BAB II KAJIAN TEORI. Pelaksanaan Gadai dengan Sistem Syariah di Perum Pegadaian. penjagaan dan penaksiran serta dilakukan hanya sekali pembayaran.

dokumen-dokumen yang mirip
Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan IB Rahn Emas di Bank Jateng Syariah Kantor Cabang Semarang Rahn menurut bahasa berarti ats-tsubut dan

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

BAB III STUDI PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat

BAB II LANDASAN TEORI

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah

BAB III IMPLEMENTASI GADAI DI PT. BANK BNI SYARIAH CABANG DHARMAWANGSA SURABAYA. bank negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Tentang Pelaksanaan Produk Pembiayaan Gadai Emas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai di istilahkan dengan rahn dan juga dapat

PENERAPAN TEORI DAN APLIKASI PENGGADAIAN SYARIAH PADA PERUM PENGGADAIAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB III PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB IV ANALISA KONSEPTUAL DAN APLIKATIF GADAI EMAS (AR-RAHN) PT. BPRS BHAKTI SUMEKAR SUMENEP

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Konsep Pembiayaan Rahn (Gadai Emas) di BNI Syariah Cabang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Tujuan utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pegadaian Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu.

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB III PEMBAHASAN. Transaksi hukum gadai dalam fikih islam disebut ar-rahn. Ar-rahn

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Gadai Emas Syariah. sejak tahun 2009 dengan jumlah lebih dari 900 nasabah rahin.

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI

Analisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomer : 26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cimahi

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi dalam bahasa Arab, kata Ar-Rahn berarti tetap dan

BAB IV ANALISIS HYBRID CONTRACT PADA PRODUK GADAI ib EMAS DI PT. BRI SYARIAH KCP GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Profil Pegadaian KC Syariah Raden Intan Lampung

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik

BAB II KAJIAN TEORITIS. kegiatannya tidak lepas dari proses pencatatan akuntansi yang pada akhir

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, muncul lembaga keuangan syariah yang menjadi kompetitor dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

AKAD RAHN DAN AKAD-AKAD JASA KEUANGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan pinjam-meminjam. Kegiatan pinjam-meminjam terdapat produk yang dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gadai Emas Pada Bank BRI Syariah KCP Bukittinggi. produk pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu

BAB III PRINSIP KEADILAN TERHADAP AKAD RAHN EMAS DI BMT. transaksi yang menggunakan dua akad, yaitu akad rahn dan akad ijarah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS DATA

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR GADAI EMAS SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2008) yang berjudul Pelaksanaan Gadai dengan Sistem Syariah di Perum Pegadaian Semarang.Dengan pendekatan yuridis empiris dan spesifikasi penelitian deskriptif mendapatkan hasil penelitian pegadaian syariah memiliki perbedaan mendasar dengan pergadaian konvensional dalam hal pemungutan biaya dalam bentuk bunga yang bersifat akumulatif dan berlipat ganda.sedangkan dipegadaian syariah tidak berbentuk bunga, tetapi hanya berupa biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan dan penaksiran serta dilakukan hanya sekali pembayaran. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2010) yang berjudul Pelaksanaan Perjanjian Gadai Emas Berdasarkan Prinsip Syariah (Studi Pada PT. Bank BRI Syariah Cabang Tanjung Karang).Dengan mengunakan metode penelitian kualitatif secara normatif empiris dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian dan pembahasan penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan perjanjian gadai emas syariah dilakukan melalui 4 (empat) tahapan yaitu tahap permohonan, penaksiran emas, penentuan jangka waktu serta pengeluaran sertifikat gadai syariah sebagai bukti adanya perjanjian gadai emas antara nasabah dengan pihak bank. Pelaksanaan perjanjian tersebut dilakukan dengan memenuhi syarat dan prosedur yang telah ditentukan oleh PT. BRISyariah. Dengan dipenuhinya kewajiban dan hak dalam perjanjian pokok, maka kewajiban dan hak dalam perjanjian gadai akan pula terpenuhi. 9

