BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung

GRAFIK HUBUNGAN ( angka pori dengan kadar air) Pada proses pengeringan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

UNCONFINED COMPRESSION TEST (UCT) ASTM D

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D

PEMBASAHAN. Proses pembasahan (wetting) adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan kadar air di dalam poripori

BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

BAB III METODE PENELITIAN

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai sifat yang sangat kurang menguntungkan dalam konstruksi teknik sipil yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. SARI... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiv

DAFTAR ISI. RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR GAMBAR Nilai-nilai batas Atterberg untuk subkelompok tanah Batas Konsistensi... 16

BAB 3 METODE PENELITIAN

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED) ASTM D

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

juga termasuk mempertahankan kekuatan geser yang dimiliki oleh tanah bidang geser dalam tanah yang diuji. Sifat ketahanan pergeseran tanah

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAMBU DAN KAPUR TERHADAP KUAT GESER TANAH BERBUTIR HALUS

BAB III METODOLOGI Persiapan Metode Pengumpulan Data Data Primer

ANALISIS STABILITAS TANAH TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN SABUT KELAPA

Pengaruh Subtitusi Pasir Pada Tanah Organik Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Geser. Rizky Dwi Putra 1) Iswan 2) Lusmeilia Afriani 2)

BAB II LANDASAN TEORI

Estimasi Odds Ratio Model-1

4 BAB VIII STABILITAS LERENG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Korelasi antara Kuat Tekan Bebas dengan Kuat Tekan Geser langsung pada Tanah Lanau Disubstitusi dengan Pasir

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh

PENGARUH TINGGI GALIAN TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH LUNAK ABSTRAK

Keaktifan lereng adalah proses perpindahan masa tanah atau batuan 1 1. PENDAHULUAN. Ha %

ANALISA KESTABILAN LERENG AKIBAT VARIASI TINGGI MUKA AIR TANAH (LOKASI DESA KEMUNING KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR)

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

ANALISIS POTENSI LONGSOR PADA LERENG GALIAN PENAMBANGAN TIMAH (Studi Kasus Area Penambangan Timah Di Jelitik, Kabupaten Bangka)

ABSTRAK

MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

Dedy Ardianto Fallo, Andre Primantyo Hendrawan, Evi Nur Cahya,

TINJAUAN PUSTAKA Pola Keruntuhan Akibat Pondasi Dangkal di Tanah Datar

PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM)

ANALISIS STABILITAS BENDUNGAN SELOREJO AKIBAT RAPID DRAWDOWN BERDASARKAN HASIL SURVEY ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY (ERT)

Dosen pembimbing : Disusun Oleh : Dr. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro,M.Eng. Aburizal Fathoni Trihanyndio Rendy Satrya, ST.

Analisis Stabilitas Lereng Tanah Berbutir Kasar dengan Uji Model Fisik

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Tujuan Kajian Sistematika Penyusunan Laporan...3

BAB I PENDAHULUAN. serta penurunan pondasi yang berlebihan. Dengan demikian, perencanaan pondasi

BAB 3 METODOLOGI. mencari data-data yang diperlukan, yaitu segala jenis data yang diperlukan untuk

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland)

ANALISIS LERENG DENGAN PERKUATAN PONDASI TIANG

KARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

PENDAHULUAN BAB. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

TUGAS AKHIR KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KEDALAMAN GEOTEKSTIL TERHADAP KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJURSANGKAR DI ATAS TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN RELATIF (Dr) = ± 23%

BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

Analisa Kestabilan Lereng Metode Spencer

Kuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc.

STUDI KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI DANGKAL DI TEPI LERENG PASIR TRASS DENGAN DR = 50%

GESER LANGSUNG (ASTM D

KERUNTUHAN AKIBAT GESER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR

ANALISIS STABILITAS LERENG PADA BENDUNGAN TITAB

ANALISIS STABILITAS DAN PERKUATAN LERENG PLTM SABILAMBO KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA ABSTRAK

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh : TITIK ERNAWATI

Pada ujung bawah kaki timbunan terlihat kelongsoran material disposal yang menutup pesawahan penduduk seperti terlihat pada Gambar III.27.

