BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada Hukum Ekonomi Syariah yang ada di Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

BAB II Landasan Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMILIH LEMBAGA KEUANGAN SYARI AH (Studi Kasus di BNI Syari ah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB III GAMBARAN UMUM BTM WIRADESA. A. Latar belakang berdirinya BTM Wiradesa. Muhammadiyah Wiradesa untuk memiliki sumber-sumber pendanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kesenjangan. Pengalaman dengan dominasi sistem bunga selama ratusan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, serta memberikan jasa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkain perjuangan yang cukup lama, yang pada awalnya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan agama yang lengkap dalam memberikan. tuntunan dan panduan bagi kehidupan umat manusia.

UNIVERSITAS INDONESIA INSTITUSIONALISASI SYARIAH PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM): STUDI SOSIOLOGIS BMT DI CIPULIR DAN BQ DI BANDA ACEH DISERTASI

sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan. Koperasi di Indonesia berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. potensi ekonomi agar berhasil guna secara optimal. Kemajuan ekonomi telah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam, bank juga telah mengeluarkan sejumlah produk yang

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dan penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tinjauan Pelaksanaan Skema Musyarakah Pada Produk Pembiayaan Dana Berputar (PDB) Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Garut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. syariah diragukan system operasionalnya, tetapi tidak demikian adanya bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga-lembaga keuangan sejenis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah kejadian yang menarik. Lahirnya Bank Syariah Mandiri di

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup serta menggerakkan roda perekonomian. Kebutuhan manusia dari hari ke hari terus bertambah sejalan dengan taraf hidup masing-masing, tetapi di lain pihak kemampuan untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut sangat terbatas, sehingga tidak jarang mereka memerlukan lembaga keuangan maupun lembaga perbankan. Akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia lembaga-lembaga keuangan yang berprinsip syariah. Lembaga Keuangan Syariah merupakan lembaga yang menjalankan kegiataanya dengan berlandaskan prinsip syariah Islam. Lembaga Keuangan Syariah terdiri dari Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan non Bank (Asuransi, Pegadaian, Reksa Dana, Pasar Modal, BPRS, dan BMT). Salah satu Lembaga Keuangan non Bank yaitu Baitul Maal Wat Tamwil atau yang sering disebut dengan BMT. Keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan suatu usaha untuk memenuhi keinginan, khususnya sebagian umat Islam yang menginginkan jasa layanan lembaga keuangan syariah dalam mengelola perekonomiannya. Menurut Sudarsono (2012: 107) Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial, terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usahausaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq

2 dan sedekah. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpul dan penyalur dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak dipisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah. Sedangkan menurut Ridwan (2004: 73) BMT merupakan lembaga keuangan syariah yag tidak hanya berorientasi pada bisnis namun berorientasi pula pada sosial, dan juga lembaga yang tidak melakukan pemusatan kekayaan pada bagian kecil orang pemilik modal dengan penghisapan pada mayoritas orang, tetapi lembaga yang kekayaannya secara merata dan adil. BMT merupakan lembaga yang terlahir dari kesadaran umat dan ditakdirkan untuk menolong kelompok mayoritas yakni pengusaha mikro atau kecil, dan lembaga yang tidak terjebak pada permainan bisnis untuk keuntungan pribadi, tetapi membangun kebersamaan untuk mencapai kemakmuran bersama. Kehadiran BMT (Baitul maal wa Tamwil), sebagai pendatang baru dalam dunia pemberdayaan masyarakat melalui sistem simpan pinjam syariah bertujuan untuk menjadi alternatif yang lebih inovatif dalam jasa keuangan (Ridwan. 2004: 31). BMT dalam operasionalnya bukan semata-mata untuk memperoleh kekayaan, tetapi lebih dari itu BMT menjadi sebuah gerakan sosial dan sekaligus bisnis yang berorientasi pada ridho Allah SWT. Dengan demikian pendirian BMT juga tidak dapat mengabaikan aspek ekonomi. Aspek ini menjadi sangat penting di samping aspek syariah sehingga keduanya harus dijalankan secara seimbang (Ridwan. 2006: 17). Sama halnya dengan bank syariah, BMT juga melakukan kegiatan penghimpunan dana dan

3 penyaluran dana yaitu bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), jual beli (murabahah dan istishna) dan sewa menyewa (ijarah dan jualah) kepada masyarakat. BMT menggunakan prinsip bagi hasil digunakan untuk menghimpun dan menyalurkan dananya kepada nasabah. Hal ini terdapat pada salah satu BMT di Yogyakarta, yaitu BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta yang mempunyai produk penghimpun dana mudharabah dan produk penyaluran dana musyarakah. Peneliti memilih studi kasus di BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta karena target pasar atau segmen pasar yang dituju oleh BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta adalah pedagang pasar yang saat ini lebih banyak mengunakan jasa rentenir. Terbukti dengan banyaknya rentenir yang masih merajalela di pasar dengan menawarkan pinjaman uang yang tanpa syarat seperti agunan tetapi dengan lebih menekankan kepada bunga pada setiap pengembaliannya sehingga alasan BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta itu sendiri dengan menggunakan prinsip ta awun atau tolong menolong untuk memberikan pelayanan pengelolaan dana anggota dan pembiayaan kepada anggota BMT dan juga masyarakat sekitar terutama pedagang pasar. BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta yang berada di daerah Patangpuluhan tepat di depan Pasar Legi membuat kebanyakan nasabah BMT yang mengajukan pembiayaan maupun menabung adalah pedagang pasar setempat. BMT Barokah Padi Melati menerapkan sistem bagi hasil sebagai suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemilik dana dengan pengelola dana. Pembagian usaha ini dapat terjadi antara bank dengan

4 penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan dan depoito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan (Muhamad, 2014: 27). Keuntungan yang dibagi hasilkan harus dibagi secara proporsional antara shahibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudharabah dapat dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara shahibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan sebelum habis masa perjanjian akan diangap sebagai pembagian keuntungan di muka (Muhamad. 2004: 19). Kerja sama para pihak dengan sistem bagi hasil harus dilaksanakan dengan transparan dan adil. Hal ini disebabkan untuk mengetahui tingkat bagi hasil pada periode tertentu itu tidak dapat dijalankan kecuali harus ada laporan keuangan atau pengakuan yang terpercaya. Pada tahap perjanjian kerja sama ini disetujui oleh para pihak, maka semua aspek yang berkaitan dengan usaha harus disepakati dalam kontrak agar antar pihak saling mengingatkan (Ridwan. 2004: 120). Pembiayaan yang sering di gunakan dalam lembaga keuangan syariah salah satunya terdapat pada BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta,

5 diantaranya menggunakan prinsip kerja sama (partnership), yakni bentuk pembiayaan kepada anggota atau nasabah BMT akan menyertakan sejumlah modal baik uang tunai maupun barang untuk meningatkan produktivitas usaha. Atas dasar transaksi ini BMT akan bersepakat dalam nisbah bagi hasil (Ridwan. 2004: 169). Pembiayaan prinsip tersebut dapat dianggap mampu menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus dibayarkan ke bank, selain itu juga dapat merubah kaum muslim dalam setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang sejalan dengan pinsip syariah. Salah satu pembiayaan yang ditawarkan oleh BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta adalah pembiayaan musyarakah. Pembiayaan musyarakah merupakan pembiayaan di mana terdapat perjanjian antara para pemilik dana atau modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya (Muhamad. 2005: 23). Sedangkan menurut Herry Sutanto dan Khaerul Umam (2013: 205), musyarakah merupakan akad kerjasama antara bank dan nasabah untuk mengikatkan diri dalam perserikatan modal dengan jumlah yang sama atau berbeda sesuai kesepakatan. Percampuran modal tersebut digunakan untuk pengelolaan proyek atau usaha yang layak dan sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui dalam akad. Akad musyarakah digunakan bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan bagi nasabah guna menjalankan usaha atau proyek dengan cara melakukan penyertaan modal bagi usaha atau proyek

6 yang bersangkutan (Sutanto & Umam. 2013: 208). Jangka waktu perjanjian atau proyek sesuai dengan kesepakatan dan diatur dalam ketentuan tersendiri. Bagi hasil keuntungan dan kerugian dilaksanakan sesuai dengan porsi kontribusi modal atau sesuai kesepakatan yang saling menguntungkan (Sutanto & Umam. 2013: 208). BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta ini pada mulanya telah berdiri pada tahun 2000 yang dipelopori oleh warga Muhammadiyah Cabang Wirobrajan dan telah mempunyai Badan Hukum : 73/BH/AD/KDK/12.5/II/2000. Setelah berjalan 2 tahun, atas inisiatif Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah mendirikan sebuah usaha produktif yang disebut ADILA (Amal Usaha Padi Melati) yang terdiri dari minimarket, rental komputer, fotocopy dan BMT Padi Melati. Berdasarkan uraian yang di atas, maka judul yang penulis ajukan adalah PENGARUH NISBAH BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH DAN PENCAIRAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH TERHADAP NASABAH BARU DI BMT BAROKAH PADI MELATI YOGYAKARTA

7 B. Rumusan Masalah 1. Apakah nisbah bagi hasil tabungan mudharabah berpengaruh terhadap nasabah baru di BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta? 2. Apakah pencairan pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap nasabah baru di BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta? 3. Manakah yang paling dominan pengaruhnya antara nisbah bagi hasil tabungan mudharabah atau pencairan pembiayaan muyarakah yang mempengaruhi jumlah nasbah baru di BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh nisbah bagi hasil tabungan mudharabah dan pencairan pembiayaan musyarakah terhadap nasabah baru di BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui variabel mana yang lebih dominan pengaruhnya antara nisbah bagi hasll tabungan mudharabah atau pencairan pembiayaan musyarakah terhadap nasabah baru di BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan penerapan dari teori yang ada, khusunya pada lembaga keuangan syariah.

8 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh BMT Barokah Padi Melati Yogyakarta dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan untuk meningkatkan jumlah nasabah baru.