KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 10.1/Kpts-II/2000 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN MENTERI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR SK.159/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG RESTORASI EKOSISTEM DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 33/Kpts-II/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 82/KPTS-II/2001 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK. 55/Menhut-II/2006

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6887/KPTS-II/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 397/Kpts-II/2005

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 106 /KPTS-II/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.94/MENHUT-II/2005 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 146 Tahun 1999 Tentang : Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.17/MENHUT-II/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.398/MENHUT-II/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.428/MENHUT-II/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.192/MENHUT-II/2006 TENTANG

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.393/MENHUT-II/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2006 TENTANG INVENTARISASI HUTAN PRODUKSI TINGKAT UNIT PENGELOLAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

B. BIDANG PEMANFAATAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.186/MENHUT-II/2006 TENTANG

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR : 53 TAHUN 2002 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 47 / KPTS-II / 1998 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/KPTS-II/1999 TAHUN 1999 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.45/MENHUT-II/2006 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.343/MENHUT-II/2004 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2004

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.64/Menhut-II/2006 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 677/KPTS-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 732/Kpts-II/1998 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBAHARUAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 248 TAHUN 2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 251 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

this file is downloaded from

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6886/Kpts-II/2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 677/Kpts-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 744/Kpts-II/1990 TANGGAL : 13 Desember 1990

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 865/KPTS-II/1999 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK. 44/MENHUT-II/2004 TENTANG

this file is downloaded from

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR : 201/KPTS- IV/1998 TANGGAL : 27 Pebruari 1998

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2010

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 146/KPTS-II/2000 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.26/Menhut-II/2012

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 731/KPTS-II/1998 TENTANG TATA CARA PELELANGAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PEMANFAATAN HASIL BUKAN KAYU

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN IJIN USAHA HUTAN TANAMAN (IUHT) PT. TUNAS SAWAERMA

STANDARD DAN PEDOMAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU DARI HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT (IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKM)

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGUSAHAAN HUTAN NOMOR 135/KPTS/IV-PPHH/1998 TENTANG

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 132 TAHUN 2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 201/KPTS-II/1998. Tentang

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6886/Kpts-II/2002 TENTANG

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

R E P U B L I K I N D O N E S I A D E P A R T E M E N K E H U T A N A N J A K A R T A. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : SK.246/VI-BPHA/2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 399/Kpts-II/1990 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

FORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 249/KPTS-II/1998 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 85/Kpts-II/2001 Tentang : Perbenihan Tanaman Hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 80 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 49 TAHUN 2001

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG. PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN,

: Kepala Dinas Provinsi dan Kepala Dinas Kabupaten melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan Keputusan ini.

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6885/Kpts-II/2002 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 104/Kpts-II/2000 TENTANG TATA CARA MENGAMBIL TUMBUHAN LIAR DAN MENANGKAP SATWA LIAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (3) angka 4 huruf h Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, penetapan Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hasil Hutan Dalam Hutan Produksi Secara Lestari menjadi kewenangan Pemerintah; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut butir a, maka dipandang perlu menetapkan Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hasil Hutan Dalam Hutan Produksi Secara Lestari, dengan Keputusan Menteri Kehutanan. Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 5. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 7. Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 8. Keputusan Presiden Nomor 234/M Tahun 2000 tentang Pembentukan Kabinet Periode Tahun 1999-2004 jo Keputusan Presiden Nomor 289/M Tahun 2000. MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI. PERTAMA: KEDUA: Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hasil Hutan Dalam Hutan Produksi Secara Lestari adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini. Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hasil Hutan Dalam Hutan Produksi Secara Lestari sebagaimana tersebut pada diktum PERTAMA menjadi: a. pedoman Gubernur dan Bupati/Walikota dalam menetapkan Peraturan Daerah;

