KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.94/MENHUT-II/2005 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.398/MENHUT-II/2005 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.17/MENHUT-II/2006 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.45/MENHUT-II/2006 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.393/MENHUT-II/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.428/MENHUT-II/2004 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 397/Kpts-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK. 55/Menhut-II/2006

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.186/MENHUT-II/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.192/MENHUT-II/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.293 / MENHUT-II / 2007 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 82/KPTS-II/2001 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 201/KPTS-II/1998. Tentang

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 249/KPTS-II/1998 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 106 /KPTS-II/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.19/Menhut-II/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P. 2/Menhut-II/2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6885/Kpts-II/2002 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU

R E P U B L I K I N D O N E S I A D E P A R T E M E N K E H U T A N A N J A K A R T A. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : SK.246/VI-BPHA/2008 TENTANG

BUPATI INDRAGIRI HILIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 33/Kpts-II/2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR : 859/Kpts-VI/1999 TENTANG

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 53/Menhut-II/2009 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN ALAT UNTUK KEGIATAN IZIN USAHA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 248 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Izin. Usaha. Perpanjangan. Tatacara. Pencabutan.

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK. 44/MENHUT-II/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 23/Menhut-II/2007

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.4/Menhut-II/2008 TENTANG PENYELESAIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI SEMENTARA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 732/Kpts-II/1998 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBAHARUAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2006 TENTANG INVENTARISASI HUTAN PRODUKSI TINGKAT UNIT PENGELOLAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004

J A K A R T A. Membaca : Surat Direktur Utama PT. Jati Dharma Indah Plywood Industries :

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.64/Menhut-II/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA OPERASI (KSO) PADA IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 35/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI EKSPOR PRODUK KAYU ULIN OLAHAN

NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.23/Menhut-II/2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 251 TAHUN 2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 335/KPTS-II/1997 TENTANG RENCANA KARYA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (RKPHTI) MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK. 43/MENHUT-II/2004 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.100, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan. Prosedur. Hutam Produksi.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 61/Menhut-II/2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.84/MENHUT-II/2004 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.34/MENHUT-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 53/Menhut-II/2008 TENTANG OPTIMALISASI PERUNTUKAN AREAL HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI (HPK)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.80/Menhut-II/2006 TENTANG

Membaca. Menimbang. f. bahwa.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor: P.16/Menhut-II/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 23/Menhut-II/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6887/KPTS-II/2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 63/Menhut-II/2008

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 10.1/Kpts-II/2000 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN MENTERI

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/KPTS-II/1999 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 65/Menhut-II/2009 TENTANG STANDARD BIAYA PRODUKSI PEMANFAATAN KAYU PADA IZIN PEMANFAATAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.382/Menhut-II/2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU (IPK) MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN Nomor : SK.136/VI-BPHA/2009

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 132 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG

this file is downloaded from

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 13/Menhut-II/2009 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Izin Usaha. Kawasan Hutan Silvo Pastura. Hutan Produksi

Form. Surat Keputusan Pembaharuan IUI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.54/MENHUT-II/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.26/Menhut-II/2012

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 7/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PEMENUHAN BAHAN BAKU KAYU UNTUK KEBUTUHAN LOKAL

Transkripsi:

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN TANAMAN KEPADA PT. KELAWIT WANALESTARI ATAS AREAL HUTAN SELUAS ± 22.065 (DUA PULUH DUA RIBU ENAM PULUH LIMA) HEKTAR DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MENTERI KEHUTANAN, Membaca : 1. Surat Direktur Utama PT. KELAWIT WANALESTARI Nomor 02/KWL- SKHPHTI/XI/2002 tanggal 29 Nopember 2002 perihal Permohonan SK HPHTI Tanaman Karet An. PT. KELAWIT WANALESTARI di Provinsi Kalimantan Timur; 2. Akta Nomor 129 tanggal 14 Agustus 1990 tentang Pendirian Perseroan Terbatas PT. Kelawit Agricultur Industries yang dibuat dihadapan Hardjo gunawan, S.H. di Samarinda, yang telah diubah dengan Akta Nomor 28 tanggal 7 Oktober 1992 oleh Notaris yang sama, dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman berdasarkan Keputusan Nomor C2-8694.HT.01.01.TH.92, tanggal 21 Oktober 1992, nama perseroaan tersebut diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) Kelawit Wanalestari. Menimbang : a. bahwa hutan produksi sebagai sumber daya alam yang mempunyai potensi ekonomi, perlu dimanfaatkan secara optimal dan lestari bagi kepentingan pembangunan ekonomi nasional; b. bahwa dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam hutan produksi tersebut huruf a, berdasarkan surat Menteri Kehutanan Nomor 252/Menhut-IV/98 tanggal 26 Februari 1998, PT. KELAWIT WANALESTARI telah memperoleh persetujuan prinsip untuk membangun HTI tanaman Karet atas areal hutan Produksi seluas ± 20.000 ( dua puluh ribu) hektar yang terletak di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur; c. bahwa berdasarkan surat Menteri Kehutanan Nomor S. 380/Menhut-VI/2004 tanggal 28 September 2004 dan surat Kepala Badan Planologi Kehutanan Nomor S.122/VII-KP/2005 tanggal 25 Pebuari 2005, Luas areal tersebut pada huruf b yang layak untuk dijadikan areal areal hutan tanaman atas nama PT. KELAWIT WANALESTARI adalah seluas ± 22.065 (dua puluh dua ribu enam puluh lima); d. bahwa berdasarkan penilaian Departemen Kehutanan melalui Lembaga Penilai Independen (LPI) Mempu, kondisi dan potensi areal tersebut huruf c, telah memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku dan layak untuk dibebani Izin Usaha Pemanfaatan Hasil hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman; e. bahwa PT. KELAWIT WANALESTARI telah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan, sehingga kepadanya dapat diberikan IUPHHK pada hutan tanaman seluas ± 22.065 (duapuluh ribu enam puluh lima) hektar di Provinsi Kalimantan Timur; f. bahwa...

2 f. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman kepada PT. KELAWIT WANALESTARI atas Areal Hutan Seluas ± 22.065 (dua puluh ribu enam puluh lima) Hektar yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 jo Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing; 3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 jo Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri; 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Perindustrian; 5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; 7. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; 8. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 9. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 19 Tahun 2004 tentang Penerapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan menjadi Undang-undang; 10. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1998 tentang Provisi Sumber Daya Hutan; 15. Peraturan Pemerintah nomor 59 Tahun 1998 jis. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 1999 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 Tentang Dana Reboisasi; 20. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Kehutanan; 21. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; 22. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 23. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; 24. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 25. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas, Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia; 26. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 70/Kpts-II/1995 jo. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 246/Kpts-II/1996 tentang Pengaturan Tata Ruang Hutan Tanaman Industri; 27. Keputusan...

