BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan periode awal yang paling mendasar dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. layak, hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa awal kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam kehidupan

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Zamrud Khatulistiwa ini merdeka. Selama itu pula ibu pertiwi ini mengisi kemerdekaannya

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

Deteksi Dini Dan Stimulasi Kecerdasan Jamak Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Mubiar Agustin

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

PERANAN PAUD DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Disajikan pada pelatihan Tutor PAUD di Bekasi Oleh Babang Robandi PLS-FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 1

PERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PAUD DI INDONESIA. Annisa Meitasari Wahyono

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional diarahkan kepada pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Menghadapi abad ke-21 ini bangsa Indonesia dituntut mampu bersaing dengan negara-negara lain dalam segala hal baik ekonomi, kesehatan, pendidikan maupun bidang lainnya. Untuk mempersiapkannya perlu dimulai dari peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut salah satu langkah pastinya adalah dengan pendidikan. Pendidikan menjadi landasan kuat yang diperlukan untuk meraih kemajuan bangsa di masa depan. Bahkan lebih penting lagi sebagai bekal dalam menghadapi era global yang penuh dengan persaingan ketat antar bangsa. Dengan demikian, pendidikan menjadi syarat mutlak untuk dipenuhi karena ia merupakan faktor determinan bagi suatu bangsa untuk bisa memenangi persaingan global. Sesuai dengan tujuan pembangunan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu menghadapi setiap perubahan dan diharapkan dapat membentuk manusia 1

2 seutuhnya yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, mandiri, bertanggung jawab dan memiliki etos kerja yang tinggi. Pendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia yang diamanatkan kepada pemerintah dan tercantum di dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Di Indonesia sesuai dengan pasal 28 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini telah ditempatkan sejajar dengan pendidikan lainnya. Bahkan pada puncak acara peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2003, Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan pelaksanaan pendidikan anak usia dini di seluruh Indonesia demi kepentingan terbaik anak Indonesia. Pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Indonesia masih terkesan eksklusif dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat. Istilah PAUD sendiri belum banyak dipahami masyarakat luas. Selama ini pemahaman umum tentang PAUD masih terbatas pada Taman Kanak-kanak (TK). Pemahaman ini pun masih terbatas memandang Taman Kanak-kanak (TK) sebagai lembaga pendididikan persiapan masuk sekolah dasar (SD) sehingga dalam pelaksanaannya, cenderung bersifat akademis. Padahal pembelajaran pada anak usia dini perlu dikembangkan sesuai dengan dunia anak, yaitu yang

3 memberikan kesempatan pada mereka untuk aktif dan kreatif dengan menerapkan konsep belajar melalui bermain. Hasil kajian neurologi menunjukkan bahwa pada saat lahir otak bayi membawa potensi sekitar 100 milyar yang pada proses berikutnya sel-sel dalam otak tersebut berkembang dengan begitu pesat yang menghasilkan bertriliyun-triliyun sambungan antar neuron. Supaya mencapai perkembangan optimal sambungan ini harus diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial, karena sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami atropi (penyusutan) dan musnah. Inilah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kecerdasan anak. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil penelitian di Baylor College of Medicine yang menemukan bahwa apabila anak jarang memperoleh rangsangan pendidikan, maka perkembangan otaknya lebih kecil 20-30 % dari ukuran normal anak seusianya. Dalam kajian lain diungkapkan bahwa sekitar 50 % kapabilitas kecerdasan manusia terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80 % telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun. Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya, dan selanjutnya perkembangan otak akan mengalami stagnasi. Itulah sebabnya periode ini dinamakan usia emas (golden age). Karena setelah perkembangan ini lewat, maka berapa pun kapabilitas kecerdasan yang dicapai individu, tidak akan mengalami peningkatan lagi atau dengan kata lain tidak memiliki kebermaknaan. Ditinjau dari sisi yang lain periode ini disebut juga masa yang

