BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. ini ketika penulis berproses untuk menciptakan tokoh Pria dengan Baju Kembang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai apresiator. Proses perancangan tokoh Nunung dalam naskah Tiga Dara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. akhir yang telah dilakukan, juga mampu memberi kebijakan dan kebijaksanaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan selama ini. Pementasan naskah lakon Cupak Gerantang yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui beberapa pembahasan di bagian terdahulu, maka sekarang kita

LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP)

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB I PENDAHULUAN. The House of Bernarda Alba (La Casa De Bernarda Alba) karya Federico

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV PENUTUP. disatukan dengan konsep awal yang akan dikerjakan, yakni glow in the dark.

MENGELOLA TEATER KAMPUS. (Berbagai pemikiran tentang keberadaan Teater Kampus dan strategi menghadapi kendala) 1. Oleh: Dra Yudiaryani M.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta. Publikasi Ilmiah. Penciptaan Tokoh Nina Dalam Naskah Merak Legam Saduran dari Naskah Black Swan Karya Andres Heinz

PEMERANAN TOKOH MARNO PADA NASKAH SERIBU KUNANG-KUNANG DI MANHATTAN ADAPTASI CERPEN UMAR KAYAM OLEH YUSSAK ANUGRAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

TEKNIK PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL ABU DZAR AL GHIFARI KARYA AGUNG WASKITO SUTRADARA WELLY SURYANDOKO. Welly Suryandoko

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

Pembelajaran Teater yang Aneh Tapi Nyata

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

BAB 1 PENDAHULUAN. Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari. fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang

PENCIPTAAN TOKOH LELAKI DALAM NASKAH KURA-KURA DAN BEKICOT KARYA EUGENE IONESCO SADURAN DHARNOTO. Oleh Firdaus A. Dg Parani.

ABSTRAK ANALISIS TEKNIK PELATIHAN AKTOR VIA NEGATIVA JERZY GROTOWSKI PADA NASKAH ALJABAR KARYA ZAK SORGA

PEMERANAN TOKOH JANE DALAM NASKAH SERIBU KUNANG-KUNANG DI MANHATTAN KARYA UMAR KAYAM SADURAN YUSSAK ANUGERAH

BAB I PENDAHULUAN. bentuk seperti dvd, video streaming via internet, bahkan acara televisi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekranisasi adalah pelayarputihan atau pemindahan sebuah novel ke dalam

Bab 1. Pendahuluan. Drama sendiri berarti perbuatan, tindakan, menurut Yapi Tambayong (2012 : Hal 189),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

Pendahuluan. Dedi Mahardi 1

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad, A. Kasim Seni Teater. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Surabaya, Arif Hidajad, S. Sn., M. Pd.

TEKNIK KEAKTORAN PANTOMIM CLAUDE KIPNIS PADA NASKAH BEAUTY AND THE BEAST KARYA LINDA WOLVERTON SUTRADARA SHERLY CINDYA FRANSICA

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

PENCIPTAAN TOKOH GENDUT DALAM NASKAH TERDAMPAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB II DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN. yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak film- film layar lebar horror Indonesia yang sekarang hampir setiap

STIKOM SURABAYA BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyaknya masyarakat miskin di Indonesia menjadikan Indonesia negara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Opera Batak merupakan pertunjukan teater rakyat yang dimiliki

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

TEKNIK PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL ABU DZAR AL GHIFARI KARYA AGUNG WASKITO SUTRADARA WELLY SURYANDOKO. Welly Suryandoko

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang

PERENCANAAN PEMBELAJARAN MENGEKSPRESIKAN DIALOG TOKOH YANG TERSINKRON KOMPETENSI JURUSAN DALAM PEMENTASAN DRAMA BERMETODE SOSIODRAMA

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. Pada beberapa tahun kebelakang ini budaya Indonesia mulai menghilang sedikit demi

BAB II PERKEMBANGAN TEATER CASSANOVA DAN MEDIA PERSENTASI

BAB I PENDAHULUAN. seiring berjalannya perkembangan teknologi yang begitu pesat. efektif selain dari media cetak dan media elektronik lainnya.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

PENCIPTAAN TOKOH SEDANG DALAM NASKAH TERDAMPAR KARYA TERJEMAHAN A. KASIM AHMAD (JUDUL ASLI : NA PELNYM MORZU KARYA SLAWOMIR MROZEK)

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

ANALISIS NASKAH: Oleh Dra Yudiaryani, M.A

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, prosesnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN Gambaran Umum Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. M. Soeharto, Kamus Musik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), 86. 2

