BAB II DASAR TEORI 2.1 Penjadwalan Kuliah

dokumen-dokumen yang mirip
Selvia Lorena Br Ginting 1, Hayi Akbar 2. Abstrak

BAB 2 LANDASAN TEORI

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian dalam pekerjaan. Dalam melakukan pemasangan kabel perlu

Kata kunci : Penjadwalan, Ant colony, Algoritma

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENCARIAN RUTE TERPENDEK OBJEK WISATA DI MAGELANG MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO)

SISTEM ALOKASI PENYIMPANAN BARANG PADA GUDANG

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perancangan sistem merupakan penguraian suatu sistem informasi

ANT COLONY OPTIMIZATION

OPTIMASI RUTE ARMADA KEBERSIHAN KOTA GORONTALO MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION. Zulfikar Hasan, Novianita Achmad, Nurwan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar 3.1. Semut dalam Proses menemukan sumber makanan

Penyelesaian Masalah Travelling Salesman Problem Menggunakan Ant Colony Optimization (ACO)

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENEMUAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA ANT COLONY. Budi Triandi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

REKAYASA APLIKASI PENCARI RUTE LOKASI INDUSTRI MENGGUNAKAN ALGORITMA ANT COLONY SYSTEM

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penjadwalan Definisi Penjadwalan Kegiatan Belajar Mengajar

BAB IV ANALISIS MASALAH

ALGORITMA SEMUT PADA PENJADWALAN PRODUKSI JOBSHOP

Penyelesaian Traveling Salesperson Problem dengan Menggunakan Algoritma Semut

IMPLEMENTASI ALGORITMA SEMUT UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDUKUNG SISTEM PEMASARAN DENGAN ALGORITMA ANT COLONY ABSTRAK

Matematika dan Statistika

Desain Rute Terpendek untuk Distribusi Koran Dengan Algoritma Ant Colony System


Artikel Ilmiah oleh Siti Hasanah ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

IkhsanJaelani Mahasiswa Informatika, FT UMRAH, ABSTRAK. Kata Kunci : Rute Terpendek, meta-heuristics, algoritma semut

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Analisa Pencarian Jarak Terpendek Lokasi Wisata di Provinsi Sumatera Utara Menggunakan Algoritma Ant Colony Optimization (ACO)

Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek

Analisis dan Implementasi Ant Colony Algorithm untuk Clustering

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI OPTIMASI PEMASANGAN KABEL DENGAN METODE ANT COLONY

ANALISIS ALGORITMA SEMUT UNTUK PEMECAHAN MASALAH PENUGASAN

Pemanfaatan Algoritma Semut untuk Penyelesaian Masalah Pewarnaan Graf

Pengisian Kota Pertama ke dalam Tabu List Penyusunan Rute Kunjungan Setiap Semut ke Setiap Kota

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

Ant Colony Optimization

JURNAL IT STMIK HANDAYANI

BAB II KAJIAN TEORI. semut, dan travelling salesman problem. Teori graf digunakan untuk menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI ALOKASI JADWAL MATA PELAJARAN SMU MENGGUNAKAN ALGORITMA KOLONI SEMUT (AKS)

Sistem Informasi Penentuan Jalur Terpendek Bagi Pengantar Surat Menggunakan Algoritma Semut

BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Aplikasi Penentuan Jalur Terpendek Pendistribusian Bantuan Bencana alam Dengan Menggunakan Algoritma Semut Pada Wilayah Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Graf dalam Algoritma Semut untuk Melakukan Optimisasi

IMPLEMENTASI PERBANDINGAN ALGORITMA ANT COLONY SYSTEM DENGAN ALGORITMA SUBSET DYNAMIC PROGRAMMING PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Pencarian Jalur Terpendek dengan Algoritma Dijkstra

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC DAN ANT COLONY SYSTEM DALAM PEMECAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA ANT COLONY PADA PENJADWALAN PRODUKSI