KETIGA: KEEMPAT: KELIMA: b. pedoman yang harus dilaksanakan oleh Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan termasuk pemegang Hak Pengusahaan Hutan yang masih berlaku dalam melaksanakan pengelolaan hutan produksi yang dipercayakan kepadanya. Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana diatur dalam Keputusan ini diancam dengan pidana, ganti rugi maupun sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 610/Kpts-IV/1993 dan Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor 208/Kpts/IV-Set/1993 dinyatakan tidak berlaku lagi. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : JAKARTA pada tanggal : 6 November 2000 MENTERI KEHUTANAAN DAN PERKEBUNAN, Tanda tangan Dr. Ir. NUR MAHMUDI ISMA IL, M.Sc Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: 1. Sdr. Menteri Negara Koordinator Bidang Perekonomian. 2. Sdr. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. 3. Sdr. Menteri Negara Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 4. Sdr. Menteri Negara Lingkungan Hidup. 5. Sdr. Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan. 6. Sdr. Gubernur Propinsi di seluruh Indonesia.

7. Sdr. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi di seluruh Indonesia. 8. Sdr. Bupati/ Walikota di seluruh Indonesia. 9. Sdr. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi di seluruh Indonesia. 10. Sdr. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/ Kota di seluruh Indonesia. 11. Sdr. Kepala Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah di seluruh Indonesia. 12. Sdr. Kepala Balai Eksploitai Hutan dan Pengujian Hasil Hutan di seluruh Indonesia. 13. Sdr. Kepala Loka Eksploitasi dan Pengujian Hasil Hutan di seluruh Indonesia.

LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 Tanggal : 6 Nopember 2000 KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI No. KEGIATAN KRITERIA STANDAR (1) (2) (3) (4) PEMAN- FAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKS I 1. Kepastian dan Keamanan Sumber Daya Hutan a. Kepastian Kawasan a. 1. Telah dicadangkan sebagai areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan (IUPHH). a. 2. Telah ditata batas. a. 3. Telah dikukuhkan sebagai batas IUPHH. a. 4. Telah ditetapkan sebagai areal IUPHH. a.1.1. Ada surat pencadangan areal IUPHH. a.2.1. Ada berita acara pemancangan batas. a.2.2. Ada register pemancangan a.2.3. Ada pal-pal batas terlihat jelas di lapangan (sesuai Berita Acara (BA) pemancangan batas) a.3.1. Ada SK pengukuhan tata batas Unit IUPHH. a.4.1. Ada SK IUPHH. b. Kepastian Potensi b.1. Telah dilakukan penginderaan jarak jauh b.1.1. Telah dilakukan pemotretan b.1.2. Telah dilakukan penafsiran vegetasi b.1.3. Telah dilakukan penafsiran topografi/ garis bentuk b.1.4. Telah dimanfaatkannya potret udara. Peta penafsiran vegetasi dan peta penafsiran garis bentuk. 2. Kontinuitas Produksi a. Inventarisasi hutan a.1. Telah dilakukan inventarisasi untuk Rencana Karya Ijin Usaha Pemanfaatan b.1.1.1. Ada potret udara hitam putih, panchromatic/ir skala 1 : 20.000 yang mencakup seluruh areal kerja. b.1.2.1. Ada peta penafsiran vegetasi skala 1 : 25.000 yang mencakup seluruh areal kerja. b.1.3.1. Ada peta penafsiran topografi skala 1 : 25.000 yang mencakup seluruh areal kerja. b.1.4.1. Ada peta potret udara, peta penafsiran vegetasi dan peta penafsiran garis bentuk yang digunakan di dalam rencana penataan dan pembukaan wilayah a.1.1. Ada dokumentasi hasil inventarisasi. a.1.2. Ada sistem penyimpanan dokumen hasil inventarisasi.

