BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TUNGKU PELEBURAN LOGAM DENGAN PEMANFAATAN OLI BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKAR

BAB 3. PENGECORAN LOGAM

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

TUNGKU PELEBUR ALUMNIUM DENGAN ECONOMIZER Aluminium Crucible Furnace Using Economizer

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

PROSES MANUFACTURING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN

TUNGKU KRUSIBEL DENGAN ECONOMIZER UNTUK PRAKTIK PENGECORAN DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FT UNY

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODELOGI PENELITIAN Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai

TUGAS AKHIR POLA DAN PENGECORAN BODY RUBBER ROLL UNTUK SELEP PADI

PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT

Rancang Bangun dan Pengujian Tungku Peleburan Aluminium Berbahan Bakar Minyak Bekas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi zaman sekarang berkembang sangat cepat dan pesat,

PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA

11 BAB II LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN TUNGKU PELEBURAN ALUMINIUM UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PENGECORAN DI SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK MESIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Peleburan Alumunium. Skala Laboratorium.

TEKNOLOGI PELEBURAN PERAK CAMPURAN DENGAN BAHAN BAKAR GAS

BAB IV PROSES PEMBUATAN DESIGNER TOYS KERAMIK. Proses produksi karya akhir memanfaatkan hasil studi terpilih, baik

PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing.

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

Cacat shrinkage. 1 1,0964 % Bentuk : merupakan HASIL DAN ANALISA DATA. 5.1 Hasil Percobaan

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

REDESAIN DAPUR KRUSIBEL DAN PENGGUNAANNYA UNTUK MENGETAHUI PENGARUH PEMAKAIAN PASIR RESIN PADA CETAKAN CENTRIFUGAL CASTING

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.

BAB V PROSES PENGECORAN BAB V PROSES PENGECORAN

PENGARUH VOLUME EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE SAND CASTING

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

RANCANG BANGUN ALA T ADUK LOGAM COR

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Waktu penelitian ini direncanakan selama tiga bulan yang dimulai dari

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR

BAB IV PENGUJIAN DAPUR BUSUR LISTRIK

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERMANEN MOLD CASTING

PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

Proses Pengecoran Hingga Proses Heat Treatment Piston Di PT. Federal Izumi Manufacturing NAMA : MUHAMMAD FAISAL NPM : KELAS : 4IC04

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

BAB III METOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERANCANGAN TUNGKU PENGECORAN LOGAM (NON-FERO) SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN TEKNIK PENGECORAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALATIHAN SOAL BAB 11

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL

Bab III Metode Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERUBAHAN KIMIA. Disusun Oleh. Ari Wahyuni PROGRAM D3 FARMASI LABORATORIUM KIMIA DASAR

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

TANGGAPAN SISWA TERHADAP TUNGKU PELEBUR ALUMINIUM SEBAGAI MEDIA PRAKTIK PENGECORAN LOGAM DI SMK PIRI 1 YOGYAKARTA

CHAPTER 2. MATTERS & THEIR PHASE BAB 2. ZAT DAN WUJUDNYA

SUHU DAN PERUBAHAN. A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda?

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PELEBUR LIMBAH KACA

METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

Pengaruh kadar air pasir cetak terhadap kualitas coran paduan Aluminium

PENGARUH MODEL SALURAN TUANG PADA CETAKAN PASIR TERHADAP HASIL COR LOGAM

- - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH KOMPOSISI CERAMIC SHELL PADA INVESTMENT CASTING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN POROSITAS PRODUK TOROIDAL PISTON

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Material Rockwool. Dalam studi kali ini, material rockwool sebelum digunakan sebagai bahan isolasi termal dalam tungku peleburan logam ialah dengan cara membakar bahan tersebut kemudian dianalisa. Hasil dari pengujian menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik sulit terbakar, pengujian dilakukan dengan menggunakan api dari gas LPG (liquefied petroleum gas) dan waktu yang cukup lama menunjuka material tersebut memang sulit terabakar, karakteristik material mirip dengan batu tahan api yang biasa digunakan pada tungku peleburan logam. Pengujian material rockwool dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini. 43

gambar (a) gambar (b) Gambar 4.1 (a) pengujian material rockwool.(b) hasil pengujian material rockwool setelah di bakar 44