Review Film : Judul Film : PARKER (2013) Genre : Action/Thriller/Crime. Sutradara : Taylor Hackford.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga sulit dipelajari dengan tuntas. Oleh sebab itu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penciptaan tokoh Maleficent dalam pertunjukan teater berjudul Maleficent merupakan sebuah proses dengan perjuangan yang panjang. Mengingat tugas utama seorang aktor adalah memainkan peran dengan membawa pesan yang harus tersampaikan kepada penonton, maka dalam proses tersebut aktor mengalami banyak hal baik yang sudah direncanakan sebelumnya maupun yang tidak terduga. Sebuah proses yang diawali dengan niat mulia untuk menyampaikan pesan bahwa seseorang memiliki dua sisi dalam dirinya yang berbeda satu sama lain. Masyarakat awam pada umumnya hanya menilai seseorang dari dalah satu sisi yang ada di dalam diri seseorang tersebut, padahal ada sisi lain di dalam diri orang tersebut yang memang tidak pernah dinilai oleh orang lain. Pada proses ini semua pendukung yang terlibat khusunya aktor dan sutradara mendapatkan sebuah pelajaran yang berharga. Salah satunya pesan yang terkandung adalah kita bisa belajar menilai orang lain tidak hanya dari kulit luarnya saja, akan tetapi ada sisi lain dari pribadi orang yang kita nilai bahkan bisa bertentangan satu sama lain. Contohnya pada pengembangan karakter tokoh Maleficent. Maleficent yang dikenal menjadi seorang peri jahat setelah dikecewakan hatinya, ternyata masih memiliki sisi keibuan yang memiliki kasih sayang yang luar biasa hingga bisa membangunkan puteri Aurora dari kutukannya. 99

Tuhan menciptakan berbagai karakter seseorang dengan sangat unik, dua hal yang bahkan bertentangan bisa saja terdapat di dalam diri seseorang. Begitupun dengan karakter Maleficent dalam pertunjukan ini, meskipun di akhir cerita dia tetap menjadi seorang peri yang kelam karena sangat kecewa dengan kematian puteri Aurora yang disayanginya. Tidak dapat disangka dia sangat menyayangi Aurora meskipun Maleficent begitu dendam dan membenci ayah Aorora yaitu raja Stefan karena telah mengkhianatinya. Pada akhir cerita dalam pementasan ini memang tidak sama persis seperti di film nya, dimana puteri Aorora hidup dan tinggal di Moors bersama para peri. Akan tetapi di tengah proses penciptaan ini jalan cerita di akhir sedikit berbeda yaitu dengan meninggalnya puteri Aorora pada saat peperangan raja Stefan dengan Maleficent. Aurora yang membela Maleficent tewas karena ulah ayahnya sendiri, hal ini yang menyebabkan jiwa Maleficent begitu terluka karena harus kehilangan orang yang disayanginya. Karena kematian Aorora lah kebencian Maleficent pada raja Stefan semakin menjadi. Sehingga di akhir cerita Maleficent yang semula mulai menampakkan sisi kebaikan karena kehadiran Aurora kembali menjadi jahat dan kelam karena kematian Aorora. Tidak hanya pesan moral yang dapat di tarik kesimpulannya dari proses pertunjukan ini, setelah membandingkan beberapa teknik dan teori peran yang dikemukakan oleh beberapa tokoh teater juga dapat ditarik kesimpulannya. Dari pembahasan mengenai gaya dan metode yang dilakukan oleh beberapa tokoh teater dunia seperti Grotowski, Brecht dan Stanislavsky 100

maka metode yang digunakan dalam proses penciptaan tokoh Maleficent ini adalah metode yang dikemukakan oleh Stanislavsky. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tema dan gaya pertunjukan yang akan di pentaskan. Selain itu kesimpulan yang dapat ditarik setelah melalui tahapan proses latihan bahwasannya metode dari Stanislavsky cukup detail dan memudahkan aktor untuk memahaminya. Akan tetapi ditengah proses beberapa metode yang semula dirasa akan mempermudah aktor dalam mencari karakter ternyata ada beberapa point metode yang tidak cocok, seperti latihan yang terlalu memforsir tubuh. Tubuh aktor yang diporsir karena sering latihan hingga larut malam bahkan dini hari menyebabkan stamina menjadi turun, sehingga harus memberikan vitamin untuk mengembalikan kekuatan aktor. Selain itu juga berangkat dari konsep yang telah diusung sebelumnya yaitu akting dan bukan akting yang dicetuskan oleh Michael Kirby, maka proses penerapan konsep ke dalam pertunjukan ini diwujudkan melalui metode latihan yang dikemukakan oleh Stanislavsky. B. Saran Membuat sebuah karya bagi seorang seniman adalah menuangkan idealisme dalam karya tersebut. Penciptaan tokoh Maleficent juga merupakan idealisme dari aktor yang memang sangat menyukai karakter tersebut di dalam film dengan judul yang sama. Akan tetapi karena penciptaan ini adalah sebuah karya tugas kahir dan harus dipertanggung jawabkan dari segi akademik maka dalam prosesnya diperlukan teori dan metode untuk pengaplikasiannya. Hal tersebut bukan berarti pembatasan idealisme dari 101