BAB III DATA DAN ANALISA TANAH 3.2 METODE PEMBUATAN TUGAS AKHIR

BAB V METODE PELAKSANAAN. pelaksanaan di lapangan penulis melakukan pengumpulan data berupa : pekerja) dan disertai dengan dokumentasi di lapangan,

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

ANALISIS STABILITAS LERENG BERTINGKAT DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

Cara uji geser langsung batu

ANALISIS STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN SOFWARE GEO STUDIO 2007 DENGAN VARIASI KEMIRINGAN (STUDI KASUS: BUKIT GANOMAN KAB KARANGANYAR)

PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang melandasi setiap

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO

LABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Transkripsi:

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Cara Kerja Alat Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) dengan Rangkaian Listrik Sederhana Alat ini berguna untuk memberitahukan kondisi dari lereng sesaat sebelum runtuh. Cara kerja alat ini antara lain: Alat di letakkan di tempat yang aman dari keruntuhan. Dari saklar yang berada pada alat dihubungkan dengan tali ke patok yang berada pada titik tinjau yang mengalami perpindahan. Untuk panjang tali yang digunakan untuk tiap titik tinjau sama dengan jarak titik tinjau ke jarak titik awal ( tempat Alat Sistem Peringatan Dini dari bencana longsor). Jadi, apabila lereng tersebut mengalami perpindahan sesuai yang dianalisis dengan program Plaxis 8.2 maka alat ini akan mengeluarkan sirine dan lampu yang menandakan akan terjadi keruntuhan atau longsor. 5.2. Analisis Sifat Fisik Tanah Asli 5.2.1. Kadar Air Tanah Kadar air yang terkandung dalam tanah berbeda-beda disetiap tempatnya. Untuk menentukan dapat dilakukan uji laboratorium berupa pemeriksaan kadar air dilakukan dengan menguji 3 contoh sampel yang

berasal dari satu lokasi. yang dari masing-masing contoh tanah didapat Kadar air sebesar 71,186%, 72,093%, 71,795%, Kadar air rata-rata 71,691%. Kadar air 71,691% artinya dalam 171,691 gram tanah basah mengandung 71,691 gram air dan 100 gram tanah kering. 5.2.2. Berat Volume Berat volume tanah adalah perbandingan antara berat butiran tanah dengan volume tanah itu sendiri. Sampel tanah yang diujikan yaitu sampel tanah tanpa rendaman dan sampel tanah dengan rendaman selama 1 jam. Pada pengujian yang telah dilakukan didapat hasil uji berat volume tanah sebesar 1,562 untuk tanpa rendaman dan 1,666 untuk sampel dengan rendaman. 5.2.3. Direct Shear Test Direct shear test atau uji kuat geser langsung bertujuan mendapatkan nilai kohesi (c) dan sudut geser (ø). Pada pengujian ini sampel yang diujikan yaitu sampel tanah tanpa rendaman dan sampel tanah dengan rendaman. pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan nilai kohesi 0,318 kg/cm 2 dan sudut geser 2,41 0 untuk sampel tanpa rendaman kemudian nilai kohesi 0,248 kg/cm 2 dan sudut geser 26,81 0 untuk sampel dengan rendaman.

Gambar 5.1 Grafik Pengujian Kuat Geser Langsung dengan Tanpa Rendaman Gambar 5.2 Grafik Pengujian Kuat Geser Langsung dengan Rendaman 5.2.4. Unconfined Compressive Strenght Test Pada pengujian sampel yang telah disiapkan tadi diuji dengan alat kuat tekan bebas,didapat data dan diplotkan ke grafik regangan vs tegangan. Hasil pengujian untuk sampel tanpa rendaman, qu asli 0,498 kg/cm 2, qu remoulded 0,442 kg/cm 2, dan nilai ST 1,128 sedangkan

untuk sampel dengan rendaman, qu asli 0,388 kg/cm 2, qu remoulded 0,351 kg/cm 2, dan nilai ST 1,106. Gambar 5.3 Grafik Perbandingan Regangan dengan Tegangan untuk Sampel Tanpa Rendaman Gambar 5.4 Grafik Perbandingan Regangan dengan Tegangan untuk Sampel Rendaman 5.3. Analisis dengan Program GeoStudio 2007 (Slope /W) Pada tugas akhir ini penulis menghitung kestabilan lereng asli dengan program GeoStudio 2007 (Slope /W). Menurut Joseph E. Bowles (1989), hubungan nilai faktor keamanan lereng dengan intesitas longsor dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 5.1 Nilai Faktor Keamanan Menurut Joseph E. Bowles Nilai Faktor Keamanan Kejadian/Intesitas Longsor FS 1,07 1,07 FS 1,25 FS 1,25 Longsor sering terjadi (Lereng relatif labil) Longsor pernah terjadi (Lereng Kritis) Longsor jarang terjadi (Lereng relatif stabil) Gambar 5.5 Gambar bidang keruntuhan pada program Slope /W Dari gambar 4.5 dapat disimpulkan nilai angka keamanan yang diperoleh dalam program GeoStudio 2007 (Slope /W) untuk lereng asli ini adalah 1,147 (lereng kritis). Pada kondisi awal ini lereng hanya memikul berat sendiri dan dengan adanya beban gravitasi dapat mengakibatkan tanah bergerak bebas menuju arah lereng, sehingga mengakibatkan kelongsoran.