3 Kesimpulan dari hasil pengujian, material rockwool ialah material tersebut tidak mudah terbakar walaupun dibakar dalam waktu 30 menit. Bentuk material rockwool tetap sama sebelum dan sesudah dibakar dengan api dari gas LPG. Namun perubahan warna dari material rockwool berbeda sesaat sebelum dan sesuah pengujian. Warna rockwool pertama kali berwarna kuning namun setelah pengujia bahan akan berwarna abu-abu. material tesebut setelah pengujian juga tidak menunjukan serat pada rockwool mengalami penyusutan secara signifikan, untuk itu material ini dapat digunakan pada sebagai bahan isolasi panas pada tungku peleburan logam. 4.2 Proses Pembuatan Dapur Peleburan Logam Proses pembuatan dapur peleburan logam yang memanfaatkan material rockwool sebagai bahan isolasi panas pertama kali dilakukan dengan membuat rangcangan atau desain. Pembuatan disain dilakukan dengan menggunakan aplikasi Autodesk 2016. Pembuatan desain dilakukan agar mengurangi kesalahan dalam pembuatan dapur peleburan logam aluminium. Dapur peleburan logam yang akan dibuat adalah dapur yang berjenis krusibel. Pemilihan Jenis dapur krusibel karena dapur peleburan digunakan untuk meleburkan material non-besi seperti aluminium dan kuningan. Kapasitas dapur peleburan juga terbatas Karena pembuatan dapur peleburan Aluminium dibuat hanya skala laboratorium.

4 Dapur peleburan memanfaatkan material rockwool sebagai isolasi panas dari pembakaran bahan bakar gas. Dapur peleburan menggunakan panci yang sesuai dengan desain yang berbentuk silinder dengan ukuran 31 cm x 31 cm. material rockwool dimasukan kedalam panci tersebut dan disusun sedemikian rupa agar menyelimuti bagian dalam permukaan panci, setelah itu masukan batu bata ditengah-tengah ruang bakar sebagai alas kowi, selanjutnya membuat lubang di sisi kanan dan kiri untuk memasukan alat burner. Contoh bentuk dari dapur peleburan logam aluminium yang sudah dibangun dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah berikut. Gambar 4.2 Bentuk Dapur Peleburan Logam Aluminium.

5 Material rockwool yang berbentuk serat sehingga mudah dimasukan dan dapat mengikuti dinding dalam panci. Serat rockwool tidak mudah terbakar karena berbahan dasar dari bebatuan dan memiliki massa yang ringan. Pembuatan penutup dapur peleburan logam aluminium yaitu dengan menggunakan material besi cor, karena logam besi cor memiliki titik lebur yang tinggi. Diameter dari penutup menyesuaikan dengan dapur peleburan aluminium, dengan bentuk lingkaran dan terdapat lubang kecil-kecil untuk saluran udara. Bentuk dari penutup dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah berikut.

6 Gambar 4.3 penutup dapur peleburan. Desain penutup dengan lubang kecil-kecil yang berada tengah ruang pembakaran bertujuan agar sirkulasi udara dapat tersalurkan dengan baik sehingga pembakaran bahan bakar dapat lebih efisien dan menjaga suhu tetap stabil. 1.1.1 Proses Pembuatan Burner Bahan untuk pembuatan burner atau alat pembakaran yaitu batang pipa besi Ø 6 mm, pipa stainless steel Ø 2 inc, gas LPG (liquefied

7 petroleum gas), Regulator gas dan selang gas. Proses perancangan alat burner dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah berikut. Gambar 4.4 alat burner atau alat pembakaran Penggunaan bahan bakar gas lebih efisien dari pada pengunaan bahan bakar solar maupun bahan bakar arang kayu. Proses pembakaran gas memanfaatkan tenakan dari gas tersebut, sehingga tekanan pembakaran dapat diatur melalui katup, oleh karena itu penggunaan bahan bakar gas dapat efisien dan suhu pembakaran dapat stabil untuk proses peleburan logam.