4 paling penting dalam kehidupan individu karena merupakan waktu bagi anak mulai mengenal sekolah, usia awal berkelompok, usia menjelajah, usia bertanya, usia meniru, usia kreatif dan usia bermain (Surya, 2001). Sebagai konsekuensi dari cukup urgennya fase anak usia dini ini, maka kegiatan pembelajaran pun sejatinya dilakukan secara menyenangkan, yaitu melalui kegiatan bermain. Bermain sebagai bagian integral aktivitas belajar anak usia dini memiliki peranan penting dalam menumbuhkembangkan seluruh potensi anak (child potencial development) secara proporsional. Kesenangan yang diperoleh melalui bermain memungkinkan anak belajar tanpa tekanan, sehingga di samping motoriknya, kecerdasan anak (verbal atau linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis) akan ikut berkembang. Sedemikian penting kegiatan bermain dalam kehidupan anak, sehingga sebagian besar sepakat bahwa kegiatan bermain anak pada hakikatnya adalah belajar. Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan anak usia dini itu diselenggarakan untuk meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik sebelum memasuki pendidikan dasar. Usia anak usia dini merupakan masa yang sangat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam masa ini anak berada dalam masa peka untuk menerima rangsangan, terarah dan didorong ke tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Upaya ke arah itu pembinaan dan pengembangan potensi anak usia dini diselenggarakan melalui jalur pendidikan luar sekolah, seperti yang

5 tercantum dalam Pasal 28 Ayat 4 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), dan bentuk lain yang sederajat. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah Bab VIII Pasal 19 bahwa selain kursus dan Kelompok Belajar pendidikan luar sekolah dapat diselenggarakan dalam Kelompok Bermain, Penitipan Anak, dan Satuan PAUD Sejenis. Usia lahir sampai memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada saat anak dilahirkan, dia telah membawa potensi sebagai manusia yang terdiri dari dimensi fisik, emosi, intelektual, spiritual dan sosial. Oleh karena itu, pada usia dini semua potensi anak harus ditumbuhkembangkan secara optimal melalui berbagai stimulasi/ rangsangan, baik fisik (melalui gizi, perawatan kesehatan, dan lain-lain) maupun non fisik (sosial-emosional, intelektual, konsep diri, seni, moral, nilainilai agama, dan lain-lain). Doman (2005) menyatakan bahwa anak-anak lebih cerdas dari yang kita duga. Faktanya, kita telah menyia-nyiakan potensi anak-anak kita dengan menghalangi mereka untuk belajar apa saja yang dapat mereka pelajari di tahun-tahun pertama, ketika mereka paling mudah menyerap informasi. Banyak orang tua yang belum menyadari bahwa pengenalan aksara dan angka pada anak baik apabila ditanamkan dari sejak dini. Padahal melatih pengenalan aksara dan angka sebaiknya dimulai sejak anak berusia di bawah lima tahun (balita). Karena penting untuk bekalnya saat masuk dunia sekolah

6 nanti, terutama memasuki sekolah dasar. Bila telah dilatih sejak usia balita, anak yang sudah terbiasa mengenal deretan huruf dan mulai bisa merangkainya menjadi suatu bacaan, dipercaya akan lebih mudah menangkap apa yang diajarkan gurunya di sekolah. Berbagai sumber data yang ditemukan cukup memberikan gambaran bahwa sumber daya manusia di Indonesia memiliki mutu yang rendah. Hal ini diindikasikan dengan angka partisipasi buta huruf yang mencapai 9,8% (Bucheri dalam Sutomo 2004) dan kemampuan baca tulis Indonesia yang berada pada urutan ke-2 terendah (36%) setelah negara Venezuela (33,9%). Ironisnya, Elly (Bahry, 2000:2) mengemukakan bahwa menurut hasil penelitian kemampuan membaca anak usia sekolah di Indonesia menduduki peringkat ke-29 dari 30 negara yang diteliti. Melihat pentingnya pengenalan aksara dan angka pada anak sejak dini, banyak sekali metode yang dikembangkan agar dapat merangsang kemampuan anak. Oleh karena itu metode merupakan komponen penting dalam pembelajaran yang berfungsi sebagai penghubung antara bahan atau materi yang akan diberikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Purwadarminta dalam Sudjana (2001;7) mengungkapkan bahwa metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan Sudjana (1993;7) mengemukakan bahwa metode pembelajaran adalah sebagai prosedur yang sistematik dan terencana untuk menyelenggarakan kegiatan belajar-membelajarkan di dalam dan melalui kelompok dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam pemilihan suatu metode haruslah

