BAB I PENDAHULUAN. Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 45

dokumen-dokumen yang mirip
Sesungguhnya dengan dzikir tenteramlah segala qolbu. (Al-Ra du: 28). 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaqnya. Apabila. akhlaqnya buruk, rusaklah lahir dan batinnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan pusat pendidikan Islam di Indonesia, tempat

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB V PENUTUP. metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan. bebas dan kasus penyimpangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan emosional dalam prestasi didunia kerja. emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan kecakapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahanlahan.

BAB III GAMBARAN PERILAKU NEGATIF SANTRI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. santri di Pondok Pesantren Al-Itqon Kota Semarang merupakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI RUQYAH PADA PENDERITA GANGGUAN JIN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

1988), 2 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), hlm.364.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sikap, dan perilaku. Disiplin adalah latihan watak dan batin agar segala perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.

BAB VI PENUTUP. Menanamkan nilai mahabbatulloh dapat meningkatkan keimanan yang

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pusat perhatian penuh bagi orang dewasa. Menurut Ikhsan (2011:5)

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masayarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat percaya bahwa

BAB I PENDAHULUAN. banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. biometrik fingerprint akan mengurangi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. di pesantren. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

ABSTRAK. Oleh: Budi Hermawan, Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Slamet Riyadi, Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. lakunya remaja itu sehari-hari baik di rumah, di sekolah, maupun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Progressif, 1997), hlm Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAAN. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2001, hal. 13. hal. 69.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. pembinaan perilaku keagamaan di panti asuhan Hikmatul Hayat dapat diambil. 1. Pembinaan Perilaku Akhlak di Panti Asuhan Hikmatul Hayat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah remaja sangatlah kompleks dari masalah-masalah yang kecil sampai permasalahan yang besar. Sebagaimana halnya dengan masyarakat secara umum remaja ada yang berhasil mengatasi masalahnya, namun tidak jarang juga yang mengalami kegagalan dalam penyelesaiannya. Persoalan-persoalan dan hambatan tersebut dari masalah yang kecil serta mudah diatasi seperti belum bisa menyesuaikan diri terhadap kelompok mereka sampai pada persoalan yang besar seperti broken home ataupun tidak diterima dalam kelompok mereka, yang mungkin dapat menimbulkan tekanan-tekanan atau bahkan sampai mengakibatkan depresi. Pada remaja awal biasanya seseorang belum bisa mengontrol dirinya dalam pergaulan di lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan pondok pesantren. Remaja adalah masa transisi dari anak ke dewasa. Menghadapi remaja memang bukan pekerjaan mudah. Untuk memahami jiwa remaja dan mencari solusi yang tepat bagi permasalahannya, maka penting bagi kita memahami remaja dan perkembangan psikologisnya, yaitu konsep mencari diri, intelegensi, emosi, seksual, motif sosial moral dan religinya. 1 1 Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 45 1

2 Salah satu perkembangan psikologis remaja adalah perkembangan dari fisik, perilaku yang menyimpang, dan kenakalan remaja yang semakin meningkat. Perilaku remaja yang menyimpang ini juga didukung oleh lingkungan tempat remaja itu berkembang dan juga peran media. 2 Kontrol diri merupakan salah satu kemampuan seseorang untuk memilih bagaimana berperilaku dan bertindak daripada hanya bertindak sekedar menuruti insting dan impuls. Remaja belajar mengevaluasi situasi dan konsekuensinya yang timbul dari tindakan mereka, dengan kontrol diri serta belajar untuk membuat keputusan yang layak dan memilih perilaku yang akan menghasilkan hasil positif. Remaja umumnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, sebab remaja berada dalam masa transisi. Emosi remaja cenderung meninggi dan belum stabil. Mereka cenderung kurang dapat menguasai diri dan tidak lagi memperhatikan keadaan sekitarnya. Menurut Walgito hal ini merupakan salah satu dampak dari teknologi yang menyebabkan mereka kehilangan pengontrol dirinya dalam menghadapi rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. 3 Ada beberapa orang tua yang mempunyai niat baik untuk mengirimkan anaknya di pondok. Karena doktrin masyarakat adalah kalau anak yang tinggal dipondok pasti akhlaknya baik, 2 Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1988), h. 219 3 Walgito, Pengantar Psikologi Social ( Yogyakarta: Andi offset, 2002), h. 38