8 1.1.2 Pembuatan Kowi. Kowi atau wadah untuk peleburan logam. Pembuatan kowi untuk dapur peleburan ini menggunakan material pipa besi tuang atau besi cor. Penggunaan pipa besi karena titik lebur besi lebih tinggi pada titik lebur logam aluminium. bentuk dari kowi itu sendiri ialah berbentuk silinder dengan sisi atas memiliki pegangan untuk mempermudah pengambilan kowi dengan menggunakan tang penjepit yang panjang. Bentuk dari kowi dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut.

9 Gambar 4.5 kowi peleburan logam aluminium Kapasitas dari kowi itu sendiri hanya 500 mililiter air. Karena aluminium bermasa jenis 2.7 gr/cm 3 sedangkan air hanya bermassa jenis 1 gr/cm 3. Sehingga kowi hanya dapat menampung kurang lebih 1350 gr/cm 3 aluminium. kowi yang menggunakan material besi juga memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari kowi ini adalah suhu lebih cepat untuk meleburkan aluminium karena materialnya menggunakan besi yang baik dalam perpindahan panas, namun kekurangannya hasil dari peleburan dari aluminium memiliki akan tercampur unsur besi dan kerak aluminium akan menempel pada kowi. 1.3 Proses Peleburan Logam Aluminium. Proses peleburan logam aluminium dilakukan di halaman laboratorium Vokasi Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Adapun tahapan proses peleburan diantaranya : 1. menyiapkan alat peleburan logam aluminium yang telah dibuat. 2. Menyiapkan perlengkapan K3 seperti baju pelindung panas, sarungan tangan dan kaca mata.

10 3. Menyiapkan material logam aluminium yang telah dipotong kecil-kecil sebanyak 500 gram. Masukan kedalam kowi. 4. Hidupkan alat burner dan atur ketakan gas dan masukan kowi dengan dengan menggunakan tang penjepit yang panjang. 5. Setelah itu tutup dapur peleburan logam dengan penutup dapur peleburan agar suhu dapat stabil dan dapat meleburkan logam aluminium dengan lebih cepat. Proses peleburan logam aluminium dilakukan dengan material aluminium tipe 5xxx. Aluminiu tipe 5xxxx ini memiliki paduan magnesium sehingga dapat menurunkan titik melting point atau suhu lelehan yang cukup signifikan. Dari proses pengujian peleburan didapatkan data sebagai berikut : Tabel 4.1 Data Pengukuran Waktu Dan Suhu Peleburan Logam Aluminium. Material Waktu Suhu (celcius) Aluminium 5xxx 5 menit 98 Aluminium 5xxx 10 menit 165

11 Material Waktu Suhu (celcius) Aluminium 5xxx 20 menit 250 Aluminium 5xxx 25 menit 342 Hasil analisa waktu waktu dan suhu peleburan aluminium tipe 5xxx menunjukan waktu yang cukup cepat, didapatkan jangka waktu 25 menit dan suhu 342 material sudah menunjukan titik melting point atau titik lelehan, pengaruh terjadinya percepatan proses peleburan ini juga dikarenakan material atau bahan peleburan menggunakan aluminium dengan paduan magnesium yang dimana paduan magnesium dapat menurunkan titik lelahan dari aluminium yang cukup signifikan. material rockwool tidak terbakar namun hanya permukaan berubah menjadi abu-abu. sehingga material rockwool dapat digunakan sebagai bahan isolasi panas untuk dapu peleburan logam aluminium. 4.4 Proses Pengecoran Dengan Metode Sand Casting Dan Die Casting. Proses pengecoran dengan menggunakan die casting maupun sand casting umumnya proses pengecorannya sama hanya yang membedakan ialah cetakannya saja. Proses pengecoran sand casting menggunakan pasir sebagai cetakannya sedangkan die casting cetakannya menggunakan besi atau baja

