tidak langsung (Rusman, 2011: 132). Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku peserta didik adalah belajar (Rusman, 2011: 131). Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. komponen tersebut antara lain guru, siswa, tujuan, materi, media dan sarana prasarana. Komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Strategi pembelajaran merupakan rancangan prosedural yang memuat tindakan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan. Strategi pembelajaran mencakup tujuan pembelajaran, materi atau bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, media pembelajaran, penggelolaan kelas dan penilaian (Suprihatiningrum, 2013: 153). 1

2 Salah satu strategi pembelajaran yang pola umumnya cooperatif learning adalah diskusi dan simposium. Strategi pembelajaran diskusi dan simposium merupakan sebuah strategi belajar kooperatif dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif diskusi dan simposium merupakan strategi belajar yang memaparkan suatu seri pembicara dalam berbagai kelompok topik dalam bidang materi tertentu ( Hamdani, 2011:163). Pembelajaran tentang materi keunggulan iklim di Indonesia sangat sesuai menggunakan strategi diskusi dan simposium. Bahasan dalam materi ini membutuhkan proses diskusi untuk memahami iklim apa yang ada di Indonesia, mengapa Indonesia memiliki iklim tersebut, kelemahan dan kelebihan iklim di Indonesia, potensi bencana apa saja yang diakibatkan oleh iklim yang ada di Indonesia dan lain sebagainya. Strategi diskusi dan simposium mendorong siswa belajar mengungkapkan pendapat tentang materi yang dipelajari. Masing-masing kelompok mendiskusikan materi dan menunjuk perwakilan kelompok untuk menjelaskan kepada kelompok lain hasil diskusinya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang memegang peranan penting baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia pendidikan. IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama ( Soemantri, Numan dalam Kemendikbud, 2014: 8). IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative social studies, bukan sebagai disiplin ilmu. IPS adalah pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berfikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial. Tujuan pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam melaksanakan pembelajaran

3 pada semua jenis dan jenjang pendidikan (Arifin, Zainal. 2011: 1). Sedangkan Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat dengan pendidikan karakter (Yani, Ahmad. 2014: 54). Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Dengan demikian apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik (Mulyasa, 2014: 7). Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun yang sifatnya tetap. Iklim merupakan kebiasaan alam yang digerakkan oleh gabungan unsur-unsur iklim yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lain, karena adanya pengaruh dari faktor-faktor iklim. Pengetahuan tentang iklim perlu dipelajari karena memiliki pengaruh pada kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan (Kartasapoetra, 2004: 1-2). Iklim di Indonesia memiliki banyak keunggulan, tetapi dibalik itu terdapat sisi negatif yaitu berkaitan dengan terjadinya bencana. seperti yang kita ketahui Indonesia merupakan negara yang rawan bencana alam. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor (Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB). Salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah bencana banjir. Daerah rawan banjir dapat dilihat pada gambar 1.1 Peta rawan banjir Provinsi Jawa Tengah. Strategi pembelajaran merupakan rangkaian prosedur yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. tidak ada satu pun strategi pembelajaran yang lebih unggul dibandingkan dengan strategi pembelajaran

4 yang lainnya, tetapi pemilihan strategi pembelajaran yang kurang sesuai dapat mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari kurang aktifnya peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru sebagai ujung tombak pembelajaran harus mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi agar terjaminnya kualitas pembelajaran. SMP Negeri 2 Banyudono adalah salah satu sekolah menengah pertama yang ada di Kabupaten Boyolali. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang banyak peminatnya dari daerah di sekitar Kecamatan Banyudono. Berdasarkan data siswa 3 tahun terakhir jumlah siswa sebanyak 252 siswa yang terbagi dalam 7 kelas setiap angkatannnya namun 2 tahun terakhir jumlah muridnya bertambah menjadi 288 siswa yang terbagi dalam 8 kelas setiap angkatannya. Sekolah ini pada proses pembelajarannya masih menggunakan metode konvensional. Metode pembelajaran konvensional merupakan suatu metode pembelajaran seadanya tanpa menggunakan strategi tertentu. Pembelajaran konvensional hanya berpusat pada guru. penggunaan metode konvensional meminimalkan peran aktif peserta didik karena pembelajaran terjadi dan berpusat pada satu arah yaitu guru saja. peserta didik banyak yang ramai dan membuat gaduh di kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga tidak fokus pada materi pelajaran yang diajarkan. kondisi ini menyebabkan rendahnya partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran yang terlihat dengan rendahnya peserta didik yang mengajukan pertanyaan baik diawal pembelajaran maupun diakhir pembelajaran. Minimnya penggunaan strategi pembelajaran dalam proses belajar mengajar membuat peserta didik merasa bosan sehingga mereka kurang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti ingin merencanakan penelitian dengan tema strategi pembelajaran. Peneliti memilih judul Penggunaan Strategi Pembelajaran Diskusi dan Simposium Dalam Pembelajaran IPS Kurikulum 2013 Materi Keunggulan Iklim di Indonesia Kelas VIII SMP Negeri 2 Banyudono. B. Identifikasi Masalah