3 pintar mengaji, dan sopan. Tidak jarang orang tua yang menitipkan anaknya dipondok dengan bertujuan agar anak mereka bisa mengontrol dirinya dari kenakalan remaja ataupun hal-hal lainnya yang bersifat negatif di lingkungan mereka. Sehingga jika remaja mempunyai masalah dan mengalami kegoncangan maka remaja akan terdorong mencari sesuatu untuk memecahkan masalah tersebut dengan iman, yang direalisasikan dalam bentuk pengamalan dzikir. Maka hal tersebut dapat menjadi pengendali sikap, ucapan dan tindakan seorang remaja. Berdasarkan preliminary research yang dilakukan peneliti dengan mewawancarai salah satu salah satu ustadz pondok pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang menyatakan bahwa kenyataan sikap santri terhadap tata tertib pondok pesantren beragam, hal tersebut dapat dilihat masih banyak santri yang melanggar tata tertib pondok pesantren. Tak jarang beberapa santri yang bolos mengaji, pacaran, terlambat kembali ke pondok pesantren dari jam yang telah ditentukan sehingga kondisi fisik lelah yang membuat tidak mengikuti kegiatan pesantren. Bahkan meski telah tertulis hukuman yang akan diberikan pada pelanggar peraturan, tapi masih saja ada santri yang melanggar. 4 Al-Qur'an telah mengarahkan manusia agar membiasakan diri untuk berdisiplin dan mempunyai kontrol diri dalam hidup, sebagaimana firman Allah dalam surat Al A'Raaf (7) ayat 201: Maret 2016 4 Wawancara dengan pengurus Pondok pesantren Al-Itqon Semarang, 28

4 "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dan syaithan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahankesalahannya". 5 Praktek dzikir sudah sering dilakukan oleh umat Islam yang dalam hal ini adalah suatu perbuatan mengingat Allah SWT dalam bentuk ucapan-ucapan lisan yang mengandung arti pujian dengan menyebutkan nama-nama dan sifat-sifat Allah atau yang biasa kita kenal dengan Asmaul-husna. Dzikir di sini juga dimaksudkan suatu kesadaran untuk mematuhi dan melaksanakan perintah Allah. Islam mengajarkan tawakal, berserah diri pada Allah. Kebiasaan berdzikir tidak sekedar mempertebal rasa berserah diri pada Allah, tetapi juga dapat menenangkan batin. Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa remaja yang bermasalah dan banyak menimbulkan kegoncangan, mereka terdorong untuk mencari sesuatu yang mampu memecahkan masalah yang sedang mereka hadapi. Iman yang direalisasikan dalam bentuk pengamalan dzikir ini menjadi pengendali sikap, 5 Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir, Al-Qur an dan Terjemahnya, Departemen Agama 2009, h. 176

5 ucapan, dan tindakan yang nanti berpengaruh besar dalam diri remaja. Remaja dapat meningkatkan kemampuan untuk lebih sabar dan kuat menanggung penderitaan, membangkitkan rasa tenang dan tenteram sehingga dapat menerima segala kesulitan dan derita dalam hidup. Remaja diharapkan dapat melepaskan diri dari emosi-emosi yang tidak terkendali. Masyarakat menganggap bahwa orang yang lebih berpendidikan khususnya dibidang agama biasanya lebih dapat mengendalikan diri dari hal-hal yang negatif. Karena anggapan masyarakat orang tersebut lebih tau apa yang diperintahkan dan dilarang oleh agama. Apalagi kalau tinggalnya di pondok ada pengurus dan pengasuh pondok yang juga ikut andil dalam menjaga akhlak para santrinya. Tetapi kenyataan yang ada ternyata tidak selamanya benar. Meskipun banyak remaja yang tinggal dipondok, tetapi terkadang masih ada kontrol dirinya kurang. Buktinya masih banyak santri yang di hukum atau yang biasa disebut dengan ta ziran karena santri tersebut melakukan kesalahan. Mungkin remaja tersebut mencari pelarian untuk masalahnya atau untuk menemukan jati dirinya. Pendidikan agama yang diterapkan di Pondok pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang sangatlah kental. Peraturannya juga ketat dalam arti santri tidak bisa keluar masuk pondok tanpa seizin pengurus ataupun pengasuh pondok. Tetapi juga masih ada santri yang melanggar peraturan tersebut.

