DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) FRAKSI-FRAKSI DPR RI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN MEMPEROLEH VISA DAN IZIN MASUK

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Indeks: ADMINISTRASI. HANKAM. KEHAKIMAN. Imigrasi. Warganegara. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN. Direktorat Jenderal Imigrasi 2017

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

KEBIJAKAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI DALAM MENDUKUNG FASILITASI (FAL) UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011

BERITA NEGARA. KEMENKUMHAM. Izin Tinggal Tetap. Alih Status. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 11 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP

1 of 6 3/17/2011 3:59 PM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

REGULASI NO. 2000/09

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN, MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

BAB I PENDAHULUAN. keluar wilayah suatu negara harus tunduk pada hukum negara tersebut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG. Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MASYARAKAT ADAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

2018, No Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 21 SERI E

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) FRAKSI-FRAKSI DPR RI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN 1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, F-PD : Tetap Tetap RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, F-BPD : F-PBR : Tetap Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 1

2. Menimbang : a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas wilayah negara Republik Indonesia dalam rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; F-PDIP : Perlu dicantumkan kalimat wilayah darat, laut dan udara setelah kalimat wilyah Negara Republik Indonesia. FPD : Kata-kata adil dan makmur tidak nyambung dengan kata-kata sebelumnya dan kata-kata Republik Indonesia dihapus. a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas wilayah negara Republik Indonesia, yang berupa wilayah darat, laut, dan udara, dalam rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Menimbang : a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas wilayah negara Republik Indonesia dalam rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara berdasar-kan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945; F-PAN mengusulkan penambahan kata Kesatuan a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; F-KB : Penambahan kata kesatuan setelah kata negara bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 2

F-BPD : Rumusan Tetap F-PBR : Tetap 3. F-PDIP : Tambahan substansi 4. b. bahwa perkembangan global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak baik yang menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia sehingga diperlukan pengaturan peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum yang sejalan dengan penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak asasi manusia; F-PDIP : Kata global diganti dengan kata dunia. Setelah kata kepastian hokum ditambah kata di wilayah yurisdiksi Negara Republik Indonesia. F-PD : Kata pengaturan dan pemajuan kalimat ini kurang tepat, sehingga di hilangkan saja. b. bahwa Bangsa Indonesia, sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, c. bahwa perkembangan dunia dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak baik yang menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia sehingga diperlukan pengaturan peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum di wilayah yurisdiksi Negara Republik Indonesia, yang sejalan dengan penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak asasi manusia; b. bahwa perkembangan global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak baik yang menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia sehingga diperlukan peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum yang sejalan dengan penghormatan, dan perlindungan, hak asasi manusia; Sebagai landasan filosofis dari Fungsi keimigrasian, perlu dicantumkan Pembukaan UUD 1945, guna mempertegas upaya untuk melindungi segenap bangsa Indonesia. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 3

F-PAN berpendapat kata global kurang jelas maknanya, oleh karenanya F-PAN mengusulkan perbaikan redaksi F-KB : Kalimat mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan diubah menjadi mobilitas penduduk lintas negara yang dapat menimbulkan. Penambahan kata lintas negara dimaksudkan untuk menegaskan dan mensinkronkan isu ini dengan fokus pengaturan dalam UU Imigrasi ini. F-BPD : Rumusan t e t a p F-PBR : Kata pemajuan dihapus saja karena mengandung makna yang kurang jelas dan tumpang tindih b. bahwa perkembangan global terutama di bidang teknologi dan informasi dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak baik yang menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia sehingga diperlukan pengaturan peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum yang sejalan dengan penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak asasi manusia; bahwa perkembangan global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk lintas negara yang dapat menimbulkan dampak baik yang menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia sehingga diperlukan pengaturan peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum yang sejalan dengan penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak asasi manusia; b. bahwa perkembangan global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak baik yang menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia sehingga diperlukan peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum yang sejalan dengan penghormatan, dan perlindungan hak asasi manusia; Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 4

5. c. bahwa Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian sudah tidak memadai lagi sebagai akibat berbagai perkembangan kebutuhan pengaturan, pelayanan, dan pengawasan di bidang keimigrasian sehingga perlu dicabut dan diganti dengan Undang-Undang baru yang lebih komprehensif serta mampu menjawab tantangan yang ada; F-PDIP : Perubahan huruf c menjadi d. d. Konsisten dengan perubahan sebelumnya. F-PD : - Kata tidak memadai diganti dengan kata tidak sesuai. - Kata serta diganti dan - Kata kebutuhan pengaturan, pelayanan, dan pengawasan dihapus. - Kata yang ada diganti ke depan. c. bahwa Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian sudah tidak sesuai lagi sebagai akibat perkembangan yang terjadi di bidang keimigrasian sehingga perlu dicabut dan diganti dengan Undang-Undang baru yang lebih komprehensif serta mampu menjawab tantangan ke depan ; mengusulkan perbaikan redaksi c.bahwa sebagai akibat berbagai perkembangan kebutuhan pengaturan, pelayanan, dan pengawasan di bidang keimigrasian, Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian sudah tidak memadai lagi sehingga perlu dicabut dan diganti dengan Undang-Undang baru yang lebih komprehensif serta mampu menjawab tantangan yang ada; F-BPD : Rumusan t e t a p F-PDS : Tetap Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 5