5 Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diindentifikasi berbagai masalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS masih berjalan monoton dan kurang menyenangkan. 2. Kurangnya penerapan strategi pembelajaran yang interaktif dalam proses pembelajaran IPS yang berdampak pada kurang antusiasnya peserta didik mengikuti proses pembelajaran IPS. 3. Proses pembelajaran masih berpusat pada pendidik,bukan peserta didik. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi, maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskusi dan simposium. 2. Materi yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah materi keunggulan iklim di Indonesia. 3. Penelitian ini hanya dilakukan di SMP Negeri 2 Banyudono pada peserta didik kelas VIII. 4. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah strategi diskusi dan simposium dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS materi keunggulan iklim di Indonesia? 2. Apakah strategi diskusi dan simposium lebih efektif dari pada metode konvensional dalam mencapai tujuan pembelajaran materi keunggulan iklim di Indonesia? E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui apakah penerapan strategi pembelajaran diskusi dan simposium dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS materi keunggulan iklim di Indonesia.

6 2. Mengetahui efektifitas penerapan strategi pembelajaran diskusi dan simposium pada mata pelajaran IPS materi keunggulan iklim di Indonesia. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menemukan pengetahuan baru dalam penerapan strategi diskusi dan simposium terutama dalam pembelajaran IPS. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Sebagai masukan dalam memperluas pengetahuan mengenai strategi pembelajaran diskusi dan simposium terhadap mata pelajaran IPS khususnya pada materi Keunggulan Iklim di Indonesia. b. Bagi Sekolah Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. c. Bagi Peneliti Diharapkan dapat membuka wawasan dan menambah pengalaman dalam proses pembelajaran IPS menggunakan strategi pembelajaran diskusi dan simposium.

6 0'0" mu 109 0'0" Cilacap Temanggung Kendal Kebumen 110 0'0" Demak D.I.Y Boyolali Grobogan Klaten 111 0'0" Wonogiri Sukoharjo Karanganyar Kota Surakarta Sragen JAWA TENGAH KOTA SALATIGA Semarang Pati 111 0'0" Kudus Jepara Kota Semarang INDON ESIA Purworejo Magelang Wonoboso Banjarnegara Purbalingga Kota Magelang SAMU DERA Banyumas Tegal Pekalongan Kota Tegal Pemalang Batang Kota Pekalongan LAUT JAWA 110 0'0" Gambar 1.1 Peta Rawan Bencana Banjir Provinsi Jawa Tengah JAWA BARAT Brebes 109 0'0"mT JAWA TIMUR Blora Rembang 6 0'0" 7 0'0" 8 0'0" 9 0'0" 7 0'0" 8 0'0" 9 0'0" 20 20 40 ERA IN D ONESIA 110 0'0"E 111 0'0"E 111 0'0"E Disalin Oleh: Nur Khamidah A610110003 Sumber: Peta Administrasi Jawa Tengah Skala 1: 400.000 Indeks Rawan Bencana Indonesia (BNPB) Tahun 2011 109 0'0"E Daerah yang dipetakan SAMU D LAUT JAWA 110 0'0"E JAWA TENGAH 109 0'0"E BT Rendah Sedang Tinggi Tingkat Kerawanan Banjir Sungai Jalan Kereta Api Batas Kabupaten Garis Pantai Jalan Kolektor Jalan Arteri/Utama Batas Provinsi Kantor Kabupaten : 49 - S : W G S -1 9 8 4 Zon a Da tu m 60 Km : U n ive r sa l Tr an s ve r se M er ca to r : Tra n sv e rs e Me r ca to r 0 Skala 1: 2.000.000 Ko o rd in a t Pro y e ks i 2 U PETA RAWAN BENCANA BANJIR JAWA TENGAH Legenda 7 0'0"S LS 8 0'0"S 7 0'0"S 8 0'0"S