6 Di pondok pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang seluruh santri diwajibkan ikut istighosah dengan membaca Asmaul Husna. Seharusnya para santri tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah ataupun melanggar aturan yang ada dalam pondok pesantren tersebut. Tetapi ternyata masih ada yang belum bisa mengontrol diri antara lain masih banyak yang pacaran, mencuri uang, gosob, merokok, bolos kegiatan atau melakukan hal-hal yang negatif yang tidak sepantasnya tidak dilakukan. Oleh sebab itu maka peneliti tertarik untuk mengetahui mengenai Hubungan Intensitas Dzikir Dengan Kontrol Diri Pada Remaja Awal Di Pondok Pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana intensitas dzikir yang terjadi pada remaja awal di pondok pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang? 2. Bagaimana kontrol diri yang ada pada remaja awal di pondok pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang? 3. Adakah hubungan intensitas dzikir dengan kontrol diri pada remaja awal di pondok pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang?

7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas dzikir terhadap kontrol diri pada remaja awal di pondok pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang. Manfaat penelitian secara toritis: a. Sebagai bahan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang psikologi, khususnya psikologi Islami. b. Memberikan informasi bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan tentang intensitas dzikir yang terjadi pada remaja awal di pondok pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang. c. Memberikan informasi bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan tentang kontrol diri yang ada pada remaja awal di pondok pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang. d. Memberikan informasi bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan tentang hubungan intensitas dzikir dengan kontrol diri pada remaja awal di pondok pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang. Sedangkan manfaat penelitian secara praktis: a. Diharapkan agar remaja sebagai calon kader pimpinan masyarakat dapat menyesuaikan diri dan menerima suatu tekanan dan problema dalam kehidupannya.

8 b. Bahan dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan intensitas dzikir dengan kontrol diri pada remaja awal Di pondok pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang. D. Kajian Pustaka/ Keaslian Penelitian Untuk menyatakan keaslian penelitian ini, maka perlu adanya tinjauan pustaka dan penelitian yang terdahulu yang relevan dengan penelitian yang penulis kaji. Adapun penelitian tersebut di antaranya adalah: Penelitian yang dilakukan oleh Resti Fauzul Muna (2014) yang berjudul hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan kecanduan media sosial pada remaja akhir hasilnya menunjukkan ada korelasi negatif antara kontrol diri dengan kecenderungan kecanduan media sosial pada remaja akhir, artinya semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah kecenderungan kecanduan media sosial, dan sebaliknya. 6 Penelitian yang dilakukan oleh Nur Lailatul Muniroh (2013) yang berjudul hubungan antara kontrol diri dengan perilaku disiplin pada santri di pondok pesantren hasilnya menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kontrol diri dengan perilaku disiplin. 7 6 Resti Fauzul Muna, Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kecenderungan Kecanduan Media Sosial pada Remaja Akhir, Fakultas Psikologi, Skripsi, UNDIP Semarang, 2014, h. 68 7 Nur Lailatul Muniroh, Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Disiplin Pada Santri Di Pondok pesantren, Skripsi, Jurusan Ushuluddin Progam Studi Tasawuf dan Psikoterapi UIN Sunan Kalijaga yogyakarta, 2013, h.72

9 Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia Dewi Rahmawati (2013) yang berjudul hubungan antara citra tubuh dengan kontrol diri pada pola makan remaja hasilnya menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara citra tubuh dengan kontrol diri pada pola makan. Sehingga semakin tinggi citra tubuh yang dimiliki remaja maka semakin tinggi pula kontrol diri pada pola makan remaja tersebut. 8 Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Tristanti (2014), dalam karya ilmiah yang berjudul "pengaruh dzikir asmaul husna terhadap kesehatan mental santri studi kasus di pesantren nasyiatul banat Pati". Penelitian ini meneliti dzikir yang dilakukan rutin oleh pondok pesantren dan hasilnya pembacaan dzikir Asmaul Husna mempengaruhi kesehatan mental santri. Penulis meneliti Ratib pengaruhnya dengan kesehatan mental remaja, di sini difokuskan pada pembahasan remaja. 9 Adapun penelitian yang hendak penulis lakukan berbeda dengan sebelumnya. Karena penulis akan meneliti hubungan intensitas dzikir dengan kontrol diri pada remaja awal di Pondok pesantren Al-Itqon Pedurungan Semarang. Dan penelitian tersebut belum ada yang meneliti, sehingga penelitian ini layak untuk diteliti. 8 Aprilia Dewi Rahmawati, Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Kontrol Diri Pada Pola Makan Remaja, Skripsi, Jurusan Ushuluddin Progam Studi Tasawuf dan Psikoterapi UIN Sunan Kalijaga yogyakarta, 2013, h.69 9 Dwi Tristanti, Pengaruh Dzikir Asmaul Husna Terhadap Kesehatan Mental Santri Studi Kasus Di Pesantren Nasyiatul