5.3 Analisis dengan Program Plaxis 8.2 Dalam analisis lereng dengan program Plaxis 8.2 memakai beberapa variasi untuk berat sendiri, agar mendapatkan berat sendiri yang maksimum yang bisa ditahan oleh lereng. Tabel 5.2 Variasi M-Weight, Safety factor, dan Total Displacement M-Weight Safety Factor Total Displacement (m) 1,000 1,1565 286,85 * 10ˉ³ 1,050 1,1016 305,34 * 10ˉ³ 1,100 1,051 355,60 * 10ˉ³ 1,150 1,0059 907,71 * 10ˉ³ 1,541 1,0023 1,73 Pada analisis lebih lanjut penulis mengambil berat sendiri sebesar 1,1541 karna ini merupakan berat sendiri yang maksimum yang bisa ditahan oleh lereng. Selanjutnya penetapan titik awal serta meninjau 10 titik yang nanti nya akan menjadi acuan dimana tempat yang paling tepat untuk meletakkan alat Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) untuk bencana longsor dan tempat meletakkan patok dari alat tersebut. Kemudian dari hasil tersebut dapat dihitung panjang tali yang akan dibutuhkan untuk alat, sehingga nantinya dapat befungsi apabila terjadi keruntuhan atau kelongsoran.

Gambar 5.6 Gambar 10 titik tinjau yang akan di analisis dengan program Plaxis 8.2 Pemilihan titik tinjau berdasarkan pembagian jarak yang sama dari ujung lereng yang diprediksi akan mengalami perpindahan sedangkan penempatan alat Sistem Peringatan Dini untuk bencana longsor ini di letakkan pada titik awal (jarak 0 pada sumbu x ). Gambar 5.7 Gambar Total Displacements dari Hasil Program Plaxis 8.2

Gambar ini dapat disimpulkan bahwan pola pergerakan total dari masa tanah mengarah ke bawah dan menerus secara horizontal, didapatkan nilai extreme total displacement dari analisis program Plaxis 8.2 sebesar 1,73 m. Gambar 5.8 Grafik Perbandingan Displacements vs M-Weight dari Hasil Program Plaxis 8.2 Dari grafik ini dapat disimpulkan dari 10 titik yang telah ditentukan kita dapat menentukan berapa besar nilai perpindahan yang terjadi pada masing masing titik tersebut dengan cara melihat puncak pertama dari tiap-tiap grafik. Nilai-nilai tersebut di inputkan ke dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5.3 Nilai Perpindahan yang Terjadi pada Masing-Masing Titik Tinjau TITIK TINJAU X (m) Y (m) Total Perpindahan (m) Jarak dari titik awal (m) A 3,850 14,560 0,410 3,850 B 7,700 14,560 1,204 7,700 C 11,550 14,560 1,233 11,550 D 15,400 14,560 1,012 15,400 E 16,970 12,050 1,047 18,360 F 18,540 9,540 1,159 20,870 G 20,120 7,020 1,375 23,844 H 20,720 7,020 1,370 24,344 I 22,690 4,500 1,537 27,542 J 24,390 4,500 1,527 29,212 Dari tabel ini dapat disimpulkan nilai perpindahan yang paling besar terjadi pada titik tinjau I, yakni 1,537 m dengan jarak dari titik awal 27,542 m. Sedangkan untuk panjang tali yang butuhkan untuk masingmasing titik tinjau adalah sebagai berikut: Tabel 5.4 Panjang tali yang dibutuhkan pada masing-masing titik tinjau TITIK TINJAU Panjang tali yang dibutuhkan (m) A 3,850 B 7,700 C 11,550 D 15,400 E 18,360 F 20,870 G 23,844 H 24,344 I 27,542 J 29,212

BATRAI AA 12 VOLT SIRINE LAMPU SAKLAR ALAT SISTEM PERINGATAN DINI LONGSOR 3,830 M SKETSA PERMODELAN LERENG DENGAN ALAT SISTEM PERINGATAN DINI LONGSOR TITIK AWAL (TITIK 0) (TITIK A) (TITIK B) (TITIK C) (TITIK D) 7,990 M 12,130 M 15,390 M 18,569 M 21,427 M 24,288 M (TITIK E) KETERANGAN KE TITIK A KE TITIK B KE TITIK C KE TITIK D KE TITIK E KE TITIK F KE TITIK G KE TITIK H KE TITIK I KE TITIK J MASSA RUNTUH (TITIK F) BIDANG RUNTUH (TITIK G) (TITIK H) 24,898 M 28,097 M (TITIK I) (TITIK J) 29,797 M Gambar 5.9 Gambar Sketsa Permodelan Lereng dengan Alat Sistem Peringatan Dini Longsor