KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA MATERI FUNGSI KUADRAT DI SMA

dokumen-dokumen yang mirip
KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA SMA NEGERI 10 PONTIANAK

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

Ika Puspita Sari Kemampuan Komunikasi Matematika Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Wajo pada Materi Statistika

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN DI SMP

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MULTI REPRESENTASI PADA PENJUMLAHAN PECAHAN TERHADAP KEMAMPUAN SISWA MTS

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA MATERI ALJABAR DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

ANALISIS KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

RESPONS SISWA TERHADAP SAJIAN SIMBOL, TABEL, GRAFIK DAN DIAGRAM DALAM MATERI LOGARITMA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

REPRESENTASI PENYELESAIAN MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARITMATIKA SOSIAL OLEH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

MATHEMATICAL REPRESENTATION ABILITY IN PRIVATE CLASS XI SMA YPI DHARMA BUDI SIDAMANIK

PENGGUNAAN TUGAS MIND MIND SEBAGAI INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI FUNGSI KUADRAT

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

POTENSI NUMBER SENSE SISWA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATRIKS DI SMA

EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN SELF CONFIDENCE MATEMATIS SISWA ABSTRAK

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PEMANFAATAN DIAGRAM DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 6 PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI TRIGONOMETRI DIKAJI DARI SELF CONCEPT SISWA KELAS XI IPA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGITIGA DI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE DI MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMP NEGERI 1 INDRALAYA UTARA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Seperti firman-nya dalam surah Al-Jin ayat 28: Artinya: Supaya dia mengetahui, bahwa Sesungguhnya rasul-rasul itu

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED

PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS LUAS DAN KELILING LINGKARAN BERDASARKAN TEORI BRUNER DI SMPN 9 PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

KEMAMPUAN NUMBER SENSE SISWA SMP NEGERI 5 PONTIANAK DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI PECAHAN

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

Key Words: Accelerated learning, student s achievement, Linier Program

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari negara maju, sehingga

KREATIVITAS PENGAJUAN SOAL DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MATERI BANGUN SEGI EMPAT KELAS VII SMP

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN QUANTITY DI SMP NEGERI 02 PONTIANAK

Representasi Matematis Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Persamaan Kuadrat Ditinjau dari Perbedaan Gender

PENERAPAN TEORI BRUNER BERBANTUAN KARTU SAPURA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI SMP

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS DALAM MATERI STATISTIKA DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

HUBUNGAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF DENGAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN DI SMP

PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SMA NEGERI 2 TANJUNG RAJA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

Pendahuluan REPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Muhamad Sabirin

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN CHANGE AND RELATIONSHIP DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

JURNAL. Oleh: RULI PURNAMASARI Dibimbing oleh : 1. Aan Nurfahrudianto, M.Pd 2. Feny Rita Fiantika, M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI BANGUN DATAR

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk

PROFIL KONFLIK KOGNITIF SISWA BERDASARKAN GAYA BELAJAR PADA MATERI LINGKARAN DI SMP NEGERI 3 PLOSOKLATEN

Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP DALAM MATERI BANGUN RUANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEMAMPUAN TRANSLASI REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MATERI HIMPUNAN DI SMP ARTIKEL PENELITIAN. Oleh AYU MONIKA NIM F

KESULITAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PELUANG DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. matematika sebagai pelajaran wajib dikuasai dan dipahami dengan baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

research and development untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

Transkripsi:

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA MATERI FUNGSI KUADRAT DI SMA Gilbert Febrian Marulitua Sinaga, Agung Hartoyo, Hamdani Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNTAN Pontianak Email: gilbert.febrian@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan representasi matematis siswa ditinjau dari gaya belajar pada materi fungsi kuadrat di kelas X SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak. Metode penelitian yang digunakan deskriptif dengan bentuk penelitian studi kasus. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 43 orang siswa. Alat pengumpul data yang digunakan adalah tes tertulis untuk mengungkap kemampuan representasi matematis, angket untuk mengelompokkan siswa berdasarkan gaya belajar, dan wawancara sebagai tindak lanjut. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis siswa visual memiliki persentase ketercapain 55,06% dan berada pada kategori sedang. Kemampuan representasi matematis siswa auditori memiliki persentase ketercapain 56,68% dan berada pada kategori sedang. Kemampuan representasi matematis siswa kinestetik memiliki persentase ketercapain 55,71% dan berada pada kategori sedang. Kata Kunci: Kemampuan Representasi Matematis, Gaya Belajar, Fungsi Kuadrat Abstract: This research aims to know mathematical representation ability of students with learning style in quadratic function in class X SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak. The method that was use in this research is descriptive method with case study form. There were 43 students participated as the subject in this research. The instrument of data collecting are written test to reveal the student s mathematical representation ability, questionnaire to categorize the students based on their learning style and interview as the followup activity. The result of data analysis showed that the mathematical representation ability of the students with visual learning style have percentage of reach 55,06% and it was categorized as medium. The mathematical representation ability of the students with auditory learning style have percentage of reach 56,68% and it was categorized as medium. The mathematical representation ability of the students with kinesthetic learning style have percentage of reach 55,71% and it was categorized as medium. Keywords: Mathematical Representation Ability, Learning Style, Quadratic Function M atematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam kehidupan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan matematika seperti menghitung dan mengukur. 1

Karena dipandang penting dan wajib peranannya maka matematika diajarkan di semua jenjang pendidikan, mulai dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi serta merupakan ilmu pengetahuan yang dipelajari sejak zaman dahulu hingga kini. Hal ini disebabkan karena matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif dan efisein namun untuk mencapai hal tersebut dibutuhakan pemahaman dan kompetensi matematika yang baik. Dalam buku Principles and Standards for School Mathematics (NCTM, 2000: 29) dinyatakan terdapat lima standar yang mendeskripsikan keterkaitan pemahaman matematika dan kompetensi matematika yang perlu dimiliki siswa. Pemahaman, pengetahuan dan keterampilan dalam standar proses yang meliputi: pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi dan representasi. Untuk representasi matematis telah dicantumkan dalam tujuan pembelajaran matematika di sekolah dalam Permen No. 23 Tahun 2006 (Depdiknas, 2007). Representasi adalah suatu konfigurasi. Secara umum, representasi adalah suatu konfigurasi yang dapat menyajikan suatu benda dengan suatu cara. Cai, Lane, & Jakabcsin (dalam Sabirin, 2014: 34) mengungkapkan representasi merupakan cara yang digunakan seseorang untuk mengkomunikasikan jawaban atau gagasan matematika yang bersangkutan. Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan dari gagasan-gagasan atau ide-ide matematis yang ditampilkan siswa dalam upaya mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapinya sebagai hasil dari interpretasi pikirannya (NCTM, 2000: 67). Alhadad (2010: 34) mengungkapkan representasi adalah ungkapan-ungkapan dari ide matematis yang ditampilkan sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi dari suatu masalah yang sedang dihadapi sebagai hasil dari interpretasi pikiran. Pentingnya kemampuan representasi matematis dapat dilihat dari standar representasi yang ditetapkan oleh NCTM. Dalam dokumen NCTM (2000: 67) menetapkan program pembelajaran dari pra-taman kanak-kanak sampai kelas 12 harus memungkinkan siswa untuk: (1) Menciptakan dan menggunakan representasi untuk mengorganisir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide matematis, (2) Memilih, menerapkan, dan menerjemahkan representasi matematis untuk memecahkan masalah, (3) Menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan fenomena fisik, sosial, dan fenomena matematis. Dengan demikian, kemampuan representasi matematis diperlukan siswa untuk menemukan dan membuat suatu alat atau cara berpikir dalam mengkomunikasikan gagasan matematis dari yang sifatnya abstrak menuju konkret, sehingga lebih mudah untuk dipahami. Namun, berdasarkan hasil studi pendahuluan pada hari Jumat, tanggal 11 September 2015 di SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak dengan memberikan soal yang mengandung indikator representasi matematis pada materi fungsi kuadrat di kelas XA, diperoleh hanya 13 dari 43 siswa yang dapat membuat grafik fungsi kuadrat. Pada penelitian ini, kemampuan representasi matematis ingin dicermati berdasarkan gaya belajar siswa. Gaya belajar dalam penelitian dibagi dalam tiga kategori yaitu visual, auditori dan kinestetik. Menurut Sperry Smith (Gallenstein, 2

2005: 28), aplikasi 3 cara representasi menurut Bruner dalam pembelajaran matematika adalah secara fisik melakukan aktivitas matematika menggunakan manipulatif, melakukan aktivitas mental matematika dengan berpikir berkenaan dengan ingatan petunjuk secara visual, auditori atau kinestetik, dan pada akhirnya mampu menggunakan simbol angka dengan maknanya. Hal ini menyiratkan bahwa saat siswa ingin menunjukkan kemampuan representasi matematisnya untuk menyelesaikan masalah matematika, siswa berusaha mengingat kembali pengetahuan-pengetahuan yang mereka dapat sebelumnya sehingga mendapatkan petunjuk untuk menyelesaikan masalah. Petunjuk yang siswa dapat merupakan suatu aktivitas berpikir matematika baik secara visual, auditori atau kinestetik berdasarkan pengetahuan yang mereka dapatkan sebelumnya. Dari uraian tersebut menyiratkan bahwa gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik juga ikut mewarnai kemampuan representasi matematis siswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan antara apa yang dikehendaki dengan apa yang terjadi di lapangan. Sehingga dipandang perlu untuk mengkaji kemampuan representasi matematis siswa berdasarkan gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik dalam materi fungsi kuadrat. Kemampuan representasi matematis pada penelitian ini dibatasi pada kecakapan atau kesanggupan dalam pengekspresian gagasan atau ide-ide matematika untuk menyelesaiakan suatu persoalan dalam berbagai representasi matematis yaitu dengan representasi visual, simbolik, dan verbal yang dapat dilihat dari skor tes representasi matematis. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang melibatkan kemampuan representasi matematis dan gaya belajar siswa. Bentuk penelitian ini adalah penelitian studi kasusu. Subjek penelitian adalah siswa kelas XA SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak sebanyak 43 orang dengan pertimbangan waktu penelitian dan saran dari guru mata pelajaran matematika. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran berupa tes kemampuan representasi matematis matematis materi fungsi kuadrat dan angket gaya belajar secara tertulis serta teknik komunikasi langsung berupa wawancara kepada 9 orang siswa berdasarkan kategori gaya belajar. Instrumen penelitian yaitu soal tes dan angket sebelum diujicobakan divalidasi terlebih dahulu oleh satu orang dosen Pendidikan Matematika Universitas Tanjungpura dan tiga orang guru SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak. Tes kemampuan representasi matematis bertujuan untuk mengukur kemampuan representasi matematis siswa pada materi fungsi kuadrat. Pada tes kemampuan representasi matematis ini, soal yang disusun berjumlah 3 soal, masing-masing soal memiliki indikator kemampuan representasi matematis pada materi fungsi kuadrat. Indikator tersebut diantaranya: (1) Representasi visual yaitu menggambar grafik fungsi kuadrat jika diketahui persamaan dan kalimat matematika fungsi kuadrat, (2) Representasi simbolik yaitu menentukan persamaan fungsi kuadrat jika diketahui grafik dan kalimat matematika fungsi kuadrat, (3) Representasi verbal yaitu membuat kalimat matematika dari fungsi kuadrat jika diketahui grafik dan persamaan fungsi kuadrat. 3

Kisi-kisi instrumen gaya belajar dalam angket ini diambil dari teori yang dikemukakan oleh Colin Rose & Malcolm J. Nicholl dan kesimpulan peneliti tentang indikator gaya belajar berdasarkan kajian teori, selanjutnya pernyataanpernyataan yang ada dimodifikasi dari pernyataan angket yang terdapat dalam skripsi Dina Tirta Pratiwi (2012), pertanyaan angket hasil modifikasi disesuaikan berdasarkan tiga kategori yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik serta dikonsultasikan dengan dosen validator sehingga diperoleh angket gaya belajar siswa yang terdiri dari 26 pernyataan. Angket gaya belajar bertujuan untuk mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok gaya belajar yaitu visual, auditori dan kinestetik. Wawancara di sini bertujuan untuk menggali informasi lebih lanjut tentang kemampuan representasi matematis siswa pada materi fungsi kuadrat, memperkuat jawaban siswa dan menghindari kesalahan pada penelitian ini, serta untuk mengetahui hal-hal dari siswa sebagai responden secara lebih mendalam berdasarkan pedoman. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) tahap persiapan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap penyimpulan dan laporan hasil penelitian. Tahap persiapan Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain: (1) Melakukan prariset ke SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak, (2) Menyusun desain penelitian, (3) Menyiapkan insturmen penelitian berupa kisi-kisi soal tes, soal tes kemampuan representasi matematis siswa, alternatif kunci jawaban soal tes, rubrik penskoran, kisi-kisi angket, angket gaya belajar, dan pedoman wawancara, (4) Melakukan validasi instrumen penelitian, (5) Merevisi instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi, (6) Mengadakan uji coba angket dan soal tes, (7) Menganalisis data hasil uji coba angket dan soal tes, (8) Merevisi instrumen penelitian berdasarkan hasil uji coba. Tahap pelaksanaan Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, antara lain: (1) Memberikan angket gaya belajar siswa, (2) Memberikan soal tes kemampuan representasi matematis pada materi fungsi kuadrat, (3) Menganalisis hasil angket gaya belajar siswa dan tes kemampuan representasi matematis pada materi fungsi kuadrat, (4) Membagi siswa dalam kelompok kategori gaya belajar visual, auditori dan kinestetik, (5) Mewawancarai 9 siswa dari masing-masing kategori gaya belajar. Tahap penyimpulan dan laporan hasil penelitian Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap penyimpulan dan laporan hasil penelitian, antara lain: (1) Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif, (2) Melakukan analisis data kuantitatif terhadap hasil tes dan angket gaya belajar, (3) Melakukan analisis data kualitatif terhadap hasil wawancara siswa, (4) Menyusun Laporan Penelitian, (4) Penarikan Kesimpulan. 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil perolehan angket gaya belajar siswa, siswa dengan gaya belajar visual berjumlah 16 orang atau 37,20% dari total keseluruhan siswa kelas XA, siswa dengan gaya belajar auditori berjumlah 17 orang atau 39,53% dari total keseluruhan siswa kelas XA, siswa dengan gaya belajar kinestetik berjumlah 10 atau 23,25% dari total keseluruhan siswa kelas XA. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah siswa dengan gaya belajar auditori lebih banyak dibandingkan dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Tabel 1 Kriteria Hasil Perolehan Skor Tes Kemampuan Representasi Matematis Setiap Gaya Belajar Siswa Gaya Belajar Persentase R. Visual Kriteria Persentase R. Simbolik Kriteria Persentase R. Verbal Kriteria Visual 42.19 % Rendah 63.39 % Sedang 62.50 % Sedang Auditori 49.26 % Rendah 58.82 % Sedang 63.73 % Sedang Kinestetik 53.75 % Rendah 57.14 % Sedang 56.67 % Sedang Berdasarkan Tabel 1 di atas yaitu kriteria hasil perolehan soal tes representasi matematis setiap gaya belajar siswa, diperoleh kemampuan representasi visual tidak memiliki perbedaan untuk setiap kelompok gaya belajar, pada kemampuan representasi visual setiap kelompok gaya belajar memiliki kriteria yang sama yaitu rendah atau belum mampu untuk membuat grafik fungsi kuadrat, langkah-langkah pengerjaan, dan perhitungan secara benar. Pada kemampuan representasi simbolik tidak memiliki perbedaan untuk setiap kelompok gaya belajar, kemampuan representasi simbolik setiap kelompok gaya belajar memiliki kriteria yang sama yaitu sedang atau mampu untuk membuat langkah-langkah pengerjaan dengan benar namun salah dalam perhitungan dan hasil akhir persamaan fungsi kuadrat. Pada kemampuan representasi verbal juga tidak memiliki perbedaan untuk setiap kelompok gaya belajar, kemampuan representasi verbal setiap kelompok gaya belajar memiliki kriteria yang sama yaitu sedang atau mampu untuk membuat penulisan kalimat matematika secara benar namun salah dalam hasil akhir kalimat matematika fungsi kuadrat. Tabel 2 Kriteria Keseluruhan Hasil Perolehan Skor Tes Kemampuan Representasi Matematis Setiap Gaya Belajar Siswa Gaya Belajar Persentase % Kriteria Visual 55.06 Sedang Auditori 56.58 Sedang Kinestetik 55.71 Sedang 5

Berdasarkan hasil Tabel 2 yaitu kriteria keseluruhan hasil perolehan skor tes representasi matematis berdasarkan gaya belajar siswa diperoleh setiap kelompok gaya belajar memiliki kemampuan representasi matematis yang sama yaitu kriteria sedang atau mampu untuk membuat langkah-langkah pengerjaan dan penulisan kalimat matematika secara benar namun salah dalam membuat grafik fungsi kuadrat, persamaan fungsi kuadrat, dan perhitungan. Pada kelompok siswa dengan kategori gaya belajar auditori memiliki persentase yang paling tinggi dibandingkan kelompok gaya belajar lain yaitu sebesar 56,58%, kelompok siswa dengan kategori gaya belajar kinestetik memiliki persentase 55,71% atau persentase tertinggi kedua, sedangkan untuk kelompok siswa dengan kategori gaya belajar visual memiliki persentase paling rendah yaitu 55,06%. Pembahasan Berdasarkan hasil tes representasi matematis, angket gaya belajar, wawancara dan analisis dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa kemampuan representasi matematis tiap kelompok gaya belajar siswa memiliki kriteria yang sama yaitu berada pada kriteria sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis siswa pada materi fungsi kuadrat di kelas X SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak tidak dipengaruh oleh gaya belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan kemampuan representasi matematis tidak dipengaruhi oleh gaya belajar maka peneliti menyadari kelemahan yang dilakukan dalam penelitian antara lain: (1) Ketidakmampuan peneliti untuk menyakinkan siswa agar mengerjakan soal dengan sungguhsungguh sesuai kemampuannya. (2) Indikator kemampuan representasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini hanya mengubah aspek representasi ke aspek yang berbeda tetapi tidak untuk pengubahan dalam satu aspek sehingga indikator yang dijadikan acuan belum melengkapi semua aspek sesuai indikator lesh, post, behr, dan bruner. (3) Hasil wawancara belum mendapatkan informasi yang cukup mendalam, karena keterbatasan kemampuan peneliti untuk mengajukan pertanyaan yang relevan. (4) Angket gaya belajar yang digunakan masih banyak terdapat kekeliruan karena tidak sesuai dengan indikator gaya belajar. Selain itu, kecendrungan kemampuan representasi matematis berdasarkan gaya belajar siswa juga dapat diketahui. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan DePorter dan Hernacki (2015: 111) yaitu kemampuan menyerap informasi setiap siswa cenderung berbeda berdasarkan modalitas belajarnya. Berikut ini pembahasan lebih dalam mengenai kemampuan representasi matematis dan kecendrungan representasi matematis siswa ditinjau dari gaya belajar pada materi fungsi kuadrat di kelas X SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak. 1. Kemampuan Representasi Matematis Siswa Ditinjau Dari Gaya Belajar Visual Siswa yang memiliki kecendrungan gaya belajar visual setelah diberikan tes kemampuan representasi matematis diperoleh siswa mampu untuk membuat langkah-langkah pengerjaan dan penulisan kalimat matematika secara benar namun salah dalam membuat grafik fungsi kuadrat, persamaan fungsi kuadrat, dan perhitungan. Siswa pada kelompok gaya belajar visual memiliki kemampuan representasi simbolik tertinggi, kemudian diikuti kemampuan representasi verbal dan terakhir kemampuan representasi 6

visual. Richard Bandler, John Grinder, dan Michael Grinder (dalam Rose, Colin & Malcolm J. Nicholl, 2002: 130) menyatakan gaya belajar visual yaitu belajar melalui melihat sesuatu yaitu suka melihat gambar atau diagram, pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video, sehingga dari teori tersebut menyiratkan bahwa kemampuan representasi simbolik pada gaya belajar visual dapat berjalan maksimal dibandingkan dengan kemampuan representasi yang lain. Kemampuan representasi simbolik yang diperoleh siswa dengan gaya belajar visual yaitu mampu untuk membuat langkah-langkah pengerjaan dengan benar namun salah dalam perhitungan dan hasil akhir persamaan fungsi kuadrat. Kemampuan representasi simbolik tertinggi dibandingkan dengan kemampuan representasi yang lain, menunjukkan bahwa siswa dengan gaya belajar visual cenderung untuk menyerap pembelajaran melalui pengajaran yang dilakukan guru ke arah simbolik, seperti pada saat memberikan contoh soal, latihan soal dan ulangan. Walaupun memiliki kemampuan representasi simbolik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan representasi yang lain, namun siswa dengan kelompok gaya belajar visual belum memiliki kemampuan representasi matematis yang baik dilihat dari persentasi ketercapaian yang belum mencapai KKM di SMA Santo Fransiskus Asisi. Pembelajaran oleh guru yang biasanya mengikuti sebuah buku teks dari halaman pertama ke halaman berikutnya secara berurut yang sarat dengan pendekatan menggunakan simbol-simbol yang menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan representasi matematis siswa secara keseluruhan, hal tersebut didukung dengan pandangan Bruner (dalam Hudiono, 2007: 18) enactive, iconic dan symbolic berhubungan dengan perkembangan mental seseorang, dan setiap perkembangan representasi yang lebih tinggi dipengaruhi oleh representasi lainnya. Pada kemampuan representasi verbal, siswa dengan gaya belajar visual juga memiliki ketercapaian yang hampir sama dengan kemampuan representasi simbolik. Kemampuan representasi verbal siswa yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan representasi visual, dikarenakan soal kemampuan representasi verbal tidak memiliki langkah pengerjaan tetapi hanya langsung menulisakan jawaban atas soal. Kemampuan representasi verbal siswa dengan gaya belajar visual yaitu mampu untuk membuat penulisan kalimat matematika secara benar namun salah dalam hasil akhir kalimat matematika fungsi kuadrat dan berdasarkan hasil wawancara siswa dapat menjelaskan alasan pengerjaan secara benar yaitu mengubah informasi ke dalam bentuk verbal berdasarkan konsep fungsi kuadrat. Walaupun memiliki kemampuan representasi verbal dengan kriteria sedang namun kemampuan ini tidak dapat dikembangkan secara maksimal oleh siswa dikarenakan pembelajaran matematika di SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak jarang melibatkan kemampuan ini dilihat dari materi pada buku teks dan soal ulangan yang tidak menampilkan soal-soal bentuk kemampuan representasi verbal, siswa hanya dapat memaksimalkan kemampuan representasi verbal hanya melalui aktivitas lisan yang diberikan oleh guru. Hudiono (2007: 33) menyatakan umumnya suatu representasi baru dibentuk ketika seseorang menghadapi permasalahan dalam bentuk pernyataan, dalam 7

bentuk representasi verbal. Dalam menciptakan representasi baru, siswa secara umum mendapatkan masalah berdasarkan representasi verbal sehingga representasi verbal tidak boleh dianggap tidak penting oleh guru. Pada kemampuan representasi visual, siswa belum mampu untuk membuat grafik fungsi kuadrat, langkah-langkah pengerjaan, dan perhitungan secara benar. Rendahnya kemampuan representasi visual ini disebabkan tidak terbiasanya siswa untuk mengerjakan soal dengan langkah pengerjaan yang tergolong panjang, soal kemampuan representasi visual memiliki langkah pengerjaan yang panjang dibandingkan dengan soal kemampuan representasi yang lain serta ketidaktelitian siswa dalam mengambarkan grafik fungsi kuadrat, hal tersebut juga didukung dengan hasil wawancara siswa tidak bisa menyelesaikan soal representasi visual ini dikarenakan lupa dalam menggambar grafik fungsi kuadrat. Dalam pembelajaran dikelas dapat disimpulkan siswa tidak terbiasa untuk mengerjakan soal yang memiliki langkah pengerjaan yang tergolong rumit dan ketidaktelitian menerjemahkan hasil pengerjaan ke dalam bentuk grafik, hal tersebut sesuai dengan Hudiono (2005: 3) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa keterbatasan pengetahuan guru dan kebiasaan siswa belajar di kelas dengan cara konvensional belum memungkinkan untuk menumbuhkan atau mengembangkan daya representasi siswa secara optimal. 2. Kemampuan Representasi Matematis Siswa Ditinjau Dari Gaya Belajar Auditori Siswa yang memiliki kecendrungan gaya belajar auditori setelah diberikan tes kemampuan representasi matematis diperoleh siswa mampu untuk membuat langkah-langkah pengerjaan dan penulisan kalimat matematika secara benar namun salah dalam membuat grafik fungsi kuadrat, persamaan fungsi kuadrat, dan perhitungan. Siswa pada kelompok gaya belajar auditori memiliki kemampuan representasi verbal tertinggi, kemudian diikuti kemampuan representasi simbolik dan terakhir kemampuan representasi visual. Richard Bandler, John Grinder, dan Michael Grinder (dalam Rose, Colin & Malcolm J. Nicholl, 2002: 130) menyatakan gaya belajar auditori yaitu belajar melalui mendengar sesuatu yaitu suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal sehingga hal tersebut menyiratkan bahwa kemampuan representasi verbal pada gaya belajar auditori akan terbentuk secara maksimal dibandingkan dengan kemampuan representasi yang lain. Kemampuan representasi verbal tertinggi dibandingkan dengan kemampuan representasi yang lain, menunjukkan bahwa siswa dengan gaya belajar auditori cenderung untuk menyerap pembelajaran melalui pengajaran yang dilakukan guru ke arah verbal, seperti pada saat memberikan penjelasan lisan tentang konsep fungsi kuadrat, cara membaca persamaan fungsi kuadrat. Kemampuan representasi verbal yang tinggi dibandingkan dengan representasi yang lain juga dikarenakan soal kemampuan representasi verbal tidak memiliki langkah pengerjaan tetapi hanya langsung menulisakan jawaban atas soal. Kemampuan representasi verbal yang diperoleh siswa dengan gaya belajar auditori yaitu mampu untuk membuat penulisan kalimat matematika secara benar namun salah dalam hasil akhir kalimat matematika fungsi 8

kuadrat, namun berdasarkan hasil wawancara siswa tidak dapat menjelaskan alasan secara benar dalam menjawab soal kemampuan verbal. Siswa memiliki alasan hanya menjawab berdasarkan pembelajaran yang pernah diajar oleh guru, tanpa mengetahui maksud dari setiap jawaban yang siswa tulis. Kemampuan representasi verbal yang lebih tinggi dibandingkan dengan representasi yang lain dan alasan siswa tentang menjawab soal representasi sesuai dengan pengejaran oleh guru, hal tersebut didukung dengan Hitt (dalam Hudiono, 2007: 32) representasi adalah inti dari aktivitas bermatematika sehingga artikulasi perbedaan representasi dari konsep akan meningkatkan transfer pengetahuan. Pada kemampuan representasi simbolik diperoleh siswa mampu untuk membuat langkah-langkah pengerjaan dengan benar namun salah dalam perhitungan dan hasil akhir persamaan fungsi kuadrat, menunjukkan bahwa siswa dengan gaya belajar auditori tidak dapat secara maksimal untuk menyerap pembelajaran melalui pengajaran yang dilakukan guru ke arah simbolik, seperti pada saat memberikan contoh soal, latihan soal dan ulangan. Pembelajaran oleh guru yang biasanya mengikuti sebuah buku teks dari halaman pertama ke halaman berikutnya secara berurut yang sarat dengan pendekatan menggunakan simbol-simbol yang lebih menekankan pada aktivitas visual sehingga siswa dengan gaya belajar visual sulit untuk menerima pembelajaran, hal tersebut didukung dengan Rose, Colin & Malcolm J. Nicholl (2002: 135) menyatakan bahwa siswa dengan gaya belajar auditori cenderung untuk lemah terhadap aktivitas visual. Pada kemampuan representasi visual, diperoleh siswa belum mampu untuk membuat grafik fungsi kuadrat, langkah-langkah pengerjaan, dan perhitungan secara benar. Rendahnya kemampuan representasi visual juga disebabkan tidak terbiasanya siswa untuk mengerjakan soal dengan langkah pengerjaan yang tergolong panjang, soal kemampuan representasi visual memiliki langkah pengerjaan yang panjang dibandingkan dengan soal kemampuan representasi yang lain. Dalam pembelajaran dikelas dapat disimpulkan siswa tidak terbiasa untuk mengerjakan soal yang memiliki langkah pengerjaan yang tergolong rumit dan menerjemahkan hasil pengerjaan ke dalam bentuk grafik, hal tersebut sesuai dengan Hudiono (2005: 3) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa keterbatasan pengetahuan guru dan kebiasaan siswa belajar di kelas dengan cara konvensional belum memungkinkan untuk menumbuhkan atau mengembangkan daya representasi siswa secara optimal. 3. Kemampuan Representasi Matematis Siswa Ditinjau Dari Gaya Belajar Kinestetik Siswa yang memiliki kecendrungan gaya belajar kinestetik setelah diberikan tes kemampuan representasi matematis diperoleh siswa mampu untuk membuat langkah-langkah pengerjaan dan penulisan kalimat matematika secara benar namun salah dalam membuat grafik fungsi kuadrat, persamaan fungsi kuadrat, dan perhitungan. Siswa pada kelompok gaya belajar auditori memiliki kemampuan representasi simbolik tertinggi, kemudian diikuti kemampuan representasi verbal dan terakhir kemampuan representasi visual. Richard Bandler, John Grinder, dan Michael Grinder 9

(dalam Rose, Colin & Malcolm J. Nicholl, 2002: 130) menyatakan gaya belajar kinestetik yaitu Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung yaitu suka menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan/ mengalami sendiri sehingga hal tersebut menyiratkan bahwa kemampuan representasi simbolik pada gaya belajar kinestetik akan terbentuk secara maksimal dibandingkan dengan kemampuan representasi yang lain. Kemampuan representasi simbolik yang diperoleh siswa dengan gaya belajar visual yaitu mampu untuk membuat langkah-langkah pengerjaan dengan benar namun salah dalam perhitungan dan hasil akhir persamaan fungsi kuadrat. Kemampuan representasi simbolik tertinggi dibandingkan dengan kemampuan representasi yang lain, menunjukkan bahwa siswa dengan gaya belajar kinestetik cenderung untuk menyerap pembelajaran melalui pengajaran yang dilakukan guru ke arah simbolik, seperti pada saat memberikan contoh soal, latihan soal dan ulangan. Walaupun memiliki kemampuan representasi simbolik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan representasi yang lain, namun siswa dengan kelompok gaya belajar visual belum memiliki kemampuan representasi matematis yang baik dilihat dari persentasi ketercapaian belum mencapai KKM di SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak. Pembelajaran oleh guru yang biasanya mengikuti sebuah buku teks dari halaman pertama ke halaman berikutnya secara berurut yang sarat dengan pendekatan menggunakan simbol-simbol, hal tersebutlah yang menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan representasi matematis secara keseluruhan, hal tersebut didukung dengan pandangan Bruner (dalam Hudiono, 2007: 18) enactive, iconic dan symbolic berhubungan dengan perkembangan mental seseorang, dan setiap perkembangan representasi yang lebih tinggi dipengaruhi oleh representasi lainnya. Pada kemampuan representasi verbal, siswa dengan gaya belajar kinestetik juga memiliki ketercapaian yang hampir sama dengan kemampuan representasi simbolik. Kemampuan representasi verbal siswa yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan representasi visual, dikarenakan soal kemampuan representasi verbal tidak memiliki langkah pengerjaan tetapi hanya langsung menulisakan jawaban atas soal. Kemampuan representasi verbal pada siswa dengan gaya belajar kinestetik yaitu mampu untuk membuat penulisan kalimat matematika secara benar namun salah dalam hasil akhir kalimat matematika fungsi kuadrat namun berdasarkan hasil wawancara siswa tidak dapat menjelaskan alasan secara benar dalam menjawab soal kemampuan verbal. Siswa hanya memiliki alasan menjawab berdasarkan pembelajaran yang pernah diajar oleh guru, tanpa mengetahui maksud dari setiap jawaban yang siswa tulis, hal tersebut didukung dengan Hitt (dalam Hudiono, 2007: 32) representasi adalah inti dari aktivitas bermatematika sehingga artikulasi perbedaan representasi dari konsep akan meningkatkan transfer pengetahuan. Pada kemampuan representasi visual, siswa belum mampu untuk membuat grafik fungsi kuadrat, langkah-langkah pengerjaan, dan perhitungan secara benar. Rendahnya kemampuan representasi visual ini disebabkan tidak terbiasanya siswa untuk mengerjakan soal dengan langkah pengerjaan yang tergolong panjang, soal kemampuan representasi visual memiliki langkah 10

pengerjaan yang panjang dibandingkan dengan soal kemampuan representasi yang lain serta ketidaktelitian siswa dalam mengambarkan grafik fungsi kuadrat, hal tersebut juga didukung dengan hasil wawancara siswa tidak bisa menyelesaikan soal representasi visual ini dikarenakan lupa dalam menggambar grafik fungsi kuadrat. Dalam pembelajaran dikelas dapat disimpulkan siswa tidak terbiasa untuk mengerjakan soal yang memiliki langkah pengerjaan yang tergolong rumit dan menerjemahkan hasil pengerjaan ke dalam bentuk grafik, hal tersebut sesuai dengan Hudiono (2005: 3) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa keterbatasan pengetahuan guru dan kebiasaan siswa belajar di kelas dengan cara konvensional belum memungkinkan untuk menumbuhkan atau mengembangkan daya representasi siswa secara optimal. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis data dan wawancara serta pembahasannya maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Kemampuan representasi matematis siswa dengan gaya belajar visual memiliki ketercapaian 55,06%, gaya belajar auditori dengan ketercapaian 56,58%, dan gaya belajar kinestetik dengan ketercapaian 55,71%, (2) Siswa dengan kategori gaya belajar visual pada representasi visual memiliki ketercapain 42,19%, representasi simbolik memiliki ketercapain 63,39%, representasi verbal memiliki ketercapain 62,50% (3) Siswa dengan kategori gaya belajar auditori pada representasi visual memiliki ketercapain 49,26%, representasi simbolik memiliki ketercapain 58,82%, representasi verbal memiliki ketercapain 63,73% (4) Siswa dengan kategori gaya belajar kinestetik pada representasi visual memiliki ketercapain 53,75%, representasi simbolik memiliki ketercapain 57,14%, representasi verbal memiliki ketercapain 56,67%. Saran Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagi siswa-siswi kelas X SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak untuk dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis agar dapat menumbuhkan kreativitas matematika yang lain dalam menyelesaikan ragam persoalan lainnya, (2) Bagi guru matematika diharapkan untuk mempertimbangkan hasil penelitian ini dan dijadikan sebagai salah satu acuan dalam pembelajaran matematika terutama dalam menumbuhkan kemampuan representasi matematis siswa pada materi fungsi kuadrat, (3) Sebelum melaksanakan penelitian, instrument penelitian harus disiapkan dengan matang, alokasi waktu yang dipergunakan dalam penelitian juga harus dipertimbangkan dengan baik agar saat penelitian siswa tidak kekurangan waktu dalam mengerjakan tes yang berikan, (4) Bagi peneliti lainnya, diharapkan dapat melaksanakan penelitian lanjutan baik berupa penelitian eksperimental dengan memberikan perlakuan untuk menggali kemampuan representasi matematis siswa yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. 11

DAFTAR RUJUKAN Alhadad, Syarifah Fadillah. (2010). Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis, Pemecahan Masalah Matematis dan Self Esteem siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended. Bandung : Disertasi UPI Depdiknas. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike. (2015). Quantum Learning. Jakarta: Kaifa Dina Tirta Pratiwi. (2012). Gaya Belajar Siswa Ditinjau Dari Preferensi Sensori Dalam Materi Dimensi Tiga Di Kelas X MAN 2 Pontianak. Skripsi. Pontianak: Universitas Tanjungpura Gallenstein, Nancy L. (2005). Engaging young children in science and mathematics. Journal of Elementary Science Education. 17(2): 27-41. Hudiono, Bambang. (2005). Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasi Terhadap Pengembangan Kemampuan Matematik dan Daya Representasi pada Siswa SLTP. Bandung : Disertasi UPI Hudiono, Bambang. (2007). Representasi Dalam Pembelajaran Matematika. Pontianak : STAIN Pontianak Press NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM Rose, Colin & Malcolm J. Nicholl. (2011). Cara Belajar cepat Abad XXI. Bandung: Nuansa Sabirin, Muhammad. (2014). Representasi Dalam Pembelajaran Matematika. Banjarmasin 12