Hasil Hutan (RKIUP- HH) a.2. Telah dilakukan inventarisasi untuk Rencana Karya Lima Tahunan (RKL) Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan/Pengusahaan Hutan. a.3. Telah dilakukan inventarisasi untuk Rencana Karya Tahunan (RKT) Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan/Pengusahaan Hutan. a.1.3. Ada penetapan Annual Allowable Cut (AAC) selama jangka pengusahaan hutan/ijin usaha pemanfaatan hutan. a.1.4. Ada penataan areal non produktif, tanah kosong dan lain-lain. a.1.5. Ada rencana pelaksanaan Pengusahaan Hutan/Usaha Pemanfaatan Hutan yang menggambarkan blok-blok Rencana Karya Lima Tahunan. a.2.1. Ada berita acara pembuatan blokblok RKL (sesuai BA pembuatannya). a.2.2. Ada batas blok RKL yang jelas sesuai berita acara pembuatan blok RKL. a.2.3. Ada dokumentasi hasil inventarisasi. a.2.4. Ada sistim penyimpanan dokumen hasil inventarisasi. a.2.5. Ada penetapan AAC selama jangka 5 th Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan/Pengusahaan Hutan. a.2.6. Ada penataan areal non produktif, tanah kosong, padang alang-alang, dan lain-lain. a.2.7. Ada peta rencana pelaksanaan usaha pemanfaatan hasil hutan/pengusahaan hutan yang menggambarkan blok-blok RKL, RKT dan petak tebangan. a.2.8. Ada register pemeliharaan batas blok RKL. a.3.1. Ada berita acara pembuatan blokblok RKT dan petak tebangan. a.3.2. Ada batas blok tebangan yang jelas di lapangan. a.3.3. Ada dokumentasi hasil inventarisasi. a.3.4. Ada sistim penyimpanan dokumen hasil inventarisasi. a.3.5. Ada penetapan Jatah Produksi Tahunan (JPT) untuk RKT. a.3.6. Ada peta pohon skala 1 : 2.000/1 : 1.000 yang menggambarkan letak dari jenis pohon yang akan ditebang, pohon inti, pohon induk dan pohon yang dilindungi. a.3.7. Ada peta rencana pelaksanaan usaha pemanfaatan hasil hutan/pengusahaan hutan yang menggambarkan tempat-tempat

pengumpulan kayu (TPK/TPn). a.3.8. Ada peta yang menggambarkan tempat-tempat yang tidak ada/miskin permudaan. a.3.9. Ada peta kerja skala 1 : 20.000. a.3.10. Ada register pemeliharaan batas blok RKT dan batas petak tebangan. b. Penentuan sistim silvikultur b.1. Telah dipilih sistim silvikultur yang sesuai dengan tipe hutan, topografi lapangan. c. Perencanaan c.1. Telah disusun Rencana Karya selama jangka waktu usaha pemanfaatan hasil hutan (RKPUHH) /pengusahaan hutan (RKPH). c.2. Telah disusun RKL. c.3. Telah disusun RKT. d. Produktivitas areal dalam jangka panjang. d.1. Telah ditetapkan rotasi tebangan. b.1.1. Ada pedoman sistim silvikultur yang dipilih. b.1.2. Ada pedoman pembuatan jalan angkutan, jalan sarad, dan jembatan. b.1.3. Ada pedoman penebangan, penyaradan, dan pengangkutan. b.1.4. Ada bukti pelaksanaan sistim silvikultur, pembuatan jalan, angkutan, jembatan, penebangan. c.1.1. Ada pedoman penyusunan RKUPHH/RKPH. c.1.2. Ada buku RKUPHH/RKPH yang disusun sesuai dengan c.1.3. Ada monitoring dan evaluasi pelaksanaan RKUPHH/KPH berdasarkan RKL berjalan. c.2.1. Ada pedoman penyusunan RKL. c.2.2. Ada buku RKL yang disusun sesuai dengan c.2.3. Ada monitoring dan evaluasi pelaksanaan RKL berdasarkan RKT berjalan. c.3.1. Ada pedoman penyusunan RKT. c.3.2. Ada buku RKT yang disusun sesuai dengan c.3.3. Ada laporan pelaksanaan RKT. c.3.4. Ada monitoring dan evaluasi pelaksanaan RKT. d.1.1. Ada peta kerja yang menggambarkan areal produksi netto. d.1.2. Ada penetapan AAC yang didasarkan atas luas dan potensi areal produksi netto. d.1.3. Ada laporan pelaksanaan RKT yang dilakukan hanya pada areal produksi netto. d.1.4. Ada sistim monitoring dan evaluasi pelaksanaan produksi yang