7 disesuaikan dengan materi belajar, warga belajar, alat peraga sehingga metode pembelajaran yang digunakan efektif sesuai dengan tujuan. Salah satunya adalah Metode MBA-AIUEO, yang digunakan oleh Lembaga Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak BIMBA-AIUEO Guruminda Bandung. Di mana dalam metode MBA-AIUEO ini dalam proses pembelajarannya menggunakan metode gabungan antara fun learning, individual system, dan small step system. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang penggunaan metode fun learning dalam proses pembelajaran di Lembaga Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak BIMBA- AIUEO Guruminda Bandung. B. Identifikasi Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan juga didukung dengan hasil pengamatan secara langsung di lapangan, diperoleh hasil identifikasi sebagai berikut: 1. Penerapan metode fun learning membuat anak lebih berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran 2. Terbatasnya alat bermain untuk menunjang metode fun learning sehingga menuntut pembimbing untuk lebih kreatif 3. Penggunaan puzzle dalam penerapan metode fun learning membuat anak tertarik untuk mengenal aksara dan angka 4. Adanya pengguanaan puzzle, pensil warna krayon dalam penerapan metode fun learning

8 5. Faktor kesabaran pembimbing dalam menggunakan metode fun learning mempengaruhi mengenal aksara dan angka anak. 6. Peserta didik memiliki kemampuan mengenal aksara dan angka setelah mengikuti program bimbingan minat baca dan belajar anak di BIMBA- AIUEO Guruminda Bandung. C. Perumusan dan Pembatasan Masalah Agar penelitian tidak terlalu meluas maka masalah penelitian yang dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana penerapan metode fun learning yang dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan pengenalan aksara dan angka anak usia dini di Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak BIMBA- AIUEO Guruminda Bandung? Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penulis membatasi masalah penelitian pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak BIMBA-AIUEO Guruminda Bandung, terbatas pada proses dan hasil yang dicapai dari penerapan metode fun learning terhadap pengenalan aksara dan angka anak usia dini, dan kesulitan yang dihadapi dalam penerapan metode fun learning yang digunakan pembimbing pada proses pembelajaran.

9 D. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah untuk mendapatkan jawaban terhadap masalah yang dirumuskan di atas. Sedangkan tujuan secara khusus adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan penerapan metode fun learning dalam proses pembelajaran di Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak BIMBA- AIUEO Guruminda Bandung. 2. Untuk mendeskripsikan hasil yang dicapai dari penerapan metode fun learning terhadap pengenalan aksara dan angka anak usia dini di Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak BIMBA-AIUEO Guruminda Bandung. 3. Untuk mendeskripsikan kesulitan yang dihadapi dalam penerapan metode fun learning dalam meningkatkan pengenalan aksara dan angka anak usia dini di Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak BIMBA-AIUEO Guruminda Bandung. E. Kegunaan Penelitian 1. Dari segi teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan informasi bagi para perencana dan pengembang lembaga bimbingan belajar anak. 2. Dari segi praktis, menambah pengetahuan dan informasi yang sangat berharga bagi penulis mengenai metode fun learning sebagai aplikasi dari ilmu yang diperoleh dari Pendidikan Luar Sekolah.