6. d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Keimigrasian; 7. Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 26 ayat (2), dan Pasal 28E ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; F-PDIP : Perubahan huruf d menjadi e. Setelah kalimat huruf c ditambah dengan kalimat dan huruf d. F-PD : Tetap e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Keimigrasian; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Keimigrasian; F-BPD : Rumusan t e t a p F-PBR : Tetap Perlu ditambahkan diakhir kalimat Indonesia Tahun 1945; kalimat; dan UU No. 12 Tahun 2006. tentang Kewarganegaraan. F-KB : Perlu penambahan dengan pencantuman UU Kewarganegaraan yang baru F-PKS : Ditambah: Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 26 ayat (2), dan Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan UU No. 12 Tahun 2006. tentang Kewarganegaraan. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 26 ayat (2), dan Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri; Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Banyak ketentuan dalam UU kewarganeraan yang terkait langsung dengan RUU Imigrasi. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 6

8. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 9. MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEIMIGRASIAN F-BPD : Rumusan t e t a p F-PDS : Tetap Tetap F-BPD : F-PBR : tentang Kewarganegaraan Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Tetap MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEIMIGRASIAN F-BPD : Rumusan t e t a p Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 7

10. BAB I KETENTUAN UMUM 11. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Keimigrasian adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi keimigrasian dalam rangka mengatur lalu-lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia, menjaga tegaknya kedaulatan negara, serta pengawasan keberadaan dan kegiatan orang asing dalam wilayah negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. F-BPD : Rumusan t e t a p F-PDIP : Setelah kata wilayah Indonesia, ditambah kalimat menjaga wilayah yurisdiksi negara. 1. Keimigrasian adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi keimigrasian dalam rangka mengatur lalu-lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia, menjaga wilayah yurisdiksi Negara, menjaga tegaknya kedaulatan negara, serta pengawasan keberadaan dan kegiatan orang asing dalam wilayah negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. mengusulkan perbaikan redaksi 1. Keimigrasian adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi imigrasi dalam rangka mengatur lalu-lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia, menjaga tegaknya kedaulatan negara, perlindungan bagi hak warga negara, pemajuan Menjaga wilayah yurisdiksi Negara, dimaksudkan agar imigrasi berperan pula di perbatasan wilayah Indonesia serta mempu menindak segala pelanggaran yang mungkin terjadi diwilayah perbatasan. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 8

F-KB : Perubahan redaksional F-BPD : Rumusan t e t a p hak asasi manusia, serta pengawasan keberadaan dan kegiatan orang asing dalam wilayah negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Keimigrasian adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi keimigrasian yang meliputi pengaturan lalulintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia, serta pengawasan keberadaan dan kegiatan orang asing dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. 12. 2. Wilayah negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah Indonesia serta zona tertentu yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. F-PDIP : Ditambah kalimat wilayah darat, laut, serta udara. mengusulkan perbaikan redaksi 2. Wilayah negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah Indonesia, yang meliputi wilayah darat, laut, serta udara, serta zona tertentu yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. 2. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah Indonesia serta zona tertentu yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 9

F-BPD : Antara frasa wilayah Indonesia dengan serta, ditambahkan frasa baru yang meliputi darat, laut, udara, 2. Wilayah negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah Indonesia yang meliputi darat, laut, udara, serta zona tertentu yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 13. 3. Fungsi keimigrasian adalah bagian dari fungsi pemerintahan negara yang melakukan pelayanan kepada masyarakat, penegakan hukum keimigrasian dan keamanan negara, serta fasilitator pembangunan ekonomi. F-PDIP : Setelah kalimat pelayanan kepada masyarakat, ditambah kata pengawasan terhadap kegiatan orang asing. Kalimat dan keamanan Negara serta fasilitator pembangunan ekonomi dihapus. mengusulkan penambahan kata penegakan kedaulatan wilayah F-KB : Perubahan redaksional 3. Fungsi keimigrasian adalah bagian dari fungsi pemerintahan negara yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, pengawasan terhadap kegiatan orang asing, serta penegakan hukum keimigrasian. 3. Fungsi keimigrasian adalah bagian dari fungsi pemerintahan negara yang melakukan pelayanan kepada masyarakat, penegakan kedaulatan wilayah, penegakan hukum keimigrasian dan keamanan negara, serta fasilitator pembangunan ekonomi. 3. Fungsi keimigrasian adalah bagian dari fungsi pemerintahan negara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, penegakan hukum keimigrasian dan keamanan negara, serta fasilitator pembangunan ekonomi. Imigrasi tidak hanya melayani masyarakat saja tetapi juga yang terpentiing adalah pengawasan terhadap orang asing yang berada di wilayah yurisdiksi Indonesia. Keimigrasian tidak terkait secara langsung dengan fasilitator pembangunan ekonomi. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 10

F-BPD : Antara frasa pelayanan dengan kepada ditambahkan dan perlindungan ; setelah frasa fasilitator ditambahkan penunjang ; setelah frasa ekonomi ditambahkan nasional. 3. Fungsi keimigrasian adalah bagian dari fungsi pemerintahan negara yang melakukan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat, penegakan hukum keimigrasian dan keamanan negara, serta fasilitator penunjang pembangunan ekonomi nasional. 14. 4. Orang asing adalah orang yang bukan warga negara Indonesia. 15. 5. Pimpinan adalah Menteri atau kepala lembaga yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang keimigrasian. F-BPD : Rumusan Tetap F-PBR : F-PAN mengusulkan penambahan kata wewenang F-BPD : Pimpinan diubah menjadi Menteri, dan frasa atau kepala lembaga 4. Pimpinan adalah Menteri atau kepala lembaga yang ruang lingkup wewenang, tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang keimigrasian. 5. Menteri adalah Menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang keimigrasian. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 11