2 Dari kajian penelitian terdahulu di atas terdapat beberapa persamaan dengan penelitian ini yaitu : 1. Kajian yang diteliti adalah kajian tentang pelaksanaan gadai emas syariah. 2. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dalam penelitian ini juga terdapat perbedaan dengan penelitian terdahulu antara lain sebagai berikut: 1) Perbedaan lokasi penelitian, dimana penelitian ini dilakukan di PT.BRISyariah Kantor Cabang Malang. 2) Penelitian ini merupakan penelitian pertama pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang yang mengkaji tentang implementasi transaksi gadai emas syariah.

3 Table 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama/ Judul Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian Saran Tahun Penelitian 1. TriPuji Pelaksanaan Gadai Mengetahui Pendekatan Bahwa pegadaian syariah Walau belum ditemukan Susilowati Dengan Sistem pelaksanaan gadai yuridis memiliki perbedaan permasalahan seputar (2008) Syariah Di Perum dengan sistem empiris dan mendasar dengan pergadaian pelaksanaan gadai secara syariah Pegadaian syariah spesifikasi konvensional dalam hal di perum pegadaian semarang, Semarang dipegadaian penelitian pemungutan biaya dalam sebaiknya peneliti selanjutnya semarang. deskriptif bentuk bunga yang bersifat dapat menemukan permasalahan akumulatif dan berlipat dan solusinya dalam proses ganda. Sedangkan implementasi gadai secara dipegadaian syariah tidak syariah. berbentuk bunga,tetapi hanya berupa biaya penitipan, pemeliharaan,penjagaan dan penaksiran serta dilakukan

4 hanya sekali pembayaran. 3. Benny Pelaksanaan Untuk mengetahui Penelitian Hasil penelitian dan Menyimpulkan dengan Wijaya Perjanjian Gadai syarat dan prosedur kualitatif pembahasan penelitian ini dipenuhinya kewajiban dan hak (2010) Emas Berdasarkan perjanjian gadai dengan menunjukkan bahwa dalam perjanjian pokok, maka Prinsip Syariah emas syariah, hak pendekatan pelaksanaan perjanjian gadai kewajiban dan hak dalam (Studi Pada PT. dan kewajiban para deskriptif emas syariah dilakukan perjanjian gadai akan pula Bank BRI Syariah pihak dalam secara melalui 4 (empat) tahapan terpenuhi. Cabang Tanjung perjanjian gadai normatif yaitu tahap permohonan, Karang) emas syariah, serta empiris. penaksiran emas, penentuan pelaksanaan jangka waktu serta perjanjian gadai pengeluaran sertifikat gadai emas syariah. syariah sebagai bukti adanya perjanjian gadai emas antara nasabah dengan pihak bank. Pelaksanaan perjanjian tersebut dilakukan dengan

5 memenuhi syarat dan prosedur yang telah ditentukan oleh PT. BRISyariah.

2 2.2 Kajian Teoritis 2.2.1 Kajian Teori Gadai Syariah 2.2.1.1 Pengertian Gadai Syariah Ditinjau dari transaksi hukum gadai dalam ilmu fikih Islam, ar-rahn merupakan salah satu bagian dari fiqih muamalah.ar-rahn dalam bahasa arab adalah ( ) yang berarti tetap dan kekal. Sedangkan menurut Sabiq, istilah Rahn adalah menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak. Begitu pula menurut Antonio (2001 :128), Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam (rahin) sebagai barang jaminan (marhun) atas pinjaman (marhum bih) yang diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan atau penerima gadai (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Sedangkan pengertian gadai menurut syara adalah : menjadikan sesuatu barang yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syara sebagai jaminan utang, yang memungkinkan untuk mengambil seluruh atau sebagian utang dari barang tersebut (Sabiq, 1995 :187). Begitu pula Mas adi (2002 :175), berpendapat mengenai rahn adalah suatu akad utang piutang yang disertai dengan jaminan. Sesuatu yang dijadikan sebagai jaminan disebut marhun, pihak yang menyerahkan jaminan disebut rahin, sedangkan pihak yang menerima jaminan disebut murtahin. Sedangkan definisi Rahn menurut ahli hukum sebagai berikut (Ali, 2008 :2).