dilengkapi sarana dan teknologi yang menjamin dapat dipantaunya pelaksanaan produksi hanya dilakukan pada areal netto (ada sistim, citra landsat TM/SPOT skala 1 : 100.000 tahun terakhir, dan GSP). d.1.5. Ada hasil monitoring dan evaluasi. d.1.6. Ada dokumentasi hasil monitoring dan evaluasi. d.2. Pemanfaatan hutan sekunder, areal tidak produktif dan tanah kosong. d.3. Telah dilaksanakan pemanfaatan hutan areal bekas tebangan atau Log Over Area (LOA). d.2.1. Ada pedoman pemanfaatan hutan. d.2.2. Ada rencana pemanfaatan hutan. d.2.3. Ada bukti pelaksanaan pemanfaatan hutan yang dapat dilihat langsung di lapangan. d.2.4. Ada monitoring dan evalusi pelaksanaan pengelolaan. d.2.5. Ada dokumen pelaksanaan pemanfaatan hutan berupa : a. Register penanaman dan pemeliharaan areal tidak produktif dan tanah kosong. b. Register pemeliharaan hutan sekunder. d.3.1. Ada pedoman pelaksanaan pemanfaatan hutan. d.3.2. Ada pelaksanaan Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT) sesuai pedoman yang dapat dilihat di lapangan. d.3.3. Ada laporan hasil ITT yang meliputi kerusakan terhadap tegakan tinggal dan permudaan. d.3.4. Ada monitoring dan evaluasi pelaksanaan ITT. d.3.5. Ada dokumen pelaksanaan ITT. d.3.6. Ada rencana pengelolaan tegakan tinggal atas dasar ITT (pemeliharaan tegakan tinggal, pengayaan, dll.). d.3.7. Ada pelaksanaan pengelolaan tegakan tinggal. d.3.8. Ada laporan hasil pengelolaan tegakan tinggal. d.3.9. Ada monitoring dan evaluasi pengelolaan tegakan tinggal. d.3.10. Ada register pemanfaatan hutan tegakan tingal, berupa pembibitan, persemaian, pengayaan, penanaman, pemeliharaan.

d.4. Telah ditetapkan plotplot permanen untuk pengamatan riap. d.5. Telah ditetapkan tegakan benih. d.4.1. Ada pedoman pembuatan plot permanen. d.4.2. Ada plot permanen di lapangan yang luas dan jumlahnya sesuai d.4.3. Ada pengamatan dan pencatatan perkembangan/dinamika plot permanen. d.4.4. Ada evaluasi dan analisa data hasil pencatatan. d.4.5. Ada dokumentasi hasil pengamatan, pencatatan, evaluasi dan analisa data dan pemeliharaan plot permanen. d.5.1. Ada pedoman tegakan benih. d.5.2. Ada tegakan benih di lapangan yang luas dan jumlahnya sesuai d.5.3. Ada monitoring dan evaluasi tegakan benih. d.5.4. Ada bukti pengelolaan tegakan benih (laporan jumlah dan jenis serta mutu benih yang dihasilkan). d.5.5. Ada dokumentasi pengelolaan, monitoring evaluasi dan pemeliharaan. e. Pengaturan dan pemanfaatan hasil. e.1. Telah ada pengaturan produksi sesuai etat luas dan volume areal produksi netto pengolahan hasil hutan. f. Penata-usahaan hasil. f.1. Telah dilaksanakan pengujian. e.1.1. Ada AAC dalam Rencana Karya dan RKL. e.1.2. Ada JPT dalam RKT. e.2.1. Ada bukti pemanfaatan hasil untuk bahan baku : industri sendiri, industri terkait dan industri pihak lain. e.2.2. Ada bukti kepemilikan industri pengolahan hasil hutan atau kerja sama dengan pemilik industri pengolahan hasil hutan. : a. Milik sendiri. b. Keterkaitan saham. c. Kerja sama dengan pemilik industri hasil hutan. f.1.1. Ada pedoman pengukuran dan pengujian hasil hutan kayu. f.1.2. Ada tenaga pengukur dan penguji hasil hutan kayu. f.1.3. Ada sarana pengukuran dan pengujian hasil hutan kayu. f.1.4. Ada hasil pelaksanaan pengukuran dan pengujian hasil hutan kayu. f.1.5. Ada dokumen dan laporan hasil

