HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI STUNTING DAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

dokumen-dokumen yang mirip
JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN) DENGAN RIWAYAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH

STUDI KORELASI ANTARA STATUS GIZI KURANG ENERGI KRONIK (KEK) DENGAN BERAT BADAN DAN PANJANG BADAN BAYI BARU LAHIR

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Key word: motorik development, nutrition status, children age 1-3 years old. Kata Kunci: Perkembangan Motorik, Status Gizi, Anak usia 1-3 tahun

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 1 5 TAHUN DI POSYANDU BUAH HATI KETELAN BANJARSARI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANGSARI KOTA SEMARANG

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia Bulan

Rustantina 1), Dewi Elliana 2) ABSTRAK

225 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN POLA ASUH DAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN PSIKOMOTOR ANAK USIA 6-12 BULAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan anak saat ini. Akan tetapi pelaksanaan untuk meningkatkan

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah salah satu ciri khas pada. anak yang pasti terjadi, dimulai dari masa konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI

BAB II LANDASAN TEORI

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9-12 BULAN DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA USIA SATU SAMPAI LIMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Dea Riskha Fitriliana 1 ABSTRACT

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI DI KABUPATEN KLATEN. Abstrak

PENGARUH PELATIHAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL TRIMESTER I

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

Priyono et al. Determinan Kejadian Stunting pada Anak Balita Usia Bulan...

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI UPTD PUSKESMAS AJANGALE

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULYOREJO, KEC.KRATON, KAB.PASURUAN.

SIKAP IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

Transkripsi:

70 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI STUNTING DAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 12-59 BULAN Ema Wahyu Ningrum 1), Tin Utami 2) STIKES Harapan Bangsa Purwokerto Email: em4wahyuningrum@gmail.com ABSTRACT Stunting is a problem of chronic malnutrition caused by the lack of nutrient intake in a long time due to feeding that is not in accordance with nutritional needs. Toddlers who have stunting have a risk of decreased intellectual ability, productivity, and increased risk of degenerative diseases in the future. Descriptive analytic research design with cross sectional approach. The sample size of 60 toddlers aged 12-59 months consisted of 60 infants. Sampling technique purposive sampling. The data collected are categorical data. The instrument measures stunting using microtoase and z-score, to detect developments using Denver II. Univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis using chi square and alternative test Fisher Exact test. The result of this research is there is no correlation between nutritional status with infant development (p = 1,000), there is no relation between sex with development of toddler (p = 0,643), no relation between age with infant development (p = 0,307) between birth weight history and infant development (p = 0,612). Midwives pay more attention to the growth and development of stunting children and conduct continuous health education to the family about the impact and how to prevent stunting complications, to the family to give more attention to the child stunting and can provide optimal health efforts so that children can achieve the process of growth that is his age. Keywords: stunting nutrition status, development, toddlers PENDAHULUAN Bangsa yang maju akan tercapai dengan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan manusia yang berkualitas tidak terlepas dari upaya pembangunan kesehatannya. Pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas urutan pertama dalam pembangunan kesehatan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa anak yang sehat akan menghasilkan manusia yang berkualitas. Namun, upaya perbaikan masalah kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dianggap terlambat jika dimulai ketika anak memasuki masa sekolah. Oleh karenanya, kesehatan anak penting diperhatikan sejak dini, yaitu ketika anak masih berada pada masa yang sering disebut Window of Opportunity atau masa emas pertumbuhan anak yang berlangsung selama anak masih berada didalam

ISBN 978-602-50798-0-1 71 kandungan hingga berusia dua tahun. Hal ini turut disebutkan dalam slogan 1000 days can shape a child s future (Claudia, 2012). Berdasarkan laporan Nutrition in the First 1000 Days of the World s Mothers tahun 2012 menyatakan bahwa kejadian stunting dipengaruhi oleh kondisi pada masa 1000 hari kehidupan yaitu mulai yaitu mulai janin berada dalam perut atau ketika wanita dalam kondisi hamil sampai anak tersebut berusia 2 tahun dan masa ini disebut dengan masa windows critical, oleh karena pada masa ini terjadi perkembangan otak atau kecerdasan dan pertumbuhan badan yang cepat, sehingga pada masa ini bila tidak dilakukan asupan nutrisi yang cukup oleh ibu hamil, pemberian ASI Eksklusif dan pemberian MPASI dan asupan nutrisi yang cukup sampai anak berusia 2 tahun maka potensial terjadi stunting (Imtihanatun, 2012). Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (Fitrah, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010, prevalensi stunting dikatakan tinggi apabila mencapai 30%-39% dan dikatakan sangat tinggi jika prevalensinya mencapai 40%. Prevalensi anak stunting di Indonesia termasuk dalam kategori tinggi karena berdasarkan Riskesdas tahun 2013, secara nasional prevalensi stunting adalah 30,7%. Prevalensi stunting meningkat secara nasional dalam tiga tahun 2010-2013 sebanyak 1,6%. Angka prevalensi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan angka prevalensi gizi kurang dan buruk (17,9%), kekurusan (13,3%) serta kegemukan (14%) (Riskesdas, 2013). Pembangunan kesehatan dalam periode 2015-2019 difokuskan pada empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan prevalensi balita pendek (stunt ing), pengendalian penyakit menular dan pengendalian penyakit menular dan pengendalian penyakit tidak menular. Upaya peningkatan status gizi masyarakat termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang tercantum dalam sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019. Target penurunan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (bawah dua tahun) adalah menjadi 28% (Depkes,2016).