16. 6. Pejabat Imigrasi adalah pejabat yang memiliki keahlian teknis keimigrasian dan mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung jawab di bidang keimigrasian. 17. 7. Petugas Pemeriksa Pendaratan adalah petugas imigrasi yang berwenang melakukan pemeriksaan terhadap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia di Tempat Pemeriksaan Imigrasi atau tempat lain yang ditetapkan oleh Pimpinan. dihapus. F-PKS : Ditambah kata dan manajerial Pejabat Imigrasi adalah pejabat yang memiliki keahlian teknis dan manajerial keimigrasian dan mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung jawab di bidang keimigrasian. 18. 8. Penyidik Keimigrasian adalah Pejabat Pegawai Negeri Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 12

Sipil Imigrasi yang diberi wewenang oleh Undang- Undang ini untuk melakukan penyidikan tindak pidana keimigrasian. 19. 9. Kantor Imigrasi adalah unit pelaksana teknis yang menjalankan fungsi keimigrasian di daerah kabupaten, kota, atau kecamatan. F-PKS : Ditambah kata dan pelanggaran F-BPD :Rumusan tetap Penyidik Keimigrasian adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil Imigrasi yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk melakukan penyidikan tindak pidana (kejahatan) dan pelanggaran keimigrasian 20. 10. Tempat Pemeriksaan Imigrasi adalah tempat pemeriksaan di pelabuhan laut, bandar udara, pos lintas batas, atau tempat lain sebagai tempat masuk dan keluar wilayah Indonesia. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 13

F-PKS : Ditambah kata yang ditetapkan oleh menteri F-BPD : Frasa tempat pemeriksaan dihapus. Dan setelah frasa tempat ditambahkan frasa -tempat ; setelah frasa lain ditambahkan yang ditetapkan Menteri. Tempat Pemeriksaan Imigrasi adalah tempat pemeriksaan di pelabuhan laut, bandar udara, pos lintas batas, atau tempat lain yang ditetapkan oleh menteri sebagai tempat masuk dan keluar wilayah Indonesia. 10.Tempat Pemeriksaan Imigrasi adalah pelabuhan laut, bandar udara, pos lintas batas, atau tempattempat lain yang ditetapkan Menteri sebagai tempat masuk dan keluar wilayah Indonesia. 21. 11. Dokumen Perjalanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara atau Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melakukan perjalanan antarnegara yang memuat identitas pemegangnya. F-PD : Tetap F-BPD :Rumusan tetap 22. 12. Dokumen Keimigrasian adalah Paspor Biasa, visa, izin masuk, izin tinggal dan perizinan tertulis lainnya yang dikeluarkan oleh pejabat Imigrasi. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 14

23. 13. Dokumen Perjalanan Republik Indonesia adalah Paspor Republik Indonesia dan Surat Perjalanan Laksana Paspor Republik Indonesia. 24. 14. Paspor Republik Indonesia adalah dokumen negara yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan perjalanan antar negara yang memuat identitas/data tertulis atau elektronik dan photo pemegangnya dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan serta berlaku selama jangka waktu tertentu. F-BPD :Rumusan tetap F-PD : Tetap F-PD : Tanda / pada kata antara identitas dan kata data dihapus diganti kata dan. 15. Paspor Republik Indonesia adalah dokumen negara yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan perjalanan antar negara yang memuat identitas dan data tertulis atau elektronik dan photo pemegangnya dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan serta berlaku selama jangka waktu tertentu. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 15

25. 15. Surat Perjalanan Laksana Paspor Republik Indonesia adalah dokumen resmi pengganti paspor yang diberikan dalam keadaan tertentu yang memuat identitas/data tertulis atau elektronik dan photo pemegangnya dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan serta berlaku selama jangka waktu tertentu. 26. 16. Visa untuk Republik Indonesia yang selanjutnya disebut visa adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang pada perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia. F-PD : Tanda / pada kata antara identitas dan kata data dihapus diganti kata dan. F-BPD : Setelah frasa orang asing untuk ditambahkan frasa masuk dan. 16. Surat Perjalanan Laksana Paspor Republik Indonesia adalah dokumen resmi pengganti paspor yang diberikan dalam keadaan tertentu yang memuat identitas dan data tertulis atau elektronik dan photo pemegangnya dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan serta berlaku selama jangka waktu tertentu. 16. Visa untuk Republik Indonesia yang selanjutnya disebut visa adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang pada perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk masuk dan melakukan Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 16