pengukuran dan pengujian hasil hutan kayu. g. Sejarah usaha pemanfaatan hasil hutan. g.1. Telah disusun statistik produksi. g.2. Telah disusun statistik perubahan areal kerja. g.3. Telah disusun statistik pembinaan. 3. Konservasi a. Perlindungan ekosistem. a.1. Telah ditunjuk dan ditetapkan areal plasma nutfah. a.2. Telah dilakukan perlindungan terhadap akibat pembalak-an. b. Perlindungan dan pengamanan flora dan fauna. b.1. Telah dilaksanakan upaya perlindungan dan pengamanan hutan terhadap pencurian, penebangan liar, dan perladangan berpindah dan perburuan satwa liar. g.1.1. Ada dokumen statistik produksi yang lengkap dan teratur. g.2.1. Ada dokumen statistik perubahan areal kerja yang lengkap dan teratur. g.3.1. Ada dokumen statistik pembinaan hutan yang lengkap dan teratur. a.1.1. Ada pedoman penetapan dan pembuatan areal plasma nutfah. a.1.2. Ada areal plasma nutfah di lapangan yang dapat dilihat dengan jelas yang luas dan jumlahnya sesuai dengan a.1.3. Ada dokumen/register pengelolaan areal plasma nutfah. a.2.1. Ada pedoman perlindungan akibat penyaradan dan pedoman pembalakan. a.2.2. Ada jalan sarad sebelum penebangan. a.2.3. Ada tanda arah rebah pada pohon yang akan ditebang. a.2.4. Ada peralatan eksploitasi, yang jenis dan jumlahnya sesuai type vegetasi, type hutan, topografi lapangan serta JPT yang diberikan. a.2.5. Ada sistim pengawasan penebangan dan penyaradan. b.1.1. Ada pedoman perlindungan dan pengamanan. b.1.2. Ada tenaga perlindungan dan pengamanan hutan yang jumlah dan kualifikasinya sesuai b.1.3. Ada sarana dan prasarana perlindungan dan pengamanan hutan yang jumlah dan kualifikasinya sesuai dengan