3 27. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 602/Kpts-II/1998 jo. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 622/Kpts-II/1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Pembangunan (UPL) Pembangunan Kehutanan dan Perkebunan; 28. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 309/Kpts-II/1999 jo. Keputusan Menteri Kehutanan nomor 10172/Kpts-II/2002 tentang Sistem Silvikultur dan Daur Tanaman Pokok dalam Ppengelolaan Hutan Produksi; 29. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 124/Kpts-II/2003 jis. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 445/Kpts-II/2004 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, Pembayaran dan Penyetoran Provisi Sumber Daya Hutan; 30. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 126/Kpts-II/2003 jo. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 334/Kpts-II/2003 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 279/Kpts-II/2004 tentang Penatausahaan Hasil Hutan; 31. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 128/Kpts-II/2003 jo. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 446/Kpts-II/2003 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, Pembayaran dan Penyetoran Dana Reboisasi; 32. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 151/Kpts-II/2003 jis. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.45/Menhut-II/2004 dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.08/Menhut-II/2004 Tentang Rencana Kerja, Rencana Kerja Lima Tahun, Rencana Kerja Tahunan dan Bagan Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman; 33. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 177/Kpts-II/2003 tentang kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Secara Lestari pada Unit Manajemen Usaha Pemanfaatan Hutan Tanaman; 34. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 307/Kpts-II/2003 tentang Percepatan Proses Penyelesaian Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman; 35. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 427/Kpts-II/2003 tentang Kriteria, Indikator dan Petunjuk Teknis Penilaian Sistem Silvikultur Tebang Habis dengan Permudaan Buatan (THPB) pada Hutan Tanaman; 36. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 428/Kpts-II/2003 tentang Izin Peralatan untuk Kegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam dan atau pada Hutan Tanaman atau Kegiatan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK); 37. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan; Memperhatikan : a. Rekomendasi Gubernur Kalimantan Timur Nomor 521/13531/Proda.2.2/EK tanggal 20 Nopember 1997 dan Nomor 522.11/7284/Proda.2.1/2002 tanggal 29 Nopember 2002; b. Persetujuan Study Kelayakan (FS) Pembangunan Hutan Tanaman Industri An. PT. Kelawit Wana Lestari dari Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Produksi Nomor 12227/VI-SET/1999 tanggal 9 Juni 1999; c. Persetujuan Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) HPHTI An. PT. Kelawit Wana Lestari dari Ketua Komisi Pusat AMDAL Departemen Kehutanan dan Perkebunan Nomor 83/DJ-VI/AMDAL/99 tanggal 6 Juli 1999; MEMUTUSKAN...

4 M E M U T U S K A N : Menetapkan : KESATU : Memberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada hutan Tanaman kepada PT. Kelawit Wanalestari atas areal hutan Produksi yang terletak di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, dengan Ketentuan sebagai berikut : 1. Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman adalah seluas ± 22.065 (Duapuluh dua ribu enam Puluh Lima) hektar sebagaimana terlukis dalam peta lampiran keputusan ini; 2. Luas dan letak definitif areal kerja IUPHHK pada Hutan Tanaman ditetapkan oleh Departemen Kehutanan setelah dilaksanakan pengukuran dan penataan batas di lapangan. KEDUA : PT. Kelawit Wanalestari sebagai pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman berhak : 1. Melakukan kegiatan sesuai dengan izin yang tertuang dalam Keputusan ini, dan berhak memperoleh manfaat dari hasil usahanya, 2. Memperoleh manfaat dari hasil usahanya. KETIGA : PT. Kelawit Wanalestari sebagai pemegang IUPHHK pada hutan tanaman harus memenuhi kewajiban sebagai berikut: 1. Membuat dan menyerahkan : a. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) pada hutan tanaman untuk seluruh areal kerja selama jangka waktu berlakunya izin selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak izin diberikan, b. Rencana Kerja Lima Tahun Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKL UPHHK) pada hutan tanaman 3 (tiga) bulan sejak RKUPHHK disahkan, c. Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKT-UPHHK) pada hutan tanaman sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, selambatlambatnya 2 (dua) bulan sebelum RKT tahun berjalan; 2. Melakukan sistem silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB) sesuai lokasi dan jenis tanaman yang dikembangkan. 3. Melakukan penata usahaan hasil hutan sesuai ketentuan yang berlaku. 4. Melakukan penata usahaan keuangan kegiatan usahanya sesuai standar akuntansi kehutanan yang berlaku (PSAK 32). 5. Menyediakan dan memasok bahan baku kayu kepada industri primer hasil hutan, 6. Pembangunan Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman, 7. Melakukan kegiatan secara nyata dan bersungguh-sungguh selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah diterbitkannya keputusan ini, 8. Melakukan Penanaman pada hutan tanaman paling sedikit 50 (limapuluh) persen dari luas tanaman yang ditanam berdasarkan daur tanaman luas areal dalam waktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya Keputusan ini, 9. Menggunakan peralatan kerja yang jumlah dan atau jenisnya sesuai dengan izin, 10. Melakukan pengukuran dan pengujian hasil hutan kayu sesuai ketentuan yang berlaku; 11. Melakukan...

5 11. Melakukan kerjasama dengan Koperasi masyarakat setempat paling lambat 1 (satu) tahun setelah diterimanya izin. Kerjasama dapat berupa penyertaan saham dan atau kerjasama dalam usaha pada segmen kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan Kayu pada hutan tanaman, 12. Melaksanakan kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman dengan kemampuan sendiri, meliputi kegiatan-kegiatan pemanenan atau penebangan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu sesuai Rencana Kerja (RK), Rencana Kerja Lima Tahunan (RKL) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) IUPHHK pada hutan alam yang disahkan, serta mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; 13. Melaksanakan penataan batas areal kerja paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diberikan IUPHHK pada hutan alam dan diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) tahun dan selanjutnya ditetapkan areal kerjanya; 14. Melaksanakan pengaturan hasil hutan secara lestari, dengan cara penanaman kembali setelah melakukan penebangan sesuai ketentuan yang berlaku, 15. Membuat dan menyampaikan laporan sesuai ketentuan yang berlaku, 16. Melaksanakan perlindungan hutan di areal kerjanya dari gangguan keamanan, 17. Membayar Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) atas hasil hutan kayu yang berasal dari penebangan hutan tanaman atau PSDH dan Dana Reboisasi (DR) atas hasil hutan kayu yang berasal dari hutan alam (land clearing), sesuai dengan ketentuan, 18. Mempekerjakan tenaga profesional di bidang kehutanan, dan tenaga lain yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku; 19. Membantu pengembangan sosial budaya dan ekonomi (kesejahteraan) masyarakat yang berada di dalam atau di sekitar areal kerjanya, 20. Memperlancar petugas yang mengadakan bimbingan, pengawasan dan penelitian, 21. Mematuhi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam lampiran keputusan ini dan peraturan perundangan yang berlaku. KEEMPAT : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan tanaman ini : 1. Tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa persetujuan Menteri Kehutanan. 2. Tidak Boleh dikontrakkan atau diserahkan seluruh kegiatan usahanya kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Menteri Kehutanan. KELIMA : 1. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan tanaman tidak merupakan hak kepemilikan atas kawasan hutan. 2. Areal hutan yang dibebani IUPHHK pada hutan tanaman ini, tidak dapat dijadikan jaminan atau dijaminkan kepada pihak lain. 3. Tanaman yang dihasilkan dari izin pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman ini merupakan aset pemegang izin yang dapat dijadikan agunan sepanjang izin masih berlaku. KEENAM : 1. Apabila di dalam areal IUPHHK pada hutan tanaman terdapat lahan yang telah menjadi tanah milik, perkampungan, tegalan, persawahan atau telah diduduki dan digarap oleh pihak ketiga, maka lahan tersebut dikeluarkan dari areal kerja izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman. 2. Apabila...

6 2. Apabila lahan tersebut pada butir 1 (satu) dikehendaki untuk dijadikan areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan tanaman, maka penyelesaiannya dilakukan oleh PT. Kelawit Wanalestari dengan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. KETUJUH : 1. Minimal setiap 3 (tiga) tahun Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan tanaman ini diadakan penilaian untuk mengetahui kemampuan pengelolaannya sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan tanaman dalam Keputusan ini akan dikenakan sanksi apabila melanggar ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. KEDELAPAN : Keputusan ini dan lampiran-lampirannya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. KESEMBILAN : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan untuk jangka waktu 100 (seratus) tahun, kecuali apabila diserahkan kembali oleh pemegang izin atau dicabut oleh Menteri Kehutanan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 16 Juni 2005 Salinan Sesuai Aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Ttd. S U P A R N O, SH. NIP. 080068472 MENTERI KEHUTANAN Ttd. H.M.S. KABAN, SE.,M.Si. Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth. : 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri Dalam Negeri; 3. Menteri Keuangan; 4. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 5. Menteri Perdagangan; 6. Menteri Perindustrian; 7. Badan Koordinasi Penanaman Modal; 8. Kepala Badan Pertanahan Nasional; 9. Para Pejabat Eselon I lingkup Departemen Kehutanan; 10. Gubernur Kalimantan Timur; 11. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur; 12. Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional III; 13. Bupati Kutai Barat ; 14. Direktur Utama PT. Kelawit Wanalestari. Lampiran...