27. 17. Izin Masuk adalah izin yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan kepada orang asing untuk masuk wilayah Indonesia. 28. 18. Tanda Masuk adalah tanda tertentu berupa cap yang dibubuhkan pada dokumen perjalanan warga negara Indonesia dan orang asing pemegang Izin Masuk Kembali atau tanda lainnya baik manual maupun elektronik yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan sebagai tanda bahwa yang bersangkutan masuk wilayah Indonesia. perjalanan ke wilayah Indonesia. F-PD : Tetap 29. 19. Tanda Keluar adalah tanda tertentu berupa cap yang dibubuhkan pada dokumen perjalanan warga negara Indonesia dan orang asing atau tanda lainnya baik manual maupun elektronik yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan sebagai Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 17

tanda bahwa yang bersangkutan keluar wilayah Indonesia. 30. 20. Izin Masuk Kembali adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi kepada orang asing pemegang Izin Tinggal Terbatas dan Izin Tinggal Tetap untuk masuk kembali ke wilayah Indonesia. 31. 21. Izin Tinggal adalah izin yang diberikan kepada orang asing oleh Pejabat Imigrasi untuk berada di wilayah Indonesia. F-PD : Tetap F-PDIP : Kata berada setelah kalimat Pejabat Imigrasi untuk, diganti dengan kata tinggal. Izin Tinggal adalah izin yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi kepada orang asing untuk berada di wilayah Indonesia. 22. Izin Tinggal adalah izin yang diberikan kepada orang asing oleh Pejabat Imigrasi untuk tinggal di wilayah Indonesia Penempurnaan kalimat Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 18

32. 22. Alat Angkut adalah kapal laut, pesawat udara, atau sarana transportasi lain yang lazim dipergunakan baik untuk mengangkut orang maupun barang. 33. 23. Pencegahan adalah larangan terhadap orang untuk keluar dari wilayah Indonesia berdasarkan alasan keimigrasian, piutang negara, perkara pidana, serta keamanan dan ketertiban umum. Kata maupun setelah kata orang diganti dengan kata dan/atau. F-PD : Tetap 23. Alat Angkut adalah kapal laut, pesawat udara, atau sarana transportasi lain yang lazim dipergunakan untuk mengangkut orang dan/atau barang. Perlu dijelaskan lebih rinci pencegahan karena alasan keamanan dan ketertiban umum. Jangan sampai karena alas an perbedaan politik seseorang dicegah untuk bepergian ke luar negeri. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 19

34. 24. Penangkalan adalah larangan terhadap orang asing untuk masuk ke wilayah Indonesia berdasarkan alasan yang ditentukan dalam Undang-Undang ini. 35. 25. Tindakan Administratif Keimigrasian adalah tindakan administratif dalam bidang keimigrasian yang dikenakan kepada orang asing di luar proses peradilan. F-PD : Kurang huruf T di awal kalimat. 25. Tindakan Administratif Keimigrasian adalah tindakan administratif dalam bidang keimigrasian yang dikenakan kepada orang asing di luar proses peradilan. F-PBR : Kurang huruf T di awal kalimat. 26. Tindakan Administratif Keimigrasian adalah tindakan administratif dalam bidang keimigrasian yang dikenakan kepada orang asing di luar proses peradilan. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 20

36. 26. Intelijen Keimigrasian adalah kegiatan penyelidikan keimigrasian dan pengamanan keimigrasian di dalam rangka proses penyajian informasi melalui analisis guna menetapkan perkiraan keadaan keimigrasian yang dihadapi atau yang akan dihadapi. 37. 27. Migran adalah orang asing yang masuk atau keluar wilayah Indonesia dengan maksud untuk menetap dan/ atau bertempat tinggal sementara dan/ atau untuk meneruskan perjalanan ke negara lain. 38. 28. Penyelundupan migran adalah perbuatan membawa orang asing masuk atau keluar wilayah negara Indonesia secara melawan hukum. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 21

39. 29. Rumah atau Ruang Detensi adalah tempat penampungan sementara bagi orang asing yang tidak memiliki izin tinggal atau menunggu proses deportasi. 40. 30. Deportasi adalah tindakan paksa mengeluarkan orang asing dari wilayah Indonesia. 41. 31. Penanggung jawab alat angkut adalah pemilik, pengurus, agen, nakhoda, kapten kapal, kapten pilot, atau pengemudi alat angkut yang bersangkutan. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 22

42. 32. Penumpang adalah setiap orang yang berada di atas alat angkut selain awak alat angkut. 43. 33. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 23

44. Pasal 2 Setiap warga negara Indonesia berhak melakukan perjalanan ke luar dan masuk wilayah Indonesia. F-PKS : Ditambah kata kecuali dengan alasan yang diatur dalam undangundang ini Setiap warga negara Indonesia berhak melakukan perjalanan ke luar dan masuk wilayah Indonesia, kecuali dengan alasan yang diatur dalam undangundang ini. 45. BAB II FUNGSI DAN PELAKSANAAN KEIMIGRASIAN 46. Pasal 3 (1) Fungsi keimigrasian dilaksanakan oleh Pemerintah. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 24

47. (2) Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah menetapkan kebijakan keimigrasian. F-BPD : Catatan: Rumusan Penjelasan RUU ini pada Pasal 3 ayat (1) tentang fungsi keimigrasian sebaiknya dihapus karena substansi sudah termuat pada Pasal 1 angka 3. mengusulkan tambahan frase dalam Peraturan Pemerintah. (2) Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah menetapkan kebijakan keimigrasian dalam Peraturan Pemerintah. 48. (3) Fungsi keimigrasian di sepanjang garis perbatasan wilayah negara Republik Indonesia dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi. F-PDIP : Kalimat disepanjang garis perbatasan wilayah Negara Republik (3) Fungsi keimigrasian dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi. Fungsi keimigrasian tidak hanya disepanjang garis Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 25

49. Pasal 4 (1) Untuk melaksanakan fungsi keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dibentuk Kantor Imigrasi di setiap kabupaten, kota, atau kecamatan. Indonesia dihapus. perbatasan wilayah Negara RI tetapi juga di wilayah darat yang menjadi yurisdiksi Negara RI. Penekanan pada wilayah perbatasan dapat dicantumkan dalam penjelasan. mengusulkan agar garis perbatasan diberi penjelasan F-KB : Perubahan redaksional dengan menambahkan kata pelaksanaan di awal kalimat F-PDIP : Ditambah kata ibu kota Negara, provinsi, sebelum kata kabupaten. Kata kecamatan dihapus. mempertanyakan tentang pembentukan Kantor Imigrasi di kecamatan? Dalam kaitan ini, F-PAN mengusulkan rumusan baru Pelaksanaan fungsi keimigrasian di sepanjang garis perbatasan wilayah negara Republik Indonesia dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi. (1) Untuk melaksanakan fungsi keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dibentuk Kantor Imigrasi di ibukota negara, provinsi, kabupaten, atau kota. Pasal 4 (1) Untuk melaksanakan fungsi keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dapat dibentuk Kantor Imigrasi di setiap kabupaten, kota, atau kecamatan. Kantor imigrasi tidak diperlukan pada tingkat kecamatan. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 26

50. (2) Selain Kantor Imigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dibentuk Rumah atau Ruang Detensi Imigrasi di ibukota negara, provinsi, kabupaten, atau kota. 51. (3) Penetapan Tempat Pemeriksaan Imigrasi atau pos imigrasi atau pos lintas batas di wilayah kerja Kantor Imigrasi ditetapkan berdasarkan Keputusan Pimpinan. F-BPD : Setelah frasa di setiap ditambahkan frasa propinsi, dan dapat dibentuk di. Usulan ini terkait dengan kemampuan anggaran negara. mengusulkan agar Ruang Detensi Imigrasi diberi penjelasan. F-PKS : Keputusan pimpinan diganti keputusan menteri Pasal 4 (1)Untuk melaksanakan fungsi keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dibentuk Kantor Imigrasi di setiap propinsi, dan dapat dibentuk di kabupaten, kota, atau kecamatan. Penetapan Tempat Pemeriksaan Imigrasi atau pos imigrasi atau pos lintas batas di wilayah kerja Kantor Imigrasi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 27

52. Pasal 5 (1) Pada setiap perwakilan Republik Indonesia atau tempat lain di luar negeri terdapat tugas dan fungsi keimigrasian yang dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi. 53. (2) Dalam hal belum ada Pejabat Imigrasi pada perwakilan Republik Indonesia dan tempat lain di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tugas dan fungsi keimigrasian dilaksanakan oleh pejabat dinas luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. F-BPD : Frasa Pimpinan diubah dengan Menteri Tetap F-PKS : Dihapus F-PDS : Argumentasi urgensi perwakilan imigrasi di luar negeri tidak jelas. Karena itu, sebaiknya pasal 5 ayat 1 dan 2 ini sebaiknya dihapuskan. mengusulkan agar frase peraturan perundang-undangan diberi penjelasan lebih lanjut (peraturan perundang-undangan yang dimaksud) F-PKS : Dihapus (3)Penetapan Tempat Pemeriksaan Imigrasi atau pos imigrasi atau pos lintas batas di wilayah kerja Kantor Imigrasi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri. Dihapus Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 28

54. F-BPD : Dimasukan ayat baru (3) Pejabat dinas luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terlebih dahulu memperoleh pengetahuan di bidang keimigrasian dan mendapatkan akreditasi dari menteri. 55. Pasal 6 Pemerintah dapat melakukan kerja sama internasional di bidang keimigrasian dengan negara lain atau dengan badan atau organisasi internasional dengan mendasarkan pada peraturan perundang-undangan. F-PD : Ada penyempurnaan kalimat. mengusulkan penambahan frase kedualatan Negara Kesatuan Republik Indonesia F-BPD : Rmusan tetap F-PBR : Ada penyempurnaan kalimat. F-PDS : Tetap Pasal 6 Pemerintah dapat melakukan kerja sama internasional di bidang keimigrasian dengan negara lain atau dengan badan atau organisasi internasional berdasarkan pada peraturan perundang-undangan. Pasal 6 Pemerintah dapat melakukan kerja sama internasional di bidang keimigrasian dengan negara lain atau dengan badan atau organisasi internasional dengan mendasarkan pada kedualatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan peraturan perundang-undangan Pasal 6 Pemerintah dapat melakukan kerja sama internasional di bidang keimigrasian dengan negara lain atau dengan badan atau organisasi internasional berdasarkan pada peraturan perundang-undangan. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 29

56. BAB III MASUK DAN KELUAR WILAYAH INDONESIA 57. Bagian Kesatu Umum Pasal 7 (1) Setiap orang yang masuk atau ke luar wilayah Indonesia wajib memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku. Tetap 58. (2) Setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib memiliki visa yang sah dan masih berlaku. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 30

59. F-BPD : Dimasukan ayat baru 60. Pasal 8 (1) Setiap orang yang masuk atau ke luar wilayah Indonesia, wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. 61. (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan dan/atau identitas diri. Tetap mengusulkan perubahan redaksi F-PKS : Ditambah kata barang bawaan (3) Pejabat dinas luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terlebih dahulu memperoleh pengetahuan di bidang keimigrasian dan mendapatkan akreditasi dari Menteri. (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan dan identitas diri. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan dan/atau identitas diri serta barang bawaan. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 31

62. (3) Dalam hal adanya keraguan atas keabsahan dokumen perjalanan dan/atau identitas diri seseorang, Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan berwenang untuk melakukan penggeledahan terhadap badan dan barang bawaan dan dapat dilanjutkan dengan proses penyelidikan keimigrasian. 63. Bagian Kedua Masuk Wilayah Indonesia F-PG : Ditambah kata penyidikan setelah penyelidikan mengusulkan perubahan redaksi (3) Dalam hal adanya keraguan atas keabsahan dokumen perjalanan dan/atau identitas diri seseorang, Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan berwenang untuk melakukan penggeledahan terhadap badan dan barang bawaan dan dapat dilanjutkan dengan proses penyelidikan dan penyidikan keimigrasian. (3) Untuk memastikan atas keabsahan dokumen perjalanan dan/atau identitas diri seseorang, Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan berwenang untuk melakukan penggeledahan terhadap badan dan barang bawaan dan dapat dilanjutkan dengan proses penyelidikan keimigrasian. Proses penyelidikan dapat dilanjutkan dengan proses penyidikan apabila ditemukan bukti permulaan yang cukup sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 32

64. Pasal 9 (1) Orang asing dapat masuk ke wilayah Indonesia setelah mendapat Izin Masuk dari Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan. 65. (2) Warga negara Indonesia dapat masuk ke wilayah Indonesia setelah mendapat Tanda Masuk dari Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan. Tetap F-PG : Kata Orang Asing diganti menjadi Setiap orang penambahan kata atau Tanda Masuk setelah katan izin masuk. mengusulkan perubahan redaksi F-PG : Ayat ini dihilangkan karena bertentangan dengan Pasal 12 ayat (1) Pasal 9 Setiap orang dapat masuk ke wilayah Indonesia setelah mendapat Izin Masuk atau Tanda Masuk dari Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan. Pasal 9 Orang asing diijinkan masuk ke wilayah Indonesia setelah mendapat Izin Masuk dari Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan. Ketentuan ini menjadi sinkron dengan ketentuan Pasal 12 ayat (1) Berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (1) setiap WNI tidak dapat ditolak masuk wilayah RI, sedangkan berdasarkan ketentuan ayat ini WNI dapat masuk setelah mendapat tanda masuk dari pejabat Imigrasi atau Petugas Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 33

F-PD : Agak rancu kalimat di atas. Masa warga Negara Indonesia mau masuk ke Indonesia harus ada izin? F-PBR : Masa warga Negara Indonesia mau masuk ke Indonesia harus ada izin? Ayat ini di hapus saja karna kontradiktif dengan Pasal 12 ayat 1 F-PDS : Tidak perlu mendapatkan ijin bagi WNI untuk memasuki wilayah Indonesia (2) Warga Negara Indonesia dapat masuk ke wilayah negara lain setelah mendapat tanda masuk dari Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan. Dihapus Pemeriksa Pendaratan, bagaimana kalau WNI tidak mendapat tanda masuk. 66. Pasal 10 (1) Pejabat Imigrasi dapat memberikan izin masuk darurat kepada orang asing dalam keadaan darurat. Perlu dijelaskan mengenai kondisi dalam keadaan darurat, sehingga tidak terjadi multi tafsir. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 34

67. (2) Izin masuk darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku sebagai izin tinggal kunjungan darurat. mengusulkan agar kata izin masuk darurat diberi penjelasan F-PKS : Perlu adanya pengaturan yang jelas tentang keadaan darurat F-PBR : Harus ada klausul penjelasan dalam UU ini tentang apa yang dimaksud keadaan darurat yang dimaksudkan untuk kepastian hokum Apa yang dimaksud dengan izin masuk darurat sebagai izin timggal kunjungan darurat, bentuknya pengaturannya bagaimana, berapa lama waktu tinggalnya, dan bagaimana pengawasannya. F-BPD : Rumusan t e t a p Catatan: Izin masuk darurat perlu dijelaskan dan di masukkan dalam Rancangan Penjelasan untuk ayat ini. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 35

68. F-PDIP : Tambahan substansi 69. F-KB : Perlu penambahan ketentuan kriteria kedaruratan dan tata cara pengaturannya. 70. Pasal 11 (1) Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan dapat menolak orang asing masuk wilayah Indonesia dalam hal orang asing tersebut: 71. a. namanya tercantum dalam daftar penangkalan; mengusulkan kata dapat dihapus (3) Izin tinggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) hanya berlaku untuk jangka waktu... hari. Pasal 11 (1) Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan menolak orang asing masuk wilayah Indonesia dalam hal orang asing tersebut: Perlu ditentukan kriteria untuk pemberian izin darurat:: dalam hal apa, kepada siapa dan untuk jangka waktu berapa lama. Bila disepakati, izin masuk darurat perlu didefinisikan dalam Pasal 1 atau dijelaskan dalam penjelasan pasal. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 36

72. b. tidak memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan berlaku; 73. c. memiliki Dokumen Perjalanan dan/atau visa yang diduga palsu; Tetap F-PAN mengusulkan penambahan kata masih Tetap b. tidak memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku; F-PBR : c. memiliki dokumen perjalanan dan/atau visa palsu; Kata di duga dihapus saja Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 37

74. d. tidak memiliki visa, kecuali yang dibebaskan dari kewajiban memiliki visa; 75. e. ternyata menderita gangguan jiwa atau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum, atau diduga akan melakukan perbuatan yang melanggar norma kesusilaan yang berlaku di Indonesia; Tetap F-PDIP : Kalimat adanya dugaan melakukan perbuatan yang melanggar norma... dstnya dihapus. Perlu ditambahkan dalam Penjelasan Pasal 11 huruf e. menderita gangguan jiwa atau penyakit menular dibuktikan dengan hasil pemeriksaan tertulis dari dokter yang berkompeten yang ditunjuk oleh pejabat imigrasi F-PAN mengusulkan kata ternyata dihapus e. ternyata menderita gangguan jiwa atau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum. e. menderita gangguan jiwa atau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum, atau diduga akan melakukan perbuatan yang melanggar Sulit untuk menduga apakah seseorang akan melakukan pelanggaran norma kesusilaan. Sbaiknya suatu norma harus jelas, tidak menimbulkan berbagai pengertian. Oleh karena itu adanya dugaan harus pula didasarkan pada fakta yang jelas. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 38

norma kesusilaan yang berlaku di Indonesia; 76. f. telah memberi keterangan yang tidak benar dalam memperoleh visa; F-BPD :Rumusan tetap F-PDIP :Tetap Tetap F-BPD : Menambah frasa dokumen perjalanan dan/atau sebelum frasa visa f.telah memberi keterangan yang tidak benar dalam memperoleh dokumen perjalanan dan/atau visa; 77. g. diduga sebagai orang yang terlibat dalam kejahatan internasional dan kejahatan transnasional terorganisasi; Di dalam penjelasan pasal harus dicantumkan apa yang menjadi indikator adanya dugaan terlibat kejahatan internasional. Perlu ditambahkan dalam Penjelasan Pasal 11 huruf g dan huruf lainnya Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 39

78. h. menunjukkan perilaku yang akan membahayakan keamanan atau ketertiban umum; 79. i. termasuk dalam daftar pencarian orang untuk ditangkap dari suatu negara asing; yang ada kata diduga perlu tegaskan bahwa kata diduga harus disertai dengan bukti-bukti awal yang kuat dan akurat serta bisa dipertanggungjawabkan di pengadilan. Tetap Tetap Tetap Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 40

80. j. diduga terlibat dalam kegiatan makar terhadap Pemerintah Republik Indonesia; 81. k. tidak memiliki biaya hidup yang cukup bagi dirinya atau keluarganya untuk berada di wilayah Indonesia. Perlu dijelaskan bentuk dan aktivitas kegiatan makar yang dimaksudkan dalam Pasal 11 huruf j ini. Tetap F-KB : Usul perubahan substansi. Ketentuan huruf k sebaiknya diperluas persayaratannya dengan mamasukkan klausul tentang pertanggungan/jaminan oleh pihak lain terhadap seseorang yang akan masuk ke wilayah Indonesia atas biaya hidupnya selama berada di wilayah Indonesia k. tidak memiliki biaya hidup yang cukup bagi dirinya atau keluarganya untuk berada di wilayah Indonesia, atau tidak memiliki jaminan dari pihak lain yang akan menanggung biaya hidup selama di Indonesia. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 41

82. (2) Orang asing yang ditolak masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan dalam pengawasan. 83. Pasal 12 (1) Setiap warga negara Indonesia tidak dapat ditolak masuk wilayah Indonesia. Setelah kata dalam pengawasan ditambahkan kalimat dalam rumah atau ruang detensi imigrasi untuk segera dideportasi ke negara asalnya. mengusulkan agar kata pengawasan diberi penjelasan lebih terinci F-BPD : Menambah frasa dalam rangka menunggu keberangkatanya ke luar wilayah Indonesia setelah kalimat pada ayat (1). Dan Mengubah frasa pengawasan menjadi Rumah atau Ruang Detensi Imigrasi Tetap (2) Orang asing yang ditolak masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan dalam pengawasan dalam rumah atau ruang detensi imigrasi untuk segera dideportasi ke negara asalnya. (2) Orang asing yang ditolak masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka menunggu keberangkatanya ke luar wilayah Indonesia ditempatkan dalam Rumah atau Ruang Detensi Imigrasi. Catatan: Rancangan penjelasan untuk ayat ini, diusulkan untuk dihapus. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 42

84. (2) Dalam hal terdapat keraguan terhadap dokumen perjalanan seorang warga negara Indonesia dan/atau status kewarganegaraannya maka yang bersangkutan harus memberikan bukti lain yang sah dan meyakinkan yang menunjukan bahwa yang bersangkutan adalah warga negara Indonesia. 85. (3) Dalam rangka menunggu bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang bersangkutan dapat ditempatkan dalam Rumah atau Ruang Detensi Imigrasi. Kalimat yang sah dan meyakinkan yang menunjukan bahwa yang bersangkutan adalah warga negara Indonesia diganti dengan kalimat seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) meskipun sudah kadaluarsa. mengusulkan agar frase bukti lain diberikan penjelasan lebih terinci F-PBR : Harus ada kalausul pejelasan dalam UU ini tentang apa yang dimaksudkan dengan bukti lain kewarga negaraan yang sah dan meyakinkan. (2) Dalam hal terdapat keraguan terhadap dokumen perjalanan seorang warga negara Indonesia dan/atau status kewarganegaraannya maka yang bersangkutan harus memberikan bukti lain seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) meskipun sudah kadaluarsa. Perlu diperjelas bentuk dokumen yang sah yang menunjukan bahwa yang bersangkutan adalah WNI. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 43

mempertanyakan makna kata ditempatkan, apakah sebagai tahanan atau sandera, atau makna yang lain. Hal ini perlu ada kejelasan, sehingga tidak ada interpretasi. 86. Bagian Ketiga Keluar Wilayah Indonesia 87. Pasal 13 Setiap orang dapat keluar wilayah Indonesia setelah mendapat Tanda Keluar dari Petugas Pemeriksa Pendaratan. Tetap F-PD : Tetap mengusulkan penambahan frase Pejabat Imigrasi atau Pasal 13 Setiap orang dapat keluar wilayah Indonesia setelah mendapat Tanda Keluar dari Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 44

88. Pasal 14 (1) Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan berwenang menolak orang untuk ke luar wilayah Indonesia dalam hal orang tersebut: 89. a. tidak memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku; atau F-BPD : Pasal 13 Pada akhir kalimat ditambahkan Setiap orang dapat keluar wilayah Indonesia setelah frasa atau Pejabat imigrasi. mendapat Tanda Keluar dari Petugas Pemeriksa Pendaratan atau Pejabat Imigrasi. Tetap Tetap 90. b. diperlukan untuk kepentingan penyelidikan dan Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 45

penyidikan atas permintaan pejabat yang berwenang. 91. F-PAN mengusulkan rumusan baru c. namanya tercantum dalam daftar penangkalan; d. diduga sebagai orang terlibat dalam kejahatan internasional dan kejahatan transnasioal terorganisasi; e. diduga sebagai orang yang terlibat dalam kejahatan internasional dan kejahatan transnasional terorganisasi; f. termasuk dalam daftar pencarian orang untuk ditangkap dari suatu negara asing; g. diduga terlibat dalam kegiatan makar terhadap Pemerintah Republik Indonesia; 92. (2) Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan juga berwenang menolak orang asing untuk ke luar wilayah Indonesia dalam hal orang asing tersebut masih mempunyai kewajiban di Indonesia yang harus diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. mengusulkan agar peraturan perundang-undangan diber penjelasan lebih lanjut Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 46

93. Bagian Keempat Kewajiban Penanggung Jawab Alat Angkut 94. Pasal 15 (1) Penanggung jawab alat angkut yang masuk atau keluar wilayah Indonesia dengan alat angkutnya wajib melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi. 95. (2) Penanggung jawab alat angkut yang membawa penumpang yang akan masuk atau ke luar wilayah Indonesia hanya dapat menurunkan atau menaikkan penumpang di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Tetap F-PD : Tetap Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 47

96. (3) Nakhoda kapal laut wajib melarang orang asing yang tidak mendapat Izin Masuk untuk meninggalkan alat angkutnya selama alat angkut tersebut berada di wilayah Indonesia. 97. Pasal 16 (1) Penanggung jawab alat angkut yang datang dari luar wilayah Indonesia atau akan berangkat keluar wilayah Indonesia diwajibkan untuk: Tetap 98. a. memberitahukan rencana kedatangan atau rencana keberangkatan secara tertulis atau elektronik kepada Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 48

Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan; mengusulkan frase baru a. memberitahukan rencana kedatangan atau rencana keberangkatan secara tertulis atau elektronik kepada Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum kedatangan; 99. b. menyampaikan daftar penumpang dan daftar awak alat angkut yang ditandatanganinya kepada Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan; 100. c. memberikan tanda atau mengibarkan bendera isyarat bagi kapal laut yang datang dari luar wilayah Indonesia dengan membawa penumpang; F-PD : Tetap Tetap Tetap Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 49

101. d. melarang setiap orang naik atau turun dari alat angkut tanpa izin Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan sebelum dan selama dilakukan pemeriksaan keimigrasian; Tetap 102. e. melarang setiap orang naik atau turun dari alat angkut yang telah mendapat penyelesaian keimigrasian selama menunggu keberangkatan; Tetap 103. f. membawa kembali keluar wilayah Indonesia pada kesempatan pertama setiap orang asing yang datang Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 50

dengan alat angkutnya yang tidak mendapat Izin Masuk; 104. g. menjamin bahwa orang asing yang diduga atau dicurigai akan masuk ke wilayah Indonesia secara tidak sah, untuk tidak turun dari alat angkutnya; dan mempertanyakan bagaimana mekanisme menjamin 105. h. menanggung segala biaya yang timbul sebagai akibat pemulangan setiap penumpang dan/atau awak alat angkutnya. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 51

106. (2) Penanggung jawab alat angkut reguler wajib menggunakan Sistem Informasi Pemrosesan Pendahuluan Data Penumpang dan melakukan kerja sama dalam rangka pemberitahuan data penumpang melalui Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian. 107. Pasal 17 mengusulkan agar Sistem Informasi Pemrosesan Pendahuluan Data Penumpang diberikan penjelasan lebih lanjut F-BPD : Rumusan t e t a p Catatan: Mempertanyakan kepada Pemerintah apa yang dimaksud dengan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian karena di dalam Pasal 1 RUU ini maupun rancangan penjelasannya tidak ditegaskan. (1) Penanggung jawab alat angkut wajib meneliti Dokumen Perjalanan dan/atau visa setiap penumpang yang akan Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net 52