b.1.4. Ada laporan pelaksanaan dan tindak lanjut perlindungan dan pengamanan hutan. b.1.5. Ada usaha dan tanda peringatan dini atas gangguan hutan berupa : Papan larangan melakukan pencurian, penebangan liar, perambahan hutan dan perladangan berpindah dan perburuan satwa liar. b.2. Telah dilaksanakan upaya pencegahan kebakaran hutan. b.3. Telah dilaksanakan upaya perlindungan hutan dari gangguan hama dan penyakit. b.4. Telah dilaksanakan perlindungan tumbuhan dan satwa liar. b.2.1. Ada pedoman pencegahan dan penangggulan kebakaran. b.2.2. Ada tenaga pengaman dan penanggulangan kebakaran yang jumlah dan kualifikasinya sesuai b.2.3. Ada sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan (seperti : menara pengawas, alat komunikasi, alat transportasi dan lain-lain) yang jumlah dan kualifikasinya sesuai dengan b.2.4. Ada usaha dan peringatan dini terhadap kebakaran hutan berupa pembuatan papan larangan yang memuat dilarang membakar hutan, dilarang membuang puntung rokok di hutan. b.2.5. Ada laporan tindak lanjut kegiatan pencegahan kebakaran hutan. b.3.1. Ada pedoman upaya perlindungan hutan dari hama dan penyakit. b.3.2. Ada tenaga yang menangani yang jumlah dan kualifikasinya sesuai b.3.3. Ada sarana dan prasarana yang jumlah dan kualifikasinya sesuai b.3.4. Ada usaha dan peringatan dini terhadap hal-hal yang menimbulkan gangguan hama tanaman hutan dari luar, membuang sampah sembarangan dan lain-lain. b.3.5. Ada laporan dan tindak lanjut perlindungan. b.4.1. Ada pedoman perlindungan tumbuhan dan satwa liar. b.4.2. Ada tenaga yang menangani kegiatan, yang jumlah dan kualifikasinya sesuai

b.4.3. Ada sarana dan prasarana yang jumlah dan kualifikasinya sesuai b.4.4. Ada usaha dan peringatan dini dalam pencegahan perburuan liar dan penebangan pohon yang dilindungi seperti : papan peringatan larangan melakukan perburuan liar, penebangan pohon yang dilindungi, penggunaan racun tanpa ijin baik untuk membunuh pohon maupun hewan. b.4.5. Ada laporan dan tindak lanjut perlindungan. b.5. Telah dilaksanakan konservasi (land scapping). c. Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL). c.1. Telah dilaksanakan study AMDAL. b.5.1. Ada pedoman pelaksanaan. b.5.2. Ada kegiatan nyata dilapangan terhadap perlindungan sumber mata air, bantaran sungai, danau, tebing dan jurang. b.5.3. Ada peta lokasi perlindungan/ konservasi terhadap perlindungan sumber mata air, bantaran sungai, danau, tebing dan jurang, yang batas-batasnya dapat dilihat dilapangan. c.1.1. Ada pedoman penyusunan. c.1.2. Ada dokumen AMDAL/SEL. c.1.3. Ada dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan Rencana Kelola Lingkungan. c.1.4. Ada penanggulangan dampak penting sesuai RPL/RKL, seperti : pengendalian erosi (jalan-jalan angkutan diberi drainace yang baik, jalan sarad yang tidak dipakai ditanami, ada plot-plot pemantauan erosi). c.1.5. Ada laporan pelaksanaan dan tindak lanjut penanggulangan erosi dan dampak penting. 4. Sosial Ekonomi a. Penyerapan tenaga kerja. a.1. Telah ada penyerapan tenaga kerja profesional. a.2. Telah ada penyerapan tenaga kerja lokal. a.1.1. a.1.2. Ada tenaga administrasi tenaga teknis kehutanan dan tenaga teknis mekanik. Ada tenaga administrasi tenaga teknis kehutanan dan tenaga teknik mekanik.

b. Kesempatan berusaha. b.1. Telah ada usaha memberikan kesempatan berusaha kepada masyarakat disekitar hutan. c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. c.1. Telah dilakukan study diagnostik Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH). b.1.1. Ada kegiatan usaha masyarakat yang menunjang kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan/pengusahaan hutan. b.1.2. Ada keanekaragaman usaha masyarakat yang tercipta. c.1.1. Ada pedoman penyusunan dan pelaksanaan study diagnostik. c.1.2. Ada dokumen study diagnostik yang telah disahkan. MENTERI KEHUTANAN, Tanda tangan Dr. Ir. NUR MAHMUDI ISMA IL, MSc