seorang aktor tetapi justru membantu aktor dalam melakukan tahapan proses penciptaan. Teori dan metode ini lahyang terkadang membuat para aktor kebingungan utuk memilih teori atau metode penciptaan seperti apa yang cocok dan sesuai dengan karya mereka. Para aktor biasanya hanya tahu bermain saja tanpa mengedepankan konsep dan teori, maka dari itu setelah melalui proses karya tugas akhir ini saran yang dapat diberikan adalah perbanyak wawasan mengenai teori dan pendapat-pendapat dari tokoh teater dunia. Terkadang aktor mengesampingkan konsep maupun teorinya dalam berkarya sehingga kesulitan saat menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah seperti skripsi contohnya. Tidak hanya wawasan mengenai akting dan teater yang kiranya dilakukan, tetapi keberanian dalam membuat karya yang dapat dipertanggung jawabkan juga sangat penting. Proses penggarapan pertunjukan Maleficentini bisa dikatakan sebuah keberanian karena mengadaptasi sebuah cerita film box office yang sukses di pasaran. Keberanian semacam ini tidak ada salahnya dilakukan selagi memiliki konsep dan dapat dipertanggung jawabkan andai kata ada yang mempertanyakannya. Melihat dari hal tersebut maka disarankan kepada para aktor untuk lebih berani bereksplorasi dengan idealismenya. Satu hal lagi yang harus dilakukan oleh seorang aktor, yaitu ciptakan situasi yang kondusif meskipun pada saat proses latihan terjadi banyak benturan dari berbagai pihak. Hal tersebut sedikit banyak akan memberikan sebauh pelajaran bagaimana memahami banyak karakter dari para pendukung di pementasan tersebut. 102

Saran lain yang dapat diberikan setelah melalui proses panjang dalam pertunjukan ini yaitu hendaknya lebih fokus pada kemampuan dan diri sendiri. Mengingat pementasan ini adalah sebuah karya tugas akhir sehingga fokus juga terpecah pada berbagai aspek seperti artistik dan keproduksian, maka ada baiknya jika ketidak fokusan tersebut dihindari. Solusi yang dapat diberikan adalah dengan menyerahkan tanggung jawab hal-hal diluar permainan kepada orang yang telah dipercaya. Apabila ada emosi terkait dengan individu, lebih baik tidak melibatkan perasaan terlalu mendalam dan tetaplah fokus pada tokoh yang akan dimainkan. Menjaga mood adalah hal terbaik yang harus dilakukan, kesedihan atau euphoria yang berlebihan juga harus dijaga dengan seimbang mengingat masih banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan setelah pertunjukan berakhir. 103

KEPUSTAKAAN Anirun, Suyatna. 1998. Menjadi Aktor. Bandung: PT. Rekamedia Multiprakarsa. Darmawan, Hendro.2011. KamusIlmiahPopuler.Yogyakarta: BintangCemerlang. Dimyati, Ipit Saefidier. 2010. Komunikasi Teater Indonesia. Bandung: Penerbit Kelir. Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. Hodgson, Jhon, Ernest Richard. 1966. Improvisation. London: Methuen&Co Ltd. Kerman, Alvin B. 1963. Character and Conflict An Introduction to Drama. USA: Harcourt, Brace& World Inc. Kirby, Michael. 1987.A Formalist Theatre.Philadelphia: UniversityofPennsylvaniaPress. McCaw, Charles. 1955. Acting is Believing, A Basic Method. USA. Morrison, Hugh. 1992. Acting Skills. London: A&C Black Limited. Partanto, Pius A, M. Dahlan Al Barry. 2001. KamusIlmiahPopuler. Surabaya: Arkola. Stanislavski, Konstantin. 1980. Persiapan Seorang Aktor. Terj. Asrul Sani. Jakarta: Pustaka Jaya. Vineberg, Steve. 1991. Method Actors. Three Generations of An American Acting Style. New York: Schirmer Books A Division of Macmillan Inc. Yudiaryani. 2002.PanggungTeaterDunia.Yogyakarta: PustakaGondhoSuli. 104