12 paduan. Untuk proses sand casting dalam hal ini, pengujian praktik mengecoran dengan menggunakan dapur peleburan logam aluminiun dengan memanfaatkan material rockwool yaitu dengan membuat produk pengecoran. Proses pembuatan produk pengecoran dengan metoda sand casting diantanya : 1. Menyiapkan benda kerja, benda kerja terbuat dari sterofoam. 2. Benda kerja diletakan dialas yang tadar dan tempatka cetakan di tengah-tengah. 3. Masukan pasir yang sudah disaring terlebih dahulu, kemudian padatkan. 4. Balikan cetakan sampai benda kerja menghadap ke atas. 5. Siapkan aluminium cair dan tuangkan kedalam cetakan. Proses penuangan aluminium kedalam cetakan sand casting harus dilakukan hati-hati karena cetakan yang dibuat berjenis satu cetakan. Contoh cetakan dapat dilihat pada gambar 4.6 dibawah berikut.

13 Gambar 4.6 cetakan pasir satu sisi. Cetakan pasir ini menggunakan benda kerja sterofoam. Sterofoam ini nantinya akan terbakar sendiri saat aluminium cair yang panas menyentuhnya. Sehingga saat sterofoam ini terbakar aluminium akan mengisi rongga cetakan yang terbuat dari sterofoam. Untuk cetakan die casting, proses dilakukan di ukm pengecoran yang terletak di daerah janti Yogyakarta. Pengecoran dilakukan di sana karena cetakan die casting menggunakan besi atau baja, pembuatan cetakan dilakukan dengan mesin bubut dan pembuatan cetakan cukup mahal sehingga pembuatan cetakan hanya dilakukan saat produk di buat masal. Proses pengecoran hampir sama dengan teknik sand casting yang membedakan hanya cetakannya saja. Ada beberapa proses untuk pengecoran teknik die casting diantanya.

14 1. Menyiapkan cetakan, cetakan dibuat dengan menggunakan mesin bubut. 2. Dua cetakan dibuat untuk cetakan bawah dan penutup cetakan. 3. Buat saluran masuk dan saluran udara. 4. Satukan cetakan dan masukan aluminium cair kedalam saluran masuk. 4.5 Hasil Analisa Produk Pengecoran Produk dari hasil pengecoran tidak semuanya sempurna. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil dari produk pengecoran. Dalam hal ini produk dari metoda sand casting dan die casting yang telah dibuat hasilnya berbeda. Untuk perbedaan hasil produk dapat dilihat pada gambar 4.7. Gambar 4.7 A. Produk Dari Teknik Sand Casting.

15 Gambar 4.7 B. Produk Dari Teknik Die Casting. Produk sand casting, hasil menunjukan kecacatan dalam hasil produk. Faktor kecacatan berasal dari pasir yang digunakan kurang lembut, pasir juga kurang padat, suhu dari aluminium kurang tinggi sehingga suhu cairan aluminium tidak mampu membakar dengan sempurna dan jeda waktu penuangan terlalu lama sehingga terjadi likuditasi pengecoran (pengerasan cairan logam akibat jeda waktu penuangan). Sedangkan untuk hasil produk dari teknik die casting menunjukan produk yang sempurna. Faktor yang mempengaruhi dalam keberhasilan pengecoran ini adalah cetakan lebih presisi, suhu cairan logam tidak digunakan untuk membakar sterofoam,waktu penuangan yang sesuai dan jarak antara lubang masuk cairan logam tidak terlalu jauh atau dekat sehingga di dalam cetatak tidak terjadi gelombang.

16 Dalam proses pengecoran ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil dari produk, tidak semua orang bisa dalam mengecor untuk itu dibutuhkan seorang yang ahli khusus dalam proses pengecoran. Karena ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan untuk operator pada saat pengecoran logam.