BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja disebut masa persiapan untuk menempuh masa dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke arah kedewasaan. Matangnya organorgan seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka bukan lagi anak-anak,baik bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan pula dewasa yang telah matang, masa ini kira-kira umur 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun. Perubahan pada aspek fisik dan psikis mengarah pada kematangan seks dan disertai dengan timbulnya dorongan seks yang masih baru serta belum diketahuinya, selain itu remaja belum mampu untuk bertanggung jawab karena masih mengikuti kesenangan sesaat,belum berpikir jauh, sehingga timbul masalah seksualitas. Dorongan tersebut akan menimbulkan masalah seksual jika tidak diberikan bimbingan yang benar tentang perubahan yang dialaminya, disisi lain sebagian orang tua beranggapan bahwa pendidikan seks masih tabu untuk diberikan, sehingga remaja cenderung untuk mencari informasi tentang seksual dari sumber yang kurang bertanggung jawab. Hal ini lah yang menyebabkan pengetahuan seksual yang salah dan nantinya akan membentuk sikap negatif terhadap upaya-upaya untuk menghindari perilaku seks bebas dikalangan remaja.

2 Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk memisahkan stereotip belasan tahun dan untuk membuat kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa, tetapi belumlah cukup. Oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, dan minum-minuman keras. Remaja pada masa perkembangannya dihadapkan pada tuntutan yang sering bertentangan,baik dari orang tua, guru, teman sebaya, maupun masyarakat di sekitar. Sehingga mereka juga sering dihadapkan pada berbagai kesempatan dan pilihan, yang semuanya itu dapat menimbulkan permasalahan bagi mereka. Permasalahan tersebut salah satunya yaitu berprilaku seks bebas, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi,penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS,kekerasan seksual serta kurangnya pendidikan mengenai bahayabahaya seks bebas yang sering terjadi di lingkungan sekitarnya. Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting terutama dalam hubungan dengan lawan jenisnya. Besarnya keingintahuan remaja mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksual menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu lebih banyak informasi mengenai seksualitas. Remaja dalam mencari informasi tentang seksualitas diharapkan peranan orang tua ataupun guru untuk dapat membimbingnya supaya tidak salah dalam mencari informasi yang akan berdampak pada seks bebas di kalangan remaja. Remaja sekarang begitu mudah dalam mengiyakan ajakan dari lawan jenisnya untuk melakukan aktivitas seksual sebelum menikah dengan alasan

3 mencintai pacar atau takut diputuskan pacar apabila tidak menuruti kemauan dari pacarnya, serta rasa ingin tahu yang tinggi tentang seksualitas, ingin mencobanya serta kurangnya pengetahuan tentang seksualitas yang didapat dari keluarga maupun sekolah karena beranggapan bahwa pendidikan seks merupakan hal yang tabu untuk diajarkan pada remaja (Yuniarti, 2007:2). Remaja tidak pernah berpikir kerugian apa yang akan diterimanya jika melakukan hubungan seksual ketika pada masa remaja tanpa adanya ikatan pernikahan. Remaja dalam berpacaran seperti pada saat sekarang ini sudah sangat berani untuk memamerkan kemesraan dengan pasangannya seperti orang yang sudah menikah kepada teman-temannya seperti contohnya berpegangan tangan, mencium pipi,merangkul pasangannya ketika boncengan dengan pacar mereka,mencium bibir, meraba dan memegang buah dada diatas baju, serta yang lebih ekstrem menggesek-gesekan alat kelamin dengan pacarnya.(banun, 2013 : 14) Pergaulan remaja saat ini sudah sangat mengkhawatirkan dan semakin bebas tanpa memandang etika dan moral yang ada. Masa remaja adalah masa SMA, banyak yang bilang bahwa masa SMA adalah masa yang paling indah diantara masa SD maupun SMP, karena pada masa SMA adalah dimana remaja sudah merasa kegiatan apapun itu sendiri tanpa nasehat dari orang yang tua atau orang yang lebih dewasa dari dirinya. Alhasil remaja SMA banyak terjerat dalam pergaulan bebas misalnya: narkoba, pesta alkohol dan seks bebas. Cara berpacaran remaja pada jaman sekarang sudah sangat bebas, bermesraan di tempat umum sudah merupakan hal yang biasa bagi mereka, dan tanpa malu

4 memamerkan kemesraan mereka di media sosial yang mereka menyebutnya Couple goals agar mereka dianggap gaul dan hits bagi teman-temannya. Belum lagi dengan peristiwa yang sering terjadi pada saat ini, tentang pergaulan bebas remaja yang mengakibatkan kehamilan yang tidak diharapkan. Kejadian-kejadian kehamilan pranikah sudah menjadi fenomena yang lumrah dikalangan remaja pada saat ini. Anggraini dkk (Putri, 2014) mengungkapkan bahwa hasil survey kesehatan reproduksi remaja usia 14-19 tahun yang dilakukan tahun 2009 diketahui bahwa 92% dari 19.173 responden telah berpacaran. Saat berpacaran, responden mengaku telah melakukan berbagai perilaku seksual pranikah antara lain 82% pernah melakukan ciuman, 62% pernah melakukan petting, 10,2% pernah melakukan hubungan kelamin, dan semua responden mengaku pasti berpegangan tangan saat berpacaran. Dari data yang sudah diuraikan diatas bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa pergaulan remaja sekarang ini sangat mengkhawatirkan. Dengan adanya data tersebut seharusnya ada penyuluhan ataupun tindakan untuk mencegah remaja melakukan melakukan hal yang sudah diuraikan diatas. Dengan melakukan kegiatan bimbingan konseling melalui layanan bimbingan kelompok diharapkan bisa mengurangi atau mencegah fenomena seks bebas dikalangan remaja terutama anak SMA. Kejadian unwanted pregnancy ini dapat mengarah pada dilakukannya tindakan aborsi. Walaupun aborsi dianggap sebagai tindakan ilegal di Indonesia.namun angka terjadinya aborsi mencapai 750.000 sampai 1.000.000 kejadian per tahun. Angka tersebut berkisar antara 40 sampai 50% (sebagian besar

5 adalah aborsi yang tidak aman) dilakukan oleh remaja perempuan (Wijayanti etal.. 2007). Berdasarkan data yang dikeluarkan BKKBN, diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa. Bahkan, 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan remaja. Seperti di Surabaya tercatat 54%, Bandung 47%, dan 52% di Medan. Tingginya angka aborsi di kalangan remaja ini seringkali dikaitkan dengan kebebasan seks dan kegagalan KB (Dimyati, 2012). Menurut survei dari BKKBN tahun 2015 mencatat bahwa 40% remaja dikota Medan mengaku sudah pernah berhubungan seks sebelum nikah, menurut remaja laki-laki yang pernah melakukan hubungan salah-satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya adalah pengaruh menonton film porno (http://news.okezone.com/tiap-tahun-remaja-seks-pra-nikah-meningkat.) Banyaknya remaja yang terjerat dalam seks bebas membuat peneliti ingin melakukan penelitian dengan meningkatkan pemahaman tentang bahaya seks bebas terhadap siswa. Diharapkan tidak ada lagi remaja yang terjerat dalam seks bebas terutama pada siswa disekolah. Pengertian seks bebas sendiri menurut Wilis (2005 : 73) menegaskan bahwa seks bebas yaitu melakukan hubungan seks dengan siapa saja tanpa ikatan pernikahan, asal suka sama suka. Kata suka sama suka inilah yang menjadi alasan remaja saat ini untuk melakukan seks bebas. Peneliti menjumpai fenomena di sekolah tempat peneliti sewaktu melaksanakan Program Praktek Lapangan Terpadu (PPLT) di kota Medan, tepatnya di SMA Negeri 17 Medan, peneliti melakukan wawancara pada tanggal 23 Oktober 2016 tehadap guru BK di sekolah itu yang kebetulan beliau menjadi guru pamong peneliti ketika PPL,peneliti memperoleh informasi bahwa

6 pada tahun 2011-1016 terdapat 9 orang siswi di SMA Negeri 17 Medan tidak dapat melanjutkan sekolahnya dikarenakan hamil diluar nikah, dan menurut guru BK siswa tidak merasa malu dan risih ketika bermesraan saat boncengan dilihat oleh guru ataupun teman-temannya. Peneliti melakukan pengamatan sebagai pelengkap data yang dilaksanakan pada hari sabtu 22 Oktober 2016 di depan pagar halaman sekolah ketika bel pulang sekolah berbunyi peneliti melihat sepasang siswa dan siswi kelas XI keluar dari sekolah mengendarai sepeda motor berboncengan siswi tersebut dengan tanpa enggan memeluk yang memboncengnya tersebut dengan mesra. Remaja biasanya melakukan segala sesuatu tanpa berpikir panjang sehingga dapat bedampak buruk bagi dirinya maupun keluarganya. Salah satu solusi untuk mengurangi perilaku seks bebas pada remaja di sekolah yaitu dengan melakukan bimbingan yang dilakukan oleh pihak sekolah, pihak guru pembimbing lebih memberikan pengetahuan dan meningkatkan konseling kepada siswa tentang dampak dari seks bebas, meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa-siswinya agar terhindar dari bahaya seks bebas Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan peserta untuk peserta didik, baik secara perseorangan maupun kelompok, mampu menyelelesaikan permasalahan dan mengambil keputusan secara mandiri, berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir,melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan mendukung berdasarkan norma yang berlaku (Prayitno,1994)

7 Salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang diterapkan disekolah adalah layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan layanan yang diselenggarakan dalam suasana kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang meliputi segenap bidang bimbingan (Mugiarso, 2007:69). Sedangkan menurut prayitno dalam Amti (2004:309) bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Sehingga dengan dilaksanakannya layanan bimbingan kelompok, siswa dapat memperoleh pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan perilaku seks bebas. Dengan melakukan bimbingan kelompok diharapkan bisa membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman tentang perilaku seksual. Bimbingan kelompok yang di gunakan yaitu menggunakan teknik diskusi. Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih/kelompok. Biasanya komunikasi antara mereka/kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan pemahaman yang baik dan benar (wikipedia). Teknik diskusi ini bisa dilaksanakan oleh siswa maupun konselor, atau guru. Apabila diskusi penyelenggaraanya dilakukan oleh para siswa, maka perlu persiapan yang matang. Siswa hendaknya didorong untuk mendapatkan sebanyak mungkin bahan informasi yang akan disajikan, dari orang yang lebih mengetahuinya. Konselor, guru bertindak sebagai pengatur jalannya diskusi ataupun melengkapi informasi-informasi yang dibahas dalam diskusi (Prayitno, 2004: 269). Dengan adanya bimbingan kelompok, siswa mempunyai wadah yang tepat untuk membahas permasalahan, memperoleh informasi, dan

8 saling bertukar pendapat terutama tentang prilaku seksual sehingga siswa dapat mengurangi prilaku seksual yang berdampak negatif. Berdasaarkan fenomena diatas, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Terhadap Pencegahan Prilaku Seks Bebas kelas XI di SMA Negeri 17 Medan Tahun Ajaran 2017/2018. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dilihat identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu : 1. Banyaknya siswa yang telah berpacaran di lingkungan sekolah. 2. Seringnya siswa menyimpan video porno di ponsel mereka dan dibawa sekolah. 3. Seringnya siswa ketika jam pulang sekolah, tidak langsung pulang kerumah,mereka jalan-jalan dulu dengan teman atau pacarnya. 4. Siswa tanpa enggan memamerkan kemesraan dengan pasangannya di lingkungan sekolah. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan masalah yang diteliti, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan ini pada Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi terhadap Pencegahan Seks Bebas pada kelas XI di SMA Negeri 17 Medan T.A 2017/2018.

9 1.4 Rumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah diatas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Terhadap Pencegahan Perilaku Seks Bebas pada Siswa kelas XI di SMA Negeri 17 Medan T.A 2017/2018? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Terhadap Pencegahan Perilaku Seks Bebas pada Siswa kelas XI di SMA Negeri 17 Medan T.A 2017/2018. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan khususnya dalam bidang Bimbingan Konseling, yang terkait dengan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi. b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menambah khasanah dan referensi dibidang pendidikan khususnya yang berkaitan dengan perilaku seks bebas. 2. Manfaat praktis a. Bagi Sekolah Dapat dijadikan model untuk memberikan layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi kepada siswa untuk pencegahan seks bebas disekolah.

10 b. Bagi Guru dan Guru BK Diharapkan melalui penelitian ini, guru serta guru BK mendapat bahan masukan ataupun rujukan untuk mencegah perilaku seks bebas pada siswa-siswi di sekolahnya. c. Bagi Siswa Bagi siswa-siswi di SMA Negeri 17 Medan, dapat dijadikan sebagai bimbingan dan pengetahuan mengenai bahaya seks bebas melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi, serta untuk mencegah dan mengurangi perilaku seks bebas di kalangan siswa SMA Negeri 17 Medan. d. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti untuk mengurangi bahaya seks bebas pada kalangan remaja SMA ketika nanti peneliti menjadi guru BK/ Konselor disekolah. e. Bagi Orang Tua Untuk sebagai bahan rujukan dan wawasan untuk anak-anaknya supaya terhindar dari perilaku seks bebas dan dapat mengawasi anak-anaknya agar terhindar dari perilaku seks bebas. f. Bagi Peneliti Lanjut Sebagai bahan referensi dan rujukan dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku seks bebas dan bimbingan kelompok teknik diskusi.