Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

BAB I. PENDAHULUAN. keseluruhan juga akan berkurang, sehingga akan menghemat pemakaian bahan

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

EFFECT OF CUTING SPEED USING MATERIAL HSS TOOL AND CARBIDE TOOL FOR LATHE PRICESS OF MATERIAL AISI 1010 FOR QUALITY LATHE TOOL WEAR

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

MATERI PEMBEKALAN/DRILLING LKS SMK SE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007

Bab IV Data Pengujian

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

SIDIK GUNRATMONO NIM : D

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

JURNAL AUSTENIT VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

Iman Saefuloh 1, Ipick Setiawan 2 Panji Setyo Aji 3

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

JTM. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013, 48-55

Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PADA KEKERASAN MATERIAL SPECIAL K (K100)

KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMBUBUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PAHAT BUBUT HASIL PENGEMBANGAN

Politeknik Negri Batam Program Studi Teknik Mesin Jl. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Mesin bubut (Turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas

PENGGUNAAN ALAT PENDUKUNG PRAKTIK PADA KOMPETENSI MENGUNAKAN MESIN BUBUT KOMPLEKS

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

ANALISA KEAUSAN PERKAKAS POTONG PADA PROSES HOT MACHINING BAJA BOHLER K110 DENGAN 3 VARIASI SPEED MACHINING

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY

PENGARUH JENIS PAHAT, JENIS PENDINGINAN DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KERATAAN DAN KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 42 PADA PROSES BUBUT RATA MUKA

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

PENGARUH PENGARUH JENIS COOLANT DAN VARIASI SIDE CUTTING EDGE ANGLE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BUBUT TIRUS BAJA EMS 45

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan mesin mempunyai persyaratan kualitas permukaan (kekasaran

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang berpeluang menguasai pasaran dan

STUDI EKSPERIMENTAL TERJADINYA KEAUSAN PAHAT PADA PROSES PEMOTONGAN END MILLING PADA LINGKUNGAN CAIRAN PENDINGIN

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

JURNAL. PENGARUH VARIASI MERK PAHAT HSS (High Speed Steel) TERHADAP KEAUSAN PAHAT PADA MATERIAL ST 37

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

HARDENABILITY. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH SUDUT POTONG (RAKE ANGLE) PADA PROSES TURNING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN RINGKASAN

OPTIMASI PARAMETER PROSES PEMESINAN TERHADAP KEAUSAN PAHAT DAN KEKASARAN PERMUKAAN BENDA HASIL PROSES CNC TURNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

PENGARUH PERBEDAAN KEDALAMAN POTONG PADA PROSES BUBUT DAN PERLAKUAN PANAS NORMALIZING TERHADAP PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAJA KARBON MENENGAH (HQ 760)

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

PENGARUH PEMAKANAN (FEED) TERHADAP GEOMETRI DAN KEKERASAN GERAM PADA HIGH SPEED MACHINING PROCESSES

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

Transkripsi:

ISBN 978-979-3541-50-1 IRWNS 2015 Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed Badruzzaman a, Dedi Suwandi b a Jurusan Teknik Mesin,Politeknik Negeri Indramayu,Indramayu 45252 E-mail : bagus_200409@yahoo.com b Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Indramayu, Indramayu 45252 E-mail : dedi@polindra.ac.id ABSTRAK Dalam proses pemesinan baik secara konvensional ataupun ComputerNumerical Control (CNC), kualitas produk yang dihasilkan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan suatu produksi. Kualitas produk yang dipersyaratkan oleh standar akan berdampak pada banyaknya improvisasi yang akan dilakukan sehingga dicapai kualitas yang maksimal dengan cost production yang minimal, selain dari kesiapan mesin operator. Upaya mereduksi cost production dengan cara meningkatkan atau mempercepat proses penyayatan sehingga waktu yang digunakan menjadi lebih sedikit. Proses penyayatan pada mesin bubut dilakukan dengan menggunakan alat potong/cutting tool. Analisis yang akan dilakukan memaksimalkan alat potong tersebut yakni mengembangkan model baru di dalam memperkirakan umur pahat pada turning machine dengan high speed, berdasarkan pada hubungan antara waktu produksi kekuatan pahat. Penelitian ini menggunakan pahat bubut carbida pada mesin bubut konvensional dengan material uji ST 41 alumunium. Aspek yang akan diteliti adalah optimalisasi pahat dari segi kekerasan, sudut temperatur pahat sehingga menghasilkan penyayatan yang maksimal, rapih permukaan yang. Dalam pengujian ini suhu pahat dapat diketahui sebelum sesudah proses pemesinan tanpa menggunakan Coolant (air pendingin). Pada proses n ini kemungkinan aya perubahan kekerasan pada pahat material uji dikarenakan aya proses pemesinan dimana hasil dari proses tersebut diuji dengan menggunakan Rockwell Hardness Test. Hasil penyayatan yang rapih dapat ditentukan oleh penempatan sudut pahat 90º-120º. Suhu pahat mengalami peningkatan setelah proses pemesinan material uji ST 41 (35.6 ºC ) Alumunium (33.2 ºC). Hasil penentuan sudut pahat menentukan usia pahat lebih lama digunakan memperkecil cost reduction waktu produksi. Kata Kunci Turning Machine, High Speed, Tool Life, Material uji, Carbide tools 104

1. PENDAHULUAN Pada proses pemesinan baik secara konvensional ataupun Computer Numerical Control (CNC) kualitas produk sangat diperhatikan karena akan sebanding dengan cost production. Upaya mereduksi cost production dengan cara meningkatkan atau mempercepat proses penyayatan. Proses pemesinan sering dilakukan dengan penyayatan yang relatif tebal dengan kecepatan mesin yang tinggi (Hard Speed), apabila tidak memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyayatan akan berdampak pada penurunan kualitas produk. Hal ini perlu dipertimbangkan karena akan berdampak pada kerugian material cost production. Pada proses pemesinan dengan mesin bubut sering dilakukan penyayatan tebal kecepatan putar yang begitu tinggi (Hard Speed), agar memperoleh kualitas yang baik dari hasil n proses yang cepat, maka perlu diperhatikan adalah pemilihan material cutting tool sudut pahat yang digunakan. Apabila salah dalam memilih material cutting tool sudut pahat, maka akan berdampak pahat akan cepat mengalami keausan hasil produk memiliki kualitas tidak optimal. [1] Hal ini terjadi karena sudut pahat yang tidak tepat berpengaruh pada gesekan antara pahat dengan benda kerja sehingga mempercepat terjadinya pemanasan cutting tool dengan benda kerja. Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan suatu kajian yang tepat mengoptimalkan fungsi pahat berdasarkan geometri pahat sudutnya agar usia pahat lebih lama digunakan memperkecil cost reduction waktu produksi. 2. PARAMETER PENELITIAN Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yakni : a. Jumlah pahat bubut b. Kekerasan pahat material uji c. Waktu pemesinan d. Temperatur pahat bubut Dari beberapa parameter di atas, akan dihasilkan tingkat kekerasan pada beberapa nomor pahat bubut, waktu pemesinan yang akan dihasilkan serta temperatur pahat yang muncul akan berpengaruh pada komposisi pahat atau material itu sendiri. Hal ini yang menjadi dasar dari penelitian yang akan dilakukan. 2.1. Pengaruh Kecepatan Potong Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan potong yang diijinkan oleh alat yakni :[2] 1. Sifat fisik mekanik logam mesin 2. Bahan dari alat pemotong. 3. Kecepatan pemakanan kedalaman pemotongan. 4. Sudut pahat. 5. Pemakaian cairan pendingin. 6. Jumlah maksimum yang diijinkan dari keausan pahat. 7. Tipe mesin yang digunakan. 2.2. Single Point Cutting Tool Single point cutting tool adalah sebuah alat potong pada mesin bubut yang digunakan proses penyayatan dengan mempunyai satu titik kontak antara pahat bubut dengan benda kerja.[4] Macam-macam single point cutting tool ditunjukkan seperti gambar berikut : Gambar 1. Single Point Cutting Tool 3. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi tahapan penelitian yang akan dilakukan ditunjukkan seperti gambar berikut : STUDI PUSTAKA PEMBUATAN RANCANGAN PERSIAPAN PERALATAN DAN MATERIAL PROSES PEMBUATAN PENGUJIAN 105

Gambar 2. Kerangka Penelitian Tahapan yang dilakukan pada proses analisa pahat carbida yaitu dari persiapan (preparation) sampai selesai (finishing) adalah sebagai berikut: Preparation, Proses awal yang dilakukan adalah studi pustaka mencari referensi yang diperlukan sebagai acuan standarisasi material pahat bahan uji. Pembuatan rancangan, Proses rancangan yang dilakukan yakni membuat tabel analisa yang akan digunakan proses pencarian data, pemilihan komponen material persiapan peralatan yang akan digunakan. Persiapan peralatan material, Peralatan yang digunakan diantaranya mesin bubut konvensional, pahat bubut carbide, material uji ST 41 Ø50 x 100 mm, alumunium Ø50 x 100 mm, masing-masing 5 pcs. Proses pembuatan, Proses pembuatan yang dilakukan dengan proses n yang dilakukan di bengkel teknik mesin Politeknik Negeri Indramayu. Pengujian, Pengujian yang dilakukan yakni pengujian microstructure pada pahat bubut carbide, material uji, uji kekerasan pada pahat bubut carbide [5]. Analisis waktu produksi, temperatur pahat proses akhir yang dilakukan yakni analisis data penentuan sudut pahat yang tepat. 4. DISKUSI 4.1. Sudut standar pahat bubut carbide Sudut pahat bubut carbide standar berdasarkan referensi yang ada. Gambar 3. Pahat Carbide paduan sudut pahat.[2] 4.2. Pengujian Microstructure Hasil pengujian Microstructure pada material uji ST 41 ditunjukkan seperti tabel berikut : Tabel 1. Komposisi kimia Mild Steel ST 41 Unsur C Si S P Mn Ni Cr % 0.44 0.18 0.0045 0.016 0.52 0.10 0.064 Unsur V Ti Sn Fe % 0.00188 0.00182 0.00547 98.7480 ST 41 merupakan baja karbon medium karena kandungan karbonnya lebih dari 0,30% sehingga dapat dinaikkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas austenitizing, quenching tempering. Aplikasi baja karbon medium ini sering digunakan membuat roda gigi, poros Crankshaft.[3] Segkan hasil pengujian Microstructure pada material uji alumunium ditunjukkan seperti tabel berikut : Tabel 2. Komposisi kimia Alumunium Unsur Si Fe Cu Mn Mg Zn Ti % 0.40 0.72 0.14 0.064 0.42 0.07 0.02 Unsur Cr Ni Pb Sn Na % 0.026 0.012 0.007 0.005 0.00083 Unsur Sb AL % 0.013 98.0843 Menurut referensi standar, Al dengan kemurnian yang tinggi, yang bersifat ulet maka memiliki tegangan tarik sekitar 13.000 lb/inchi 2. Walaupun diperkirakan 2 kali lipat dengan pengerjaan dingin, tetapi ketangguhan akhir masih belum cukup tinggi Al tidak dapat dikenai perlakuan panas. [3] 106

4.3. Pengujian Rockwell Di bawah ini ditunjukkan hasil pengujian kekerasan Rockwell pada beberapa pahat bubut carbide dibandingkan dengan kekerasan standar dari material pahat bubut carbide tersebut. Gambar 6. Grafik kekerasan ST 41 Gambar 4. Grafik Kekerasan pahat Carbide. Dari gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa pahat carbide yang digunakan mengalami penurunan kekerasan yang disebabkan oleh proses pemesinan. Hasil pengujian kekerasan material alumunium pada saat sebelum sesudah mengalami proses n ditunjukkan pada grafik berikut : Dari grafik di atas, terdapat aya perbedaan kekerasan pada material ST 41 sesudah diproses sebelum diproses memiliki selisih 2.68 dilihat dari nilai - dari hasil uji Rockwell. Kesimpulanya, karena terkena proses pemesinan material ST 41 mengalami perubahan kekerasan. 4.4. Waktu produksi Di bawah ini ditunjukkan waktu permesinan/proses n dengan 2x percobaan pada material alumunium dihasilkan grafik seperti berikut : Percobaan Pertama Gambar 5. Grafik Kekerasan Alumunium Dari grafik di atas, terdapat aya perbedaan kekerasan pada material Alumunium sesudah diproses sebelum diproses memiliki selisih 0.4 dilihat dari nilai - hasil uji Rockwell. Kesimpulanya, karena terkena proses pemesinan material Alumunium mengalami perubahan kekerasan. Segkan hasil pengujian kekerasan material ST 41 pada saat sebelum sesudah mengalami proses n ditunjukkan pada grafik berikut : Gambar 7. Grafik waktu pemakanan material Alumunium Percobaan Kedua Nomor Pahat Dilihat dari data di atas, pemakanan ke 2 cenderung lebih lama dikarenakan pahat sudah mulai tumpul, serta aya tatal yang menempel pada pahat yang mengakibatkan pahat susah memotong material tersebut. Kesimpulanya pahat ini tidak cocok material yang lunak. 107

Segkan waktu permesinan/proses n dengan 2 x percobaan pada material ST 41 ditunjukkan pada grafik seperti berikut : Gambar 9. Grafik suhu pahat carbide dengan material Alumunium. Dari grafik di atas, terdapat aya perubahan suhu pada setiap pahat yang sebelum proses pemesinan sudah pemesinan serta memiliki suhu tertinggi dengan material uji Alumunium 33.2 ºC. Hal ini disebabkan aya gesekan antara ujung pahat dengan permukaan material uji sehingga mengalami kenaikan suhu dari suhu standar. Segkan perubahan temperatur pahat carbid sebelum sesudah mengalami proses n dengan material uji ST 41 ditunjukkan pada grafik berikut : Gambar 8. Waktu Pemakanan Material ST 41. Dilihat dari data di atas pemakanan ke 2 cenderung lebih lama di karenakan pahat sudah mulai tumpul, susah memotong material tersebut. Pada material baja pahat carbide dapat memakan ketebalan pemakanan sampai 3 mm sekali proses, hasilnya rapih meskipun tanpa pendinginan menggunakan air coolant. Kesimpulan bahwa pahat carbide ini lebih cocok material yang keras pemakanan yang tebal. 4.5. Temperatur pahat bubut carbide Di bawah ini ditunjukkan perubahan temperatur pahat carbide sebelum sesudah mengalami proses n dengan material uji alumunium yang tersaji dalam grafik berikut : Gambar 10. Grafik pahat carbide dengan material ST 41. Berdasarkan data yang di atas, suhu dari pahat sebelum proses n mempunyai suhu yang lebih rendah karena belum terkena panas dari proses n, segkan sesudah proses pemesinan naik hingga suhu tertinggi 35.6 ºC. Hal ini juga disebabkan aya gesekan antara ujung pahat dengan permukaan material uji sehingga mengalami kenaikan suhu dari suhu standar. 4.6. Perbandingan hasil perubahan sudut pahat antar material Di bawah ini ditunjukkan beberapa perbandingan posisi sudut pahat dengan material uji alumunium ST 41 sehingga didapatkan posisi sudut pahat yang tepat dengan hasil yang maksimal seperti tertera dalam tabel berikut : 108

Tabel 3. Perbandingan sudut pahat material. Sudut pahat ( º ) 80 º 90 º 100 º 110 º 120 º Hasil dari perubahan sudut pahat ST 41 Tidak kasar Alumuniu m Tidak kasar Tidak rapih karena geram menempel pada pahat Sedikit rapih sedikit kasar ST 41 Tidak cocok Kesimpulan Alumunium Tidak cocok n Tidak n n n n Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pahat material ST 41 adalah 90º-120º segkan sudut pahat material alumunium adalah 100º-120º. Hal ini menjadi dasar pemilihan sudut pahat carbide material dalam maupun tirus ataupun lainnya. 5. KESIMPULAN Kekerasan pahat bubut carbide mengalami penurunan setelah proses pemesinan pada material uji ST 41 menjadi (79.5 HRA) pada Alumunium menjadi ( 83.2 HRA), Suhu pahat carbide sebelum proses pemesinan pada material uji ST 41 Alumunium adalah 31.5ºC, mengalami kenaikan setelah proses pemesinan tanpa coolant pada material uji ST 41 (35.6 ºC) Alumunium (33.2 ºC) sudut pahat carbide yang tepat pada material uji ST 41 setelah proses adalah 90º- 120º, segkan pada material uji Alumunium setelah proses adalah 100º-120º. UCAPAN TERIMA KASIH 1. Direktur DP2M Dirjen DIKTI 2. Bpk. Casiman Sukardi, Direktur POLINDRA- Indramayu. DAFTAR PUSTAKA [1]. Rochim, Taufik, Teori Teknologi proses pemesinan, HEDS, Jakarta, 1993. [2]. Destefani,J, Cutting tool, Manufacturing Enginering, Oktober 2002. [3]. Degarmo, Material and Proceses in manufacturing, MC Milan, 1974. [4]. C.H.Che Haron, A Ginting, J.H.Goh, Wear of Coated Carbides in Turning Tool Steel, Malaysia, 2001. [5]. Surdia Saito, Pengetahuan Bahan Teknik,Penerbit PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 2000. Efendi, Zainal. 2010. Jurnal Kekerasan Material dengan Metode Rockwell. Fakultas Sains Teknologi UA, Surabaya, 2010 109