Pemanfaatan Algoritma Hybrid Ant Colony Optimization dalam Menyelesaikan Permasalahan Capacitated Minimum Spanning Tree. Tamam Asrori ( )

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Optimasi pada Rute Truk Peti Kemas dengan Algoritma Optimasi Koloni Semut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. membentuk satu kesatuan. Pada sistematikanya, sistem informasi melakukan 3

Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti

BAB I PENDAHULUAN. Traveling Salesman Problem (TSP) dikenal sebagai salah satu masalah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Algoritma Ant System dalam Menemukan Jalur Optimal pada Traveling Salesman Problem (TSP) dengan Kekangan Kondisi Jalan

BAB III ALGORITMA ANT DISPERSION ROUTING (ADR)

BAB II LANDASAN TEORI. Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ALGORITMA GENETIC ANT COLONY SYSTEM UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM

STUDI KOMPARATIF ALGORITMA ANT DAN ALGORITMA GENETIK PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PERANCANGAN SISTEM OPTIMASI RUTE DISTRIBUSI PENGANGKUTAN SAMPAH DI SURABAYA SECARA ADAPTIF MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA KOLONI SEMUT

PENENTUAN RUTE OPTIMAL PADA KEGIATAN PENJEMPUTAN PENUMPANG TRAVEL MENGGUNAKAN ANT COLONY SYSTEM

PENYELESAIAN MULTI-DEPOT MULTIPLE TRAVELING SALESMAN PROBLEM MENGGUNAKAN K-MEANS DAN ANT COLONY OPTIMIZATION

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN HAK CIPTA ABSTRAK...

Edu Komputika Journal

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. geografis dengan pemanfaatan pemetaan secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung

APLIKASI ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) DALAM KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Dedy Mulia

DESAIN DAN IMPLEMENTASI JADWAL KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT BERBASIS WEB SKRIPSI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

IMPLEMENTASI ALGORITMA ANT COLONY OPTIMIZATION PADA APLIKASI PENCARIAN LOKASI TEMPAT IBADAH TERDEKAT DI KOTA BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. dihubungkan untuk berbagi sumber daya (Andi Micro, 2011:6). Jaringan Komputer

Algoritma. Untuk. Problem Dengan. Vehicle. Window. Jasa

PERGERAKAN AGEN CERDAS PADA PEMODELAN GAME EDUKASI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ANT SYSTEM KONSENTRASI PENEMUAN JALUR KE PASAR TRADISIONAL

PENYUSUNAN PENJADWALAN UJIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RANK BASED ANT SYSTEM INTISARI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN SUMBER DAYA PADA PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY

OPTIMISASI POLA DISTRIBUSI DENGAN LOGIKAFUZZY DAN ALGORITMA SEMUT PADA PT. SRI ANEKA PANGAN NUSANTARA TUGAS AKHIR SKRIPSI

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Penjadwalan Kuliah Penjadwalan Kuliah merupakan pengaturan penempatan waktu dan ruangan berdasarkan jumlah kuliah dan akademik sejenis, dengan memperhatikan sejumlah aturan yang berhubungan dengan kapasitas dan lokasi dari ruangan yang tersedia, waktu bebas yang diperlukan dan sejumlah aturan lain yang berkaitan dengan toleransi untuk dosen, dan hubungan antar mata kuliah khusus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kuliah adalah pelajaran yg diberikan di perguruan tinggi. Terdapat berbagai istilah yang dikenal pada kegiatan kuliah (perkuliahan) di perguruan tinggi, diantaranya mahasiswa, dosen, mata kuliah, SKS, dan semester. 1. Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi dan merupakan pelaku kegiatan kuliah di perguruan tinggi yang menerima pelajaran dari dosen. 2. Dosen adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi dan merupakan pelaku kegiatan kuliah di perguruan tinggi yang memberi pelajaran kepada mahasiswa. 3. Mata kuliah adalah satuan pelajaran di tingkat perguruan tinggi yang diajarkan oleh dosen kepada mahasiswa. 4. SKS (Satuan Kredit Semester), adalah satuan yang digunakan dalam Sistem Kredit Semester. Sistem kredit semester adalah suatu sistem penyelenggaraan perkuliahan di perguruan tinngi yang menyatakan beban studi mahasiswa, beban kerja dosen dan beban penyelenggaraan perkuliahan dengan menggunakan Satuan Kredit Semester (SKS). Besarnya satu satuan kredit semester (1 SKS) dalam kegiatan perkuliahan pada berbagai perguruan tinggi terkadang berbeda namun ada juga yang sama. Di Universitas Pendidikan Indonesia, nilai 1 SKS dalam kegiatan perkuliahan adalah setara dengan 4

5 alokasi waktu lima puluh (50) menit kegiatan tatap muka terjadwal antara dosen dengan mahasiswa. 5. Semester adalah satuan terkecil untuk lamanya masa program pendidikan. Jenjang pendidikan strata satu (S1) terdiri atas 8 semester. Satu tahun akademik (penyelenggaraan kegiatan perkuliahan dalam satu tahun) dibagi menjadi dua semester, yaitu semester ganjil dan semester genap 2.2 Algoritma Ant colony 2.2.1 Algoritma Pada awalnya kata algorisma adalah istilah yang merujuk kepada aturanaturan aritmetis untuk menyelesaikan persoalan dengan menggunakan bilangan numerik arab, namun pada abad ke-18 istilah ini telah berkembang menjadi algoritma suatu urutan langkah atau prosedur yang jelas dan diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.kata algoritma berasal dari latinisasi nama seorang ahli matematika dari Uzbekistan Al Khawārizmi (hidup sekitar abad ke- 9), sebagaimana tercantum pada terjemahan karyanya dalam bahasa latin dari abad ke-12 "Algorithmi de numero Indorum". Berikut ini beberapa pengertian menurut para ahli : a. Abu Ja far Mohammad Ibn Musa Al Khoarismi Suatu metode khusus untuk menyelesaikan suatu persoalan. b. Goodman Hedet Niemi Urut-urutan terbatas dari operasi-operasi terdefinisi dengan baik, yang masing-masing membutuhkan memory dan waktu yang terbatas untuk menyelesaikan suatu masalah. c. Donald E. Knuth Algor itma adalah sekumpulan aturan-aturan berhingga yang memberikan sederetan operasi-operasi untuk menyelesaikan suatu jenis masalah yang khusus. Knuth (1973) menyatakan 5 komponen utama dalam algoritma yaitu finiteness, definiteness, input, output dan effectiveness. Sehingga dalam merancang sebuah algoritma ada 3 (tiga) komponen yang harus ada yaitu: a. Komponen masukan (input) terdiri dari pemilihan variable, jenis variable, tipe variable, konstanta dan parameter (dalam fungsi).

6 b. Komponen keluaran (output) merupakan tujuan dari perancangan algoritma dan program. Permasalahan yang diselesaikan dalam algoritma dan program harus ditampilkan dalam komponen keluaran. Karakteristik keluaran yang baik adalah benar (menjawab) permasalahan dan tampilan yang ramah (Frendly). c. Komponen proses (processing) merupakan bagian utama dan terpenting dalam merancang sebuah algoritma. Dalam bagian ini terdapat logika masalah, logika algoritma (sintaksis dan semantik), rumusan, metode (rekursi, perbandingan, penggabungan, pengurangan dan lain-lain). 2.2.2 Ant colony Ant colony pertama kali dikenalkan oleh Marco Dorigo pada tesis PhD tahun 1992. Algoritma semut lebih menitik beratkan pada perilaku kebiasaan atau yang sering dilakukan (dilewati) oleh semut. Dengan kemampuan dan keunikan semut, yang memiliki kemampuan secara alami (riil ant) untuk menemukan alur/lintasan yang terpendek dari sarangnya ke suatu sumber makanan tanpa pengertian visual (penglihatan). Dengan menggunakan algoritma ini maka sistem akan mencari cara tercepat untuk mencapai suatu penempatan jadwal. Berikut adalah cara kerja algoritma ant colony : 1. Pada awalnya, semut berkeliling secara acak. 2. Ketika semut-semut menemukan jalur yang berbeda misalnya sampai pada persimpangan, mereka akan mulai menentukan arah jalan secara acak seperti Gambar 2.1.a. 3. Sebagian semut memilih berjalan ke atas dan sebagian lagi akan memilih berjalan ke bawah seperti Gambar 2.1.b. 4. Ketika menemukan makanan mereka kembali ke koloninya sambil memberikan tanda dengan jejak feromon. 5. Karena jalur yang ditempuh lewat jalur bawah lebih pendek, maka semut yang bawah akan tiba lebih dulu dengan asumsi kecepatan semua semut adalah sama seperti Gambar 2.1.c.

7 6. Feromon yang ditinggalkan oleh semut di jalur yang lebih pendek aromanya akan lebih kuat dibandingkan feromon di jalur yang lebih panjang seperti Gambar 2.1.d. 7. Semut-semut lain akan lebih tertarik mengikuti Gambar 2.1 Cara Kerja Semut Terdapat tiga gagasan utama yang dapat diambil oleh Algoritma Semut yang berasal dari riil ant: 1. Semut-semut (ants) mempunyai suatu pilihan probabilistic atau kemungkinan untuk memilih suatu lintasan/alur dengan nilai pheromone yang tinggi. 2. Alur yang lebih pendek cenderung untuk suatu tingkat pertumbuhan nilai pheromone yang lebih tinggi. 3. Dengan menggunakan suatu system komunikasi tak langsung melalui phromonea edge. 2.2.3 Ant colony Optimazation Algoritma Ant colony Optimization merupakan teknik probabilistik untuk menjawab masalah komputasi yang bisa dikurangi dengan menemukan jalur yang baik dengan graf. ACO pertama kali dikembangkan oleh Marco Dorigo pada tahun 1991. Sesuai dengan nama algoritmanya, ACO di inspirasi oleh koloni semut karena tingkah laku semut yang menarik ketika mencari makanan. Semutsemut menemukan jarak terpendek antara sarang semut dan sumber makanannya. Ketika berjalan dari sumber makanan menuju sarang mereka, semut memberikan tanda dengan zat feromon sehingga akan tercipta jalur feromon. Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk hidup

8 untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi. Berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat mempengaruhi dan dikenali oleh individu lain yang sejenis, proses peninggalan feromon ini dikenal sebagai stigmergy. Semut dapat mencium feromon dan ketika mereka memilih jalur mereka, mereka cenderung memilih jalur yang ditandai oleh feromon dengan konsentrasi yang tinggi. Apabila semut telah menemukan jalur yang terpendek maka semut-semut akan terus melalui jalur tersebut. Jalur lain yang ditandai oleh feromon lama akan memudar atau menguap, seiring berjalannya waktu. Jalur-jalur yang pendek akan mempunyai ketebalan feromon dengan probabilitik yang tinggi dan membuat jalur tersebut akan dipilih dan jalur yang panjang akan ditinggalkan. Jalur feromon membuat semut dapat menemukan jalan kembali ke sumber makanan atau sarang mereka. Algoritma ACO telah banyak digunakan untuk menghasilkan penyelesaian yang mendekati optimal [Bernd Bullnheimer et al., 1997, p.1]. Aplikasi algoritma semut dalam kehidupan sehari-hari mencakup beberapa persoalan sebagai berikut. a. Traveling Salesman Problem (TSP), yaitu mencari jalur terpendek dalam sebuah graf menggunakan jalur Hamilton. b. Quadratic Assignment Problem (QAP) yang berusaha menempatkan sejumlah sumber n ditempatkan pada sejumlah m lokasi dengan meminimalkan biaya assignment. c. Job-shop Scheduling Problem (JSP), juga salah satu contoh aplikasi algoritma semut untuk menjadwalkan sejumlah j pekerjaan menggunakan sejumlah m mesin sehingga seluruh pekerjaan diselesaikan dalam waktu yang minimal. d. Vehicle Routing Problem (VRP), pengaturan jalur kendaraan e. Pewarnaan graf Koloni semut yang nyata dan artificial terdapat banyak kemiripan [Marco Dorigo et al., 2006, p.3]. Keduanya terbentuk dari sebuah populasi yang terdiri dari individu-individu yang berkerja sama untuk mencapai tujuan. Semut artificial hidup di dunia virtual, karenanya mereka hanya memodifikasi nilai numerik (disebut analogi artificial pheromones) yang berhubungan dengan keadaankeadaan permasalahan yang berbeda. Sebuah rangkaian dari nilai-nilai feromon

9 yang berhubungan dengan keadaan permasalahan disebut pheromone trail atau jejak feromon. Mekanisme untuk evaporation atau penguapan feromon pada koloni semut nyata yang membuat semut artificial dapat melupakan sejarah (jalurjalur yang pernah diambil) dan fokus pada arah pencarian baru yang menjanjikan. Seperti semut-semut nyata, semut-semut artificial membuat solusi secara berurut dengan bergerak dari satu keadaan permasalahan ke lainnya. Semut-semut nyata hanya berjalan, memilih arah berdasarkan konsentrasi feromon lokal dan kebijakan keputusan stokastik. Semut artificial membuat solusi sedikit demi sedikit, dan bergerak dari keadaan permasalahan yang tersedia dan membuat keputusan stokastik setiap langkah. Meskipun begitu, terdapat perbedaan antara yang nyata dan semut artificial sebagai berikut. a. Semut artificial hidup di dunia dan pada waktu diskrit, mereka berpindah secara sekuen melewati set batasan dari permasalahan. b. Update feromon (penumpukan dan penguapan feromon) tidak dilakukan dengan jalan yang sama pada semut yang nyata dan semut arficial. Update feromon dilakukan oleh beberapa dari semut artificial dan terkadang dilakukan saat solusi telah dibangun. c. Beberapa implementasi dari semut artificial menggunakan mekanisme tambahan yang tidak ada pada semut-semut nyata, seperti local search, backtracking, dan lain-lain. Dalam algoritma semut, diperlukan beberapa variabel dan langkah-langkah untuk menentukan jalur terpendek, yaitu: Langkah 1 : a. Inisialisasi harga parameter-parameter algoritma. Parameter-parameter yang diinisialisasikan adalah : 1. Intensitas jejak semut antar titik dan perubahannya (Ʈij). 2. Banyak titik (n) termasuk koordinat (x,y) atau jarak antar titik (dij). 3. titik berangkat dan titik tujuan. 4. Tetapan siklus semut (Q).

10 5. Tetapan pengendali intensitas jejak semut (α), nilai α 0. 6. Tetapan pengendali visibilitas (β), nilai β 0. 7. Visibilitas antar wilayah = 1/dij (ɳij). 8. Banyak semut (m). 9. Tetapan penguapan jejak semut (ρ), nilai ρ harus > 0 dan < 1 untuk mencegah jejak pheromone yang tak terhingga. 10. Jumlah siklus maksimum (NCmax) bersifat tetap selama algoritma dijalankan, sedangkan Ʈij akan selalu diperbaharui nilainya pada setiap siklus algoritma mulai dari siklus pertama (NC=1) sampai tercapai jumlah siklus maksimum (NC=NCmax) atau sampai terjadi konvergensi. b. Inisialisasi titik pertama setiap semut. Setelah inisialisasi Ʈij dilakukan, kemudian m semut ditempatkan pada titik pertama tertentu secara acak. Langkah 2 : Pengisian titik pertama ke dalam tabu list. Hasil inisialisasi titik pertama setiap semut dalam langkah 1 harus diisikan sebagai elemen pertama tabu list. Hasil dari langkah ini adalah terisinya elemen pertama tabu list setiap semut dengan indeks titik tertentu, yang berarti bahwa setiap tabuk (1) bisa berisi indeks titik antara 1 sampai n sebagaimana hasil inisialisasi pada langkah 1. Langkah 3 : Penyusunan rute kunjungan setiap semut ke setiap titik. Koloni semut yang sudah terdistribusi ke sejumlah atau setiap titik, akan mulai melakukan perjalanan dari titik pertama, masing-masing sebagai titik asal dan salah satu titik lainnya sebagai titik tujuan, kemudian dari titik kedua masing-masing, koloni semut akan melanjutkan perjalanan dengan memilih salah satu dari wilayah yang tidak terdapat pada tabuk sebagai titik tujuan selanjutnya. Perjalanan koloni semut berlangsung terus menerus sampai semua titik satu persatu dikunjungi atau telah menempati tabuk. Jika s menyatakan indeks urutan kunjungan, titik asal dinyatakan sebagai tabuk(s) dan titik-titik lainnya dinyatakan sebagai {N-tabuk},

11 maka untuk menentukan titik tujuan digunakan persamaan probabilitas titik untuk dikunjungi sebagai berikut : Untuk j {N-tabuk}... (1) Untuk j lainnya... (2) dengan i sebagai indeks titik asal dan j sebagai indeks titik tujuan. Langkah 4 : a. Perhitungan panjang rute setiap semut. Perhitungan panjang rute tertutup (length closed tour) atau Lk setiap semut dilakukan setelah satu siklus diselesaikan oleh semua semut. Perhitungan ini dilakukan berdasarkan tabuk masing-masing dengan persamaan berikut : Lk = dtabu k (n), tabu k (1) + Ʃ n=1 s=1 dtabu k (s), tabu k (s-1)...(3) dengan dij adalah jarak antara titik i ke titik j yang dihitung berdasarkan persamaan : dij =...(4) b. Pencarian rute terpendek. Setelah Lk setiap semut dihitung, akan didapat harga minimal panjang rute tertutup setiap siklus atau LminNC dan harga minimal panjang rute tertutup secara keseluruhan adalah atau Lmin. c. Perhitungan perubahan harga intensitas jejak kaki semut antar titik. Koloni semut akan meninggalkan jejak-jejak kaki pada lintasan antar titik yang dilaluinya. Adanya penguapan dan perbedaan jumlah semut yang lewat, menyebabkan kemungkinan terjadinya perubahan nilai intensitas jejak kaki semut antar titik. Persamaan perubahan ini adalah :.....(5) Dengan adalah perubahan harga intensitas jejak kaki semut antar titik setiap semut yang dihitung berdasarkan persamaan:

12 untuk (i,j) kota asal dan titik tujuan dalam tabuk...(6) untuk (i,j) lainnya..... (7) Langkah 5 : a. Perhitungan harga intensitas jejak kaki semut antar titik untuk siklus selanjutnya. Harga intensitas jejak kaki semut antar titik pada semua lintasan antar titik ada kemungkinan berubah karena adanya penguapan dan perbedaan jumlah semut yang melewati. Untuk siklus selanjutnya, semut yang akan melewati lintasan tersebut harga intensitasnya telah berubah. Harga intensitas jejak kaki semut antar titik untuk siklus selanjutnya dihitung dengan persamaan...(8) b. Atur ulang harga perubahan intensitas jejak kaki semut antar titik. Untuk siklus selanjutnya perubahan harga intensitas jejak semut antar titik perlu diatur kembali agar memiliki nilai sama dengan nol. Langkah 6 : Pengosongan tabu list, dan ulangi langkah 2 jika diperlukan. Tabu list perlu dikosongkan untuk diisi lagi dengan urutan titik yang baru pada siklus selanjutnya, jika jumlah siklus maksimum belum tercapai atau belum terjadi konvergensi. Algoritma diulang lagi dari langkah 2 dengan harga parameter intensitas jejak kaki semut antar titik yang sudah diperbaharui. Penampilan algoritma semut disesuaikan pada beberapa parameter yaitu: α, β, lintasan penting yang dilalui serta menarik, ρ, persisteansi lintasan, Ʈij(0), tingkat identitas lintasan, m, banyaknya jumlah semut, dan Q. Parameter-parameter tersebut digunakan untuk memperjelas solusi-solusi yang baik serta dengan perhitungan yang minimum. Algoritma tersebut mengacu pada: 1. {Initialization} Initialize Ʈij and ɳij, Ɣ (ij).

13 2. {Contruction} For each ant k ( current in state i) do repeat choose in probability the state to move into. append the chosen move to the k-th ant s set tabuk. until ant k has completed its solution. end for 3. {Trail update} For each ant move (ij) do compute Ʈij update the trail matrix. end for 4. {Terminating condition} If not(end test)go to step 2 2.3 SQL Server SQL Server adalah sistem manajemen database relasional (RDBMS) yang dirancang untuk aplikasi dengan arsitektur client/server. Istilah client, server, dan client/server dapat digunakan untuk merujuk kepada konsep yang sangat umum atau hal yang spesifik dari perangkat keras atau perangkat lunak. Pada level yang sangat umum, sebuah client adalah setiap komponen dari sebuah sistem yang meminta layanan atau sumber daya (resource) dari komponen sistem lainnya. Sedangkan sebuah server adaah setiap komponen sistem yang menyediakan layanan atau sumber daya ke komponen sistem lainnya. Secara garis besar, SQL Server mempunyai 3 (Tiga) jenis Transact SQL yaitu : a. Data Definition Language (DDL), merupakan bagian dari sistem manajemen database yang dipakai untuk mendefinisikan dan mengatur semua atribut dan properti dari sebuah database

14 b. Data Manipulation Language (DML), merupakan perintah perintah yang digunakan untuk menampilkan, menambah, mengubah, dan menghapus data di dalam obyek obyek yang didefinisikan oleh DDL. c. Data Control Language (DCL), digunakan untuk mengontrol hak hak pada obyek obyek database. 2.4 VB.net Microsoft Visual Basic.NET adalah sebuah alat untuk mengembangkan dan membangun aplikasi yang bergerak di atas sistem.net Framework, dengan menggunakan bahasa BASIC. Dengan menggunakan alat ini, para programmer dapat membangun aplikasi Windows Forms, Aplikasi web berbasis ASP.NET, dan juga aplikasi command-line, VB.NET tampil dengan wajah yang sama sekali berbeda dari VB6 dalam hal kaidah pemrograman, terutama dengan fasilitas strong typing dan code safety. Disamping itu, sifat.net Framework yang dirancang dengan nuansa OOP juga harus diikuti, sehingga VB.NET dapat dikatakan sebagai full OOP programming. Tujuan umum dari VB.NET, yaitu : 1. Menciptakan aplikasi distribusi tinggi. Tren dalam aplikasi bisnis lebih mengarah pada model terdistribusi tingkat tinggi. Aplikasi pada generasi yang akan datang akan mempunyai elemen masing-masing yang terdistribusi diantara organisasi yang bermacam-macam. 2. Menyederhanakan pengembangan software. 3. Interface pengguna yang lebih baik daripada web. 4. Mendukung bahasa pemrograman yang bervariasi. 5. Platform yang efektif di masa yang akan dating

Gambar 2.2 Tampilan VB.net 15