PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan pangan protein hewani bagi manusia. Akan tetapi jika tidak didukung dengan produktivitas ternak akan terjadi kesenjangan antara permintaan dengan pasokan daging dalam negeri yang semakin hari semakin besar. Hal ini berdampak pada perkembangan impor daging sapi di Indonesia pada periode 1996 sampai dengan 2015 yang cenderung meningkat dengan impor tertinggi pada tahun 2014 mencapai 246.609 ton. (Kementerian Pertanian, 2015). Subandriyo (2004) menyatakan bahwa pola pemeliharaan tradisional berdampak pada menurunnya potensi ternak sapi yang terekspresikan dari penurunan mutu genetik. Penurunan mutu genetik dapat diidentifikasi dari penurunan performan produksinya yang terekspresikan pada performan anaknya. Penurunan performan produksi tersebut merupakan salah satu bentuk ancaman terhadap keunggulan potensi genetik sapi. Salah satu sapi lokal yang mempunyai potensi dan juga terancam sebagai sapi potong unggul adalah sapi Peranakan Ongole (PO). Sapi PO merupakan sapi lokal meskipun bukan galur murni dan telah menjadi idola peternak Indonesia. Hal ini mengingat rekam jejak sejarah sapi PO yang menggeser sapi lokal galur murni menjadi idola peternak semenjak adanya
kebijakan Ongolisasi dari pemerintah kolonial Hindia Belanda pada masa kebijakan politik balasbudi. Citra sebagai idola tersebut menjadikan salah satu ancaman adanya pengurasan stok sapi PO. Kondisi tersebut perlu dibarengi dengan peningkatan ketersediaan sapi PO. FAO (1999) mendefinisikannya dengan conservation by management, yaitu konservasi dengan pemeliharaan yang dilakukan pada habitatnya dan mempertahankan populasi ternak. Adopsi metode tersebut dapat terlaksana apabila ada keterpaduan antar sumber daya peternakan, yang menurut Rahardi (2003), terdiri dari ternak, peternak, modal, lahan dan lingkungan serta teknologi. Peternak dalam hal ini memiliki peranan penting dalam keterpaduan sumberdaya peternakan. Kondisi peternakan sapi potong di Indonesia sampai sekarang sebagian besar dikelola dan dikembangkan dengan pola peternakan rakyat dalam skala usaha kecil dan terintegrasi dengan kegiatan lain. Sapi potong telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja untuk mengolah tanah pertanian dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Kota Yogyakarta sebagai salahsatu sentra produksi pembibitan sapi potong berpeluang untuk meningkatkan perkembangan sapi potong sebagai usaha peternakan melalui kelompok tani ternak. Kelompok tani ternak Ngudi Mulyo di Desa Depok, Wonolelo, Pleret, Bantul merupakan salahsatu
kelompok peternak yang mengembangkan usaha pembibitan berbasis inovasi teknologi. Sebagian besar masyarakat di Desa Wonolelo, Pleret, Bantul bekerja sebagai petani peternak. Meskipun perekonomian masyarakat termasuk golongan menengah ke bawah, namun keberanian untuk mencoba serta semangat pantang menyerah menjadi modal dasar masyarakat untuk berkembang. Oleh karena itu, wadah atau organisasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk menampung pemikiran dan semangat gotong royong masyarakat. Antusiasme warga kemudian diwujudkan dengan membentuk suatu kelompok tani ternak. Kelompok ini didirikan dengan tujuan mewujudkan usaha peternakan agar lebih maju, sebagai sarana berkumpul dan tempat aspirasi masyarakat, menciptakan tempat belajar bagi masyarakat, meningkatkan mutu petani peternak, dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Kelompok tani ternak Ngudi Mulyo mulai berdiri pada tahun 2009. Pada awal pembuatan kandang populasi ternak sebanyak 56 ekor dengan kepemilikan ternak antara 2 sampai 3 ekor. Pertemuan rutin dan iuran anggota diadakan setiap seminggu sekali. Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) selaku institusi pemerintah yang spesifik bergerak dalam bidang peningkatan teknologi
pertanian berperan penting dalam perkembangan inovasi teknologi yang dilakukan oleh petani peternak di lapangan. Dalam hal ini, BPTP Yogyakarta turut berperan membina kelompok tani ternak Ngudi Mulyo hingga terus berkembang dan mampu menjadi kelompok tani ternak percontohan. Potensi kelompok tani ternak Ngudi Mulyo selain sering digunakan untuk studi banding dan kunjungan dari berbagai instansi baik pemerintah maupun instansi pendidikan juga sering memenangkan perlombaan, di antaranya lomba Asah Trampil Inovasi Teknologi Budidaya Sapi Potong. Kelompok ini tidak hanya menerapkan pemeliharaan dan penerapan teknologi peternakan yang bagus, namun peran serta dan keaktifan anggota kelompok adalah kunci utama sehingga kelompok tani ternak Ngudi Mulyo dapat terus berkembang dan berprestasi hingga saat ini. Mubyarto (1994) menyatakan bahwa peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain skala usaha kecil, motif produksi rumah tangga dan dilakukan sebagai usaha sampingan. Pendampingan dari pemerintah dan akademisi sangat diperlukan agar perkembangan sapi potong semakin meningkat. Pendampingan bisa dilakukan dengan pendekatan kelompok, karena kelompok bermanfaat sebagai media untuk belajar, media diskusi dan sebagai wadah kerjasama anggota kelompok. Peternak mempunyai perbedaan karakteristik demografi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah anggota keluarga dan kepemilikan
ternak) yang dapat mempengaruhi motivasi peternak untuk berkelompok. Adanya motivasi peternak untuk bergabung menjadi anggota kelompok peternak dimaksudkan supaya peternak mendapat keuntungan di antaranya dari segi ekonomi (permodalan dan pemasaran) serta dari segi non ekonomi yaitu memperoleh pembinaan dan penyuluhan pertanian. Peternak yang bergabung dengan kelompok ternak diharapkan dapat memajukan usahanya sehingga berkembang dengan baik. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk : 1) Mengukur tingkat motivasi yang mendorong peternak sapi PO untuk bergabung dalam kelompok berdasarkan fungsi kelompok, 2) Menganalisis pengaruh karakteristik demografi peternak terhadap tingkat motivasi peternak sapi PO bergabung dalam kelompok tani ternak Ngudi Mulyo, Depok, Wonolelo, Pleret, Bantul, Yogyakarta. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat: 1) Memotivasi peternak sapi PO untuk mengembangkan usaha pembibitan ternak sapi potong melalui kelompok tani ternak, 2) Masukan bagi pembina kelompok tani ternak agar dapat meningkatkan efektivitas dalam pembinaan peternak sapi PO.