72 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik dan mental. Balita yang mengalami stunting memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual, produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang (Eka Kusuma, 2013). Pernyaatan ini didukung oleh penelitian dari Alizna Hizni (2010) di Wilayah Pesisir Pantai Utara Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon yang menyatakan ada hubungan antara stunted dengan perkembangan motorik halus (p=0,01), ada hubungan antara stunted dengan bahasa (p< 0,001), ada hubungan antara stunted dan motorik kasar (p<0,001) (Hizni, 2010) Kabupaten Purbalingga pada tahun 2014 didapatkan prevalensi stunting (20,2%), gizi kurang dan buruk (7,06%) dan kekurusan (4,06%). Berdasar data surveilans gizi Kabupaten Purbalingga pada tahun 2015, Puskesmas Padamara memiliki proporsi kejadian status gizi pendek tertinggi (Dinkes Purbalingga, 2015). METODE PENELITIAN Desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 60 balita usia 12-59 bulan terdiri dari 60 balita. Teknik sampling purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa data kategorikal. Instrument mengukur stunting menggunakan microtoase dan z-score, untuk mendeteksi perkembangan menggunakan Denver II. Analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan chi square dan uji alternatif Fisher Exact tes. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. HASIL

ISBN 978-602-50798-0-1 73 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita di wilayah Puskesmas Padamara Kabupaten Purbalingga Umur f % 12-23 bulan 16 26,7 24-35 bulan 10 16,7 36-47 bulan 18 30,0 48-59 bulan 16 26,7 Total 60 100 Jenis Kelamin f % Laki-laki 36 60,0 Perempuan 24 40,0 Total 30 100 Berat Badan Lahir f % BBLR 30 50 BBL Normal 30 50 Total 60 100 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan data bahwa sebagian besar balita pada rentang usia 36-47 bulan yaitu sejumlah 18 balita (30%), memiliki jenis kelamin laki -laki sejumlah 36 responden (60%) dan sama besar untuk riwayat berat badan lahir yaitu 50% untuk BBLR dan berat lahir normal. Tabel 2. Hubungan antara status gizi stunting dan perkembangan balita di wilayah Puskesmas Padamara Kabupaten Purbalingga Perkembangan Status Jumlah Normal Suspek Gizi f % f % F % Normal 31 93,9 2 6,1 33 100% Pendek 25 92,6 2 7,4 27 100% p value 1,000 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar balita dengan gizi normal memiliki perkembangan normal 31 responden (93,9%), balita dengan status gizi pendek memliki perkembangan normal sejumlah 25 responden (92,6%). Hasil uji Fisher exact tes menunjukkan p (1,000) < 0,05, artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita

74 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat Tabel 3. Hubungan antara jenis kelamin dengan perkembangan balita di wilayah Puskesmas Padamara Kabupaten Purbalingga Jenis Perkembangan Jumlah p value Kelamin Normal Suspek f % F % F % Laki-laki 33 91,7 3 8,3 36 100% 0,643 Perempuan 23 95,8 1 4,2 24 100% Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar balita dengan jenis kelamin laki-laki memiliki perkembangan normal 33 responden (91,7%), balita dengan jenis kelamin perempuan memliki perkembangan normal sejumlah 23 responden (95,8%). Hasil uji Fisher exact tes menunjukkan p (0,643) < 0,05, artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan perkembangan balita. Tabel 4. Hubungan antara umur dengan perkembangan balita di wilayah Puskesmas Padamara Kabupaten Purbalingga Perkembangan Umur Normal Suspek Jumlah f % f % F % 12-35 bulan 23 88,5 3 11,1 26 100%.> 35 bulan 33 97,1 1 2,9 34 100% p value 0,307 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar balita dengan usia 12-35 bulan memiliki perkembangan normal 23 responden (88,5%), balita dengan usia > 35 bulan memliki perkembangan normal sejumlah 33 responden (97,1%). Hasil uji Fisher exact tes menunjukkan p (0,307) < 0,05, artinya tidak ada hubungan antara usia dengan perkembangan balita. Tabel 5. Hubungan antara riwayat berat lahir dengan perkembangan balita di wilayah Puskesmas Padamara Kabupaten Purbalingga Perkembangan Umur Normal Suspek Jumlah f % f % F % BBLR 27 90,0 3 10 30 100% BBLN 29 96,7 1 3,3 30 100% p value 0,612

ISBN 978-602-50798-0-1 75 Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian balita dengan riwayat BBLR memiliki perkembangan normal 27 responden (90%), balita dengan riwayat berat lahir normal memliki perkembangan normal sejumlah 29 responden (96,7%). Hasil uji Fisher exact tes menunjukkan p (0,612) < 0,05, artinya tidak ada hubungan antara riwayat berat lahir dengan perkembangan balita. 2. PEMBAHASAN Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita (p=1,000). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Fitriana dan Maria (2006) dengan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pertumbuhan dan perkembangan motorik anak pengungsi korban gempa dan tsunami (Desmika, 2012). Hasi l penelitian ini berbeda pula dengan hasil penelitian dari Alina (2010) yang menunjukkan ada hubungan antara status gizi stunted dengan perkembangan motorik halus (p=0,01), dengan bahasa (p<0,001), motorik kasar (p< 0,001). Anak yang stunting mengalami pertumbuhan rangka yang lambat dan pendek. Kondisi ini diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan makanan dan meningkatnya kesakitan dalam masa waktu yang lama. Prevalensi anak stunting dan kurus banyak terjadi pada tahun ke-2 dan ke-3 dalam kehidupan. Pengaruh perbedaan genetik dan suku menjadi pertimbangan ketika melakukan evaluasi tinggi badan terhadap usia (Alina Hizni, 2010).. Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik diperlukan nutrisi yang adekuat. Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas akan menyebabkan gizi kurang. Keadaan gizi kurang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, khusus pada perkembangan dapat mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi otak. Otak manusia mengalami perubahan struktural dan fungsional yang luar biasa antara minggu ke-24 sampai minggu ke-42 setelah konsepsi. Perkembangan ini berlanjut saat setelah lahir hingga usia 2 atau 3 tahun, periode tercepat usia 6 bulan pertama kehidupan. Dengan demikian pertumbuhan sel otak berlangsung sampai usia 3 tahun (Gladys,2011). Selain itu dalam penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan perkembangan balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

76 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat Ades (2014) yang menyatakan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan perkembangan (p=1,000). Secara teori disebutkan fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan dan perkembangan anak laki-laki akan lebih cepat (Kemenkes, 2010). Pada umumnya anak perempuan lebih pintar dan lebih rajin dalam hal belajar. Sedangkan anak laki-laki cenderung lebih aktif dalam bermain, tanpa berpikir akan tugas perkembangannya. Hal ini didukung dengan teori Wong (2008) yang mengemukakan bahwa pada anak perempuan kematangan psikis dan organ lebih cepat, sehingga sangat mempengaruhi perkembangan sosial mereka (Laili, 2014). Menurut Soetjiningsih (2012) anak laki -laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti, mungkin sebabnya perbedaan adalah perbedaan kromosomantara anak laki-laki (xy) dan perempuan (xx), sehingga anak laki -laki dimungkinkan lebih mengalami keterlambatan perkembangan daripada anak perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak didapatkan hubungan antara usia dengan perkembangan balita (p=0,307). Setiap masa tumbuh kembang anak memiliki ciri khas dan perbedaan dalam anatomi, fisiologi, biokimia, dan karakternya. Orangtua, pengasuh dan pendidik perlu mengetahui tahapan perkembangan anak, apakah perkembangannya normal atau ada penyimpangan. Bila orangtua menjumpai adanyanya penyimpangan atau keterlambatan berkembang dibanding usianya maka dapat memberitahu orangtua agar segera memeriksakan anaknya ke fasilitas kesehatan agar ditanggulangi secara dini (Soetjiningsih, 2012). Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah. Dengan mengasah kemampuan anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan semakin meningkat. Pemberian stimulus dapat dengan cara latihan dan bermain. Anak yang mendapat stimulus terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang mendapatkan stimulus. Pada penelitian Gladys di Kabupaten Bandung (2011), ditemukan terdapat hubungan antara usia dengan perkembangan (p=0,009), pada penelitiannya dikemukakan pada anak usia 1-2 tahun, sebagian besar anak masih mendapat perhatian dari ibunya mengenai makanannya, dan masih meminum ASI sehingga perkembangan termasuk dalam kategori meragukan belum ada

ISBN 978-602-50798-0-1 77 perkembangan dengan kategori penyimpangan. Subjek pada usia 1-2 tahun masih berada dibawah pengawasan ibunya dan mendapat stimulasi perkembangan yang adekuat. Pola asuh orang tua berupa pemberian stimulasi yang tepat juga memiliki hubungan signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini selaras dengan penelitian dari (A des, 2014). yang menyatakan ada hubungan antara stimulasi dengan perkembangan (p=0,009) dan pertumbuhan (p value=0,003). Tumbuh kembang anak membutuhkan stimulasi pada setiap tahapan usianya, khususnya dalam keluarga. Semakin banyak anak menerima stimulasi dari lingkungan akan semakin luas pula pengetahuannya sehingga proses tumbuh kembang anak akan berjalan secara optimal. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat berat lahir dengan perkembangan balita (p=0,612). Hasil peneli tian ini berbeda dengan penelitian dari Iman (2016), dimana dalam penelitiannya menyatakan anak dengan riwayat BBLR mempunyai risiko 5 kali lipat untuk masalah keterlambatan motorik halus. BBLR rentan terhadap abnormal tanda-tanda neurologis, koordinasi dan reflex, karena komplikasi neonatal yang menyebabkan perkembangan defisit motor dan penundaan pada anak yang menunjukkan gangguan motorik yang akan mempengaruhi fungsi tangan dan kinerja sekolah mereka (Ema, 2017). Anak yang ketika lahir BBLR, pertumbuhan dan perkembangannya akan lebih lambat dibandingkan anak yang ketika lahir memiliki berat badan normal. Hadi, Hamam (2005) menambahkan bahwa keadaan ini lebih buruk lagi jika bayi BBLR kurang mendapat asupan energi dan zat gizi, pola asuh yang kurang baik dan sering menderita penyakit infeksi sehingga pada akhirnya bayi BBLR cenderung mempunyai status gizi kurang atau buruk. SIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita (p=1,000), tidak ada h ubungan antara jenis kelamin dengan perkembangan balita (p=0,643), tidak ada hubungan antara usia dengan perkembangan balita (p=0,307), tidak ada hubungan antara riwayat berat lahir dengan perkembangan balita (p=0,612). Peneliti mengharapkan agar para bidan lebih memperhatikan perhatian kepada anak stunting terutama pada pertumbuhan dan

78 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat perkembangannya serta melakukan pendidikan kesehatan secara kontinue kepada keluarga tentang dampak dan cara mencegah komplikasi yang disebabkan oleh stunting, serta untuk pihak keluarga adar lebih memberikan perhatian kepada anak stunting dan dapat memberikan upaya kesehatan yang optimal sehingga anak dapat mencapai proses tumbuh kembang yang sesuai usianya. DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Purbalingga. Dinkes Purbalingga: Purbalingga. Ernawati, Fitrah. (2013). Pengaruh Asupan Protein Ibu Hamil dan Panjang Badan bayi Lahir Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12 bulan di kabupaten Bogor (Effect of The Pregnant Women s Protein Intake and Their Baby Length an Birth To Incidence of Stunting Among Children Aged 12 Months In Bogor District). Jurnal Penelitian Gizi dan makanan. 36 (1), 1-11. Gunawan, gladys, et.al. (2011). Hubungan Status Gizi dan Perkembangan Anak usia 1-2 tahun. Sari Pediatri.13(2), 142-146 Hizni, A. (2010). Status Stunted dan hubungannya dengan perkembangan anak balita di wilayah Pesisir Pantai Utara Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 6 (3), 131-137 Imtihanatun, N. (2014). Faktor Risiko Panjang lahir Bayi Pendek di Ruang Bersalin RSUD patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Media Bina Ilmiah. 8(1), 66-76. Kemenkes. (2016). Situasi balita Pendek. Jakarta: Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Kemenkes RI. (2010). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/hasil%20riskesdas%202013.pdf (diperoleh tanggal 10 April 2016) Kukuh, Eka Kusuma. (2013). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 tahun (Studi di Kecamatan Semarang Timur.eprint Undip.

ISBN 978-602-50798-0-1 79 Kurniawati, LD., Ika M. Pola Asuh Orang Tua Mempengaruhi Perkembangan Balita di Posyandu Arjuna RW IV Pos 3 Kelurahan Kemayoran Kecamatan Krembangan Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 7(12), 9-16 Notoatmodjo S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Santi,A,. Antarini, I., Bina, MG. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak usia Toddler (1-3 tahun) dengan riwayat bayi berat lahir rendah. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 5(1), 63-70. Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Wahyu Ningrum, Ema. (2017). Perbedaan Status Gizi Stunting dan Perkembangan antara Balita Riwayat Bblr Dengan Balita Berat Lahir Normal. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad. 10(2), 1-12. Wantika Sari, Desmika, dkk. (2012). Hubungan antara Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-5 Tahun di Posyandu Buah Hati Ketelan Banjarsari Surakarta. Jurnal Kesehatan. 5(2).157-164.