10 3. Sebagai bahan rujukan penelitian perluasan bagi peneliti lainnya. F. Anggapan Dasar Anggapan dasar penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Proses pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta didik dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya (Abdulhak, 2000:25). 2. Masa kanak-kanak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, karena merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia (a noble and maleable phase of human life). Jika orang dewasa mampu menyediakan suatu taman yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar (Froebel dalam Solehuddin, 1997). 3. Sumber belajar berperan untuk membantu warga belajar mutlak perlu memahami, terampil dan menguasai prinsip-prinsip dan teknik-teknik belajar yang akan digunakan dan terampil dalam menggunakan teknik tersebut. Oleh karena itu, sumber belajar sebaiknya telah memiliki pengalaman belajar yang berhubungan dengan teknik-teknik itu (Djuju Sudjana, 1983:15). 4. Anak lebih banyak belajar (dalam arti luas) dari pengalaman berinteraksi dengan objek-objek kongkrit dan orang lain, teman, guru, orang tua dan orang dewasa lainnya. Daripada melalui simbol-simbol tertulis. Anak belajar dengan berbuat dan/ atau mengkonstruksi sesuatu (Solehudin, 2000 : 84).

11 5. Metode yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi bahan belajar terhadap tujuan yang hendak dicapai. Metode dan alat pengajaran dapat mempengaruhi hasil atau prestasi belajar peserta didik. (Tabrani Rusyan dkk, 1989:29) 6. Fun learning adalah bentuk kegiatan meraih ilmu dengan cara yang sangat menyenangkan. 7. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap atau perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan, dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (Direktorat PLS dan Kepemudaan, 2002:1). G. Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan metode fun learning dalam proses pembelajaran di Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak BIMBA-AIUEO Guruminda Bandung? 2. Bagaimana hasil yang dicapai dari penerapan metode fun learning terhadap pengenalan aksara dan angka anak usia dini di Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak BIMBA-AIUEO Guruminda Bandung?

12 3. Bagaimana kesulitan yang dihadapi dalam penerapan metode fun learning dalam meningkatkan pengenalan aksara dan angka anak usia dini di Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak BIMBA-AIUEO Guruminda Bandung? H. Definisi Operasional 1. Metode fun learning adalah suatu proses belajar dalam suasana yang menyenangkan (guru dan murid), tanpa ada unsur paksaan. Sehingga proses belajar dilakukan dengan Bermain sambil Belajar. 2. Pendidikan anak usia dini, adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak usia dini (0-8 tahun) yang dilakukan melalui berbagai rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Anak usia dini dalam penelitian di sini adalah anak usia 3-4 tahun yang mengikuti proses pembelajaran di BIMBA-AIUEO Guruminda Bandung. 3. Lembaga Bimbingan Minat baca dan Belajar Anak BIMBA-AIUEO adalah salah satu lembaga Pendidikan Luar Sekolah yang menyelenggarakan program pendidikan minat baca dan belajar anak usia 3-6 tahun untuk meningkatkan kemampuan membaca, motivasi belajar dan percaya diri sejak dini. 4. Proses pembelajaran ialah proses individu mengubah perilaku dalam upaya memenuhi kebutuhanya. Hal ini mengandung arti bahwa individu

13 akan melakukan kegiatan belajar apabila ia menghadapi situasi kebutuhan (Mohammad Surya, 2004: 13). 5. Hasil pembelajaran ialah perubahan perilaku individu. Individu akan memperoleh perilaku yang baru, menetap, fungsional, positif, disadari, dsb. Perubahan perilaku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan motorik (Mohammad Surya, 2004: 17). I. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dan penyusunan, maka berikut ini akan dikemukakan pokok- pokok bagian dari penulisan, yaitu sebagai berikut: Bab I, Pendahuluan : Menguraikan tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Perumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Anggapan Dasar, Pertanyaan Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Penulisan Bab II, Kajian Pustaka : Mengungkap gambaran umum mengenai dasar pemikiran atau tema yang melandasi permasalahan akan prosedur penelitian. Menguraikan tentang Konsep Pendidikan Anak Usia Dini, Konsep Pembelajaran, Konsep Pengenalan Aksara dan Angka Melalui Metode Fun Learning. Bab III, Prosedur Penelitian : Membahas tentang prosedur penelitian dan menguraikan tentang Pendekatan dan Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Subjek Penelitian, Teknik analisis Data serta Tahapan-Tahapan Penelitian.

14 Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan : Menguraikan penyajian hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V, Kesimpulan dan Saran : Berupa penarikan kesimpulan, serta pengajuan saran sehubungan dengan potensi keberadaan objek penelitian guna peningkatan dan pengembangan.