3 1. Ulama Syafi iyah mendefinisikan Rahn sebagai berikut: Menjadikan suatu barang yang biasa dijual sebagai jaminan utang dipenuhi dari harganya, bila yang berutang tidak sanggup membayar utangnya. 2. Ulama Hanabilah mengungkapkan sebagai berikut: Suatu benda yang dijadikan kepercayaan suatu utang, untuk dipenuhi dari harganya, bila yang berutang tidak sanggup membayar utangnya 3. Ulama Malikiyah mendefinisikan sebagai berikut: Sesuatu yang bernilai harta (mutamawwal) yang diambil dari pemiliknya untuk dijadikan pengikat atas utang yang tetap (mengikat) Sedangkan Taqiyyuddin dalam Kifayatul Akhyar, pengertian gadai (rahn) diartikan sebagai : menjadikan harta sebagai jaminan utang (Muhammad, 2001 :26). Gadai secara umum menurut sumber hukum Pasal 1150 s.d. Pasal 1160 Kitab undangundang Hukum Perdata (KUH Perdata) merupakan, suatu hak yang diperoleh kreditor (si berpiutang) atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitur (si berutang) atau seseorang lain atas namanya. Dan yang memberikan kekuasaan kepada kreditor itu untuk

4 mengambil pelunasan barang tersebut. Oleh karena itu makna gadai dalam bahasa hukum perundang-undangan disebut sebagai barang jaminan, agunan dan rungguhan (Ali, 2008 : 1). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rahn adalah menahan suatu barang yang bernilai milik si peminjam (rahin) sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima, sehingga pihak yang meminjamkan utang (penerima gadai-murtahin) memperoleh jaminan untuk mendapatkan kembali piutang yang diberikannya. Fungsi dari akad ini adalah memberikan ketenangan bagi pemberi pinjaman akan kembalinya uang yang dipinjamkan. Pada prinsipnya rahn merupakan kegiatan utang-piutang yang bersifat sosial sehingga akad ini merupakan akad tabarru yang tidak mewajibkan imbalan. 2.2.2 Kajian Teori Gadai Emas Syariah 2.2.2.1 Pengertian Gadai Emas Syariah Gadai emas syariah (rahn) merupakan penyerahan jaminan atau hak penguasaan secara fisik atas barang berharga berupa emas (lantakan atau perhiasan beserta aksesorisnya) kepada bank sebagai jaminan atas pembiayaan (qardh) yang diterima.hal ini disempurnakan dengan fatwa DSN MUI No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai emas syariah dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Gadai emas diperbolehkan berdasarkan prinsip rahn 2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh pengadai 3. Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan 4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah (Soemitra, 2009 :387)

5 Penerapan gadai emas syariah di pegadaian syariah biasanya juga hadir sebagai penyedia pembiayaan jangka pendek dengan syarat yang mudah.cukup membawa anggunan (jaminan), seseorang bisa mendapatkan pinjaman sesuai dengan nilai taksiran barang tersebut. Disamping itu, pemohon juga menyerahkan surat kepemilikan dan identitas diri. Bagi para pemohon tidak dikenakan bunga tapi hanya dikenakan biaya administrasi dan biaya jasa penitipan jaminan. 2.2.2.2 Dasar Hukum Gadai Emas Syariah A. Al-Qur an Dasar hukum yang membangun konsep rahn dalam al-quran terdapat dalam surat al- Baqarah : 283 yaitu : jika kamu dalam perjalanan (dan bermu amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggugan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada

6 Allah tuhannya: dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya,dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. B. As-Sunnah Dasar hukum yang kedua ialah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Aisyah ra : Telah diriwayatkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzahali dan Ali bin Khasyram berkata : keduanya mengabarkan kepada kami isa bin Amasy dari ibrahim dari Aswad dari Aisyah berkata : bahwasanya Rasulullah SAW. Membeli makanan dari seorang yahudi dengan menggadaikan baju besinya (HR. Bukori : 1926) Abi Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw berkata, apabila ada ternak digadaikan, punggungnya boleh dinaiki (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaga)nya. Apablia ternak itu digadaikan, air susunya yang deras boleh diminum (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah megeluarkan biaya untuk menjaganya. Kepada orang yang naik dan minum, ia harus mengeluarkan biaya (perawatan)nya. (HR. Bukhori : 2329) Begitu pula pada masa Rasulullah praktek rahn pernah dilakukan, dahulu ketika ada orang yang mengadaikan kambingnya.kemudian Rasul ditanya bolehkah kambingnya

7 diperah?kemudian Nabi mengizinkan sekedar untuk menutup biaya pemeliharaan.artinya Rasulullah mengizinkan kita boleh mengambil keuntungan dari barang yang digadaikan untuk menutup biaya pemeliharaan. Biaya pemeliharaan inilah yang kemudian dijadikan ladang ijtihad para pengkaji keuangan syariah (Sarwad, 2009 :34). Hal ini sesuai dengan hadist yang artinya : Abu Hurairah r.a berkata bahwasanya Rasulullah saw bersabda, barang yang digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang mengadaikannya. Baginya adalah keuntungan dan tanggung-jawabnya bila ada kerugian (atau biaya) (HR Syafi i dan Daruqutni). Sehingga dapat disimpulkan baik dari Al-Quran Surat Al Baqarah :283 dan hadits di atas, dijelaskan bahwa gadai merupakan salah satu bentuk dari mu amalah, dimana sikap menolong dan amanah sangat ditonjolkan. Maka pada dasarnya, hakikatnya gadai dalam Islam adalah semata-mata untuk memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan dengan bentuk marhum sebagai jaminan (Rais, 2006 :41). C. Ijma Ulama Ijma ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai.hal ini dimaksud berdasarkan pada kisah Nabi Muhammad SAW.Yang menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang Yahudi. Para ulama juga mengambil indikasi dari contoh Rasulullah SAW yaitu, ketika beliau beralih dari biasanya bertransaksi kepada para sahabat yang kaya kepada seorang Yahudi, hal itu tidak lebih karena nabi tidak mau memberatkan para sahabat yang bisanya enggan mengambil ganti ataupun harga yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada mereka (Ali, 2008 :8).

8 Hal ini disempurnakan dengan fatwa DSN MUI No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai emas syariah dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Gadai emas diperbolehkan berdasarkan prinsip rahn. 2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh pengadai. 3. Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. 4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah. Soemitra, 2009 :387). 2.2.2.3 Rukun Gadai Emas Syariah Para ulama fiqih berpendapat dalam menetapkan rukun gadai. Menurut jumhur ulama, rukun gadai ada 4 yaitu : (Rais, 2006 :42) 1. Shighat (lafadz ijab dan qabul) 2. Orang yang berakad (rahin dan murtahin) 3. Harta yang dijadikan jaminan (marhun) 4. Utang (marhun bih) Sedangkan dalam fiqih 4 madzab (fiqh al-madzahib al-arba ah) diungkapkan bahwa rukun gadai sebagai berikut : (Ali, 2008 :20) 1. Aqid (orang yang berakad). Aqid adalah orang yang melakukan akad yang meliputi 2 arah yaitu : a) Rahin (orang yang mengadaikan barangnya) b) Murtahin (orang yang berpiutang dan menerima barang gadai atau penerima gadai)

9 2. Ma qud alaih (barang yang diakadkan). Meliputi dua hal yaitu : a) Marhun (barang yang digadaikan) b) Marhum bih atau utang 1.2.2.4 Syarat Sah Gadai Emas Syariah Menurut Rais (2006 :43), syarat gadai dikemukakan oleh ulama fiqih sesuai dengan rukun gadai itu sendiri. Bahwa syarat yang terkait dengan orang yang berakad adalah cakap bertindak dalam hukum yaitu baligh dan berakal.ulama hanafiyah hanya mensyaratkan cukup berakal saja, sehingga anak kecil yang mumayiz (dapat membedakan antara baik dan buruk) boleh melakukan akad rahn dengan syarat mendapatkan persetujuan dari walinya. Sedangkan syarat sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan waktu yang akan datang. Misalnya rahin mensyaratkan apabila tenggang waktu marhun bihtelah habis, sedangkan marhun bih tersebut belum dibayar.maka rahn itu diperpanjang 1 bulan.kecuali jika syarat itu mendukung kelancaran akad maka itu diperbolehkan. Menurut Taqiyyudin (1990 :143-144), syarat marhun yaitu : a) Marhun itu boleh dijual, dan nilainya seimbang dengan marhun bih, b) Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan (halal), c) Marhun itu jelas dan tertentu, d) Marhun itu milik sah rahin, e) Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain, f) Marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam beberapa tempat, g) Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun manfaatnya.

10 h) Keadaan barang tidak rusak sebelum janji utang harus dibayar Sedangkan syarat marhun bih adalah: merupakan hak wajib yang harus dikembalikan kepada murtahin, marhun bih itu boleh dilunasi dengan marhun itu, marhun bih itu jelas, tetap dan tertentu. 1.2.2.5 Manfaat Gadai Syariah Manfaat yang dapat diambil oleh bank dari prinsip ar-rahn adalah sebagai berikut yaitu : a) Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank. b) Memberikan keamanan bagi penabung dan pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu aset atau barang (marhun) yang dipegang oleh bank. c) Jika rahn ditetapkan dalam mekanisme perbankan,tentu akan sangat membantu para nasabah yang membutuhkan dana cepat. Adapun manfaat yang langsung di dapat bank adalah biaya-biaya konkrit yang harus dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan aset tersebut. Jika penahanan aset berdasarkan fidusia (penahanan barang bergerak sebagai jaminan pembayaran), nasabah juga harus membayar biaya asuransi yang besarnya sesuai dengan yang berlaku secara umum (Antonio, 2001 :130). 1.2.2.6 Skema dan Aplikasi dalam Perbankan Syariah Secara umum skema gadai emas syariah adalah sebagai berikut (Antonio, 2001 :131)

11

12 Gambar 2.1 Skema Gadai Syariah Marhun Bih Pembiayaan 2. Permohonan Pembiayaan 1.c 3. Akad Pembiayaan Murtahin Bank Rahin Nasabah 4. Utang + Fee 1. a 1.b Gadai Pembiayaan Marhun Jaminan(emas) Dalam aplikasinya rahn yang dipergunakan dalam perbankan syariah ada dua hal yaitu : a. Sebagai produk pelengkap Akad yang digunakan dalam gadai emas syariah dapat juga dipergunakan untuk akad produk lain semisal akad tambahan (jaminan/colateral) terhadap pembiayaan bai i almurabahah.bank dapat menahan barang nasabah sebagai konsekwensi akad tersebut. b. Sebagai produk tersendiri Akad yang memang dikhususkan untuk gadai emas syariah.

13 1.2.2.7 Risiko Gadai Emas Syariah Adapun risiko yang mungkin terdapat pada gadai emas syariah menurut Antonio (2001 : 131) ialah apabila diterapkan sebagai produk : a. Risiko tak terbayarnya utang nasabah (wanprestasi) b. Risiko penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak. 1.2.2.8 Prosedur Gadai Emas Menurut buku pedoman operasional gadai emas syariah pada BRISyariah, prosedur untuk memperoleh pembiayaan gadai emas syariah secara umum adalah sebagai berikut : 1. Calon nasabah yang belum memiliki rekening pada bank tersebut diharapkan melakukan pembukaan rekening, hal ini akan memudahkan proses transaksi pembiayaan gadai emas. 2. Calon nasabah (Perorangan maupun Badan Hukum) datang ke loket layanan gadai emas syariah dengan menyerahkan bukti identitas diri (KTP, SIM, Passport) dan menyerahkan jaminan emas (perhiasan, koin emas, emas batangan). Serta menyampaikan NPWP untuk pembiayaan yang memiliki nilai plafon tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adapun data-data nasabah dituliskan dalam slip formulir permohonan gadai. 3. Barang jaminan emas tersebut diteliti kualitasnya oleh petugas penaksir gadai emas untuk menetapkan nilai pembiayaan yang diberikan sebesar 87% dari nilai taksiran untuk emas dalam bentuk perhiasan dan 90% nilai taksiran untuk emas dalam bentuk batangan atau antam.

14 4. Selanjutnya dilakukan konfirmasi kepada nasabah atas pembiayaan yang disetujui pihak bank sesuai batas kewenangan. Dengan batas waktu jatuh tempo pelunasan yang telah ditentukan selama 4 bulan. 5. Kemudian, pencairan pembiayaan dilakukan secara tunai atau melakukan pemindahbukuan di teller setelah dikurangi biaya pemeliharaan dan biaya administrasi. 6. Sebelum masa jatuh tempo tiba, pihak nasabah dapat melakukan perpanjangan gadai atau melakukan pelunasan. 7. Jika pihak nasabah tidak melakukan perpanjangan gadai maka pihak nasabah melakukan pelunasan dan pihak bank melakukan penyerahan jaminan. 8. Jika setelah jatuh tempo pihak nasabah tidak melakukan pelunasan sampai batas waktu yang ditentukan maka pihak bank akan melakukan proses pelelangan atau penjualan barang jaminan, dimana jika terdapat kekurangan maka pihak nasabah yang berhak melunasi kekurangannya. Tetapi jika terdapat kelebihan maka pihak nasabah berhak menerima kelebihan atas proses perjualan barang jaminan tersebut. 1.2.3 Implementasi Gadai Emas Syariah di Beberapa Perbankan Syariah 2.2.3.1 Gadai Emas Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRISyariah) Gadai ib BRISyariah kini hadir sebagai solusi terbaik untuk memperoleh dana tunai dan investasi. Dengan proses yang cepat, mudah, aman dan sesuai prinsip syariah untuk ketentraman anda. Fitur produk gadai BRISyariah ib sebagai berikut : 1. Akad gadai

15 a. Akad qardh : pinjaman dana dengan mengadaikan emas tanpa ada tambahan biaya atau margin namun dikenakan biaya administrasi. b. Akad ijaroh : perjanjian penyewaan tempat atas penyimpanan emas di BRISyariah dengan dikenakan biaya sewa tempat. c. Akad rahn : pengikatan atas angunan jaminan oleh bank. 2. Objek gadai : emas minimal 16 karat dengan berat emas minimal 2 gram 3. Syarat permohonan : a. Perseorangan b. KTP c. Mengisi aplikasi gadai syariah d. Bersedia membayar administrasi di muka e. Bersedia membayar sewa/ijaroh tempat pada saat pelunasan f. Menandatangani akad pinjaman dana. Akad sewa tempat dan akad gadai untuk emas yang dijaminkan. (www.brisyariah.co.id : 25 Januari 2012) 2.2.3.2 Gadai Emas Bank Mandiri Syariah (BSM) Gadai Emas BSM merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat. Manfaat: Proses cepat Proses mudah Jaminan keamanan. Fasilitas:

16 ATM Syariah Mandiri Pencairan dana cepat Standar keamanan bank. Akad: Akad yang digunakan adalah akad Qardh dalam rangka Rahn Qardh dalam rangka Rahn adalah akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang diserahkan Biaya pemeliharaan menggunakan akad ijarah. Syarat peruntukkanperseorangan: 1. Tanda pengenal 2. Jaminan berupa emas. Biaya-biaya: Meliputi biaya administrasi (dipungut di depan) dan biaya pemeliharaan (dipungut di akhir periode). Jangka waktu: Empat bulan dan dapat digadai ulang (setelah dilakukan penaksiran dan melunasi biaya gadai). Persyaratan pembiayaan:

17 Tabel 2.2 Persyaratan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri PERSYARATAN PEMBIAYAAN Konsumtif Produktif Keterangan Badan Pegawai Wirausaha Usaha Perorangan Identitas diri dan pasangan v v - v Kartu keluarga dan surat v nikah v - v Slip gaji 2 bulan terakhir v - - - SK Pengangkatan terakhir v - - - Copy rekening bank 3 bulan v terakhir - - - Akte pendirian usaha - - v - Identitas pengurus - - v - Legalitas usaha - v v v Laporan keuangan 2 tahun - terakhir v v v Past performance 2 tahun - terakhir v v v Rencana usaha 12 bulan - yang akan datang v v v Data obyek pembiayaan v v v v Sumber :www.syariahmandiri.co.id (25 Januari 2012) 2.2.3.3 Gadai Emas Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah)

18 Gadai emas pada BNI Syariah di sebut juga dengan gadai emasib Hasanah atau disebut juga pembiayaan rahn merupakan penyerahan hak penguasaan secara fisik atas barang berharga berupa emas (lantakan dan atau perhiasan beserta aksesorisnya) dari nasabah kepada bank sebagai agunan atas pembiayaan yang diterima. Keunggulan: Proses menggadai yang sangat sederhana dan tidak berbelit-belit dengan persyaratan yang mudah sesuai dengan prinsip syariah. Murah dan tarif dihitung secara harian Jangka waktu 3 bulan dan bisa diperpanjang Pembiayaan gadai diberikan sebesar 97% untuk emas lantakan dan 80% untuk emas perhiasan Barang agunan aman karena diasuransikan. Diberikan fasilitas kartu ATM yang dapat ditarik tunai di seluruh jaringan BNI sehingga memudahkan nasabah, disamping lebih aman karena pembiayaan nasabah langsung masuk rekening Tabungan ib Plus Akad: Qardh : untuk pembiayaan yang diberikan. Rahn : untuk pengikatan agunan. Ijarah : untuk pembayaran upah pemeliharaan agunan/emas. Persyaratan: Membuka/memiliki rekening Tabungan ib Plus Memiliki bukti identitas diri yang jelas dan masih berlaku Menyerahkan barang gadai berupa emas perhiasan atau lantakan

19 Minimum nilai barang yang digadaikan Rp. 1 juta Ketentuan Biaya: Biaya materai Rp. 6.000,- Biaya Administrasi : o Taksiran kurang dari Rp. 10 Juta = Rp. 10.000,- o Taksiran Rp. 10 Juta s/d Rp. 25 Juta = Rp. 25.000,- o Taksiran diatas Rp. 25 Juta = Rp. 50.000,- Setiap pelunasan rahn dikenakan juga biaya penutupan rekening pembiayaan sebesar Rp. 15.000,-. (www.bnisyariah.co.id : 25 Januari 2012) 2.2.3.4 Gadai Emas Bank Tabungan Pensiunan Negara Syariah (BTPN Syariah) Dalam implementasinya BTPN Syariah mengunakan akad Qardh wal ijarah, dengan ketentuan persyaratan sebagai berikut.memiliki bukti identitas diri yang jelas bisa berupa KTP atau Sim, Berusia Minimum 21 tahun dan Maksimun 65 tahun.dan masih berlaku, menyerahkan barang gadai berupa emas perhiasan. Dengan harga sewa tempat penyimpanan jaminan adalah : a. Nasabah meminjam Uang sebesar 91%-100% dari nilai taksiran Emas nya, Maka biaya sewa yang harus di bayar sebesar Rp.6.500,- Per satu juta per minggu nya. b. Nasabah meminjam uang sebesar 81%-90% dari nilai taksiran nya, Maka biaya sewa yang harus dibayar sebesar Rp.5.500,- Per satu juta per minggu nya. Prosedur pemberian pembiayaan harus jelas dengan di dukung oleh kelengkapan data. Dan melakukan langkah-langkah dalam pembiayaan gadai emas syariah adalah : Penyerahan

20 surat permohonan pembiayaan, Penelitian pendahuluan, Penaksiran barang jaminan(emas), Persetujuan Pemberian. Sehingga didapatkan skema pemberian pembiayaan sebagai berikut : 1. Negosiasi dan Persyaratan. Apabila disepakati dilakukan akad Qard wal Ijarah. nasabah yang bermaksud mengajukan pinjaman dana kepada BTPN syariah dengan menggadaikan barang berharga berupa perhiasan emas sebagai jaminan atas hutangnya kepada bank. Bank menaksir harga emas milik nasabah, jika di anggap layak oleh bank dan terjadi kesepakatan, maka bank dan nasabah melakukan akad Qardh wal Ijarah. 2. Nasabah serahkan barang berupa emas(marhun), nasabah menyerahkan barang (marhun) kepada bank untuk disimpan dan dipelihara oleh bank sebagai jaminan atas hutang nasabah. 3. Bank berikan pinjaman dana, bank merealisasikan dana pinjaman kepada nasabah sesuai jumlah dan jangka waktu yang disepakati berdasarkan prinsip qardh. 4. Nasabah bayar sewa penyimpan barang (ujrah) nasabah membayar biaya sewa penyimpanan dan pemeliharaan barang di muka kepada bank berdasarkan prinsip ijarah untuk selama jangka waktu pinjaman. 5. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan dana pinjaman setelah jatuh tempo nasabah mengembalikan dana pinjaman kepada bank bisa dibayar lunas dan biaya administrasi untuk penggantian surat-surat. 6. Bank mengembalikan marhun kepada nasabah, Penjelasannya setelah nasabah mengembalikan pinjaman beserta biaya sewa-nya bank mengembalikan barang jaminan (marhun) kepada nasabah.

21

22 c. Kerangka Analisis Gambar 2.2 Kerangka Analisis "ANALISIS implementasi GADAI EMAS SYARIAH Pada PT.BRISyariah KanTOR cabang Malang). Latar Belakang 1. kebutuhan akan pendanaan meningkat sehingga masyarakat memanfaatkan kehadiran produk jasa gadai emas syariah untuk mendapatkan dana cepat. 2. prospek gadai emas syariah menjanjikan, dengan pencapaian outstanding sebesar Rp. 646,08 miliar ditahun 2010. 3.Bank Indonesia memberlakukan kebijakan pemberhentian sementara proses transaksi gadai emas syariah dan melakukan pengaturan ulang SOP untuk gadai emas syariah untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan dibalik transaksi gadai emas syariah. Dan memberikan jumlah maksimum penyaluran dana sebesar 10% dari total pembiayaan. Rumusan masalah Bagaimana implementasi transaksi gadai emas syariah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor cabang Malang sebelum dan sesudah adanya kebijakan Bank Indonesia terkait standar operasional prosedur untuk gadai emas syariah. Tujuan penelitian Untuk mendeskripsikan dan menganalisa implementasi transaksi gadai emas syariah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor cabang Malang sebelum dan sesudah adanya kebijakan Bank Indonesia terkait standar operasional prosedur untuk gadai emas syariah. Kajuan teori 1. Gadai syariah 2. Pembiayaan gadai emas syariah 3. Prosedur gadai emas 4. Implementasi pembiayaan gadai emas syariah di perbankan syariah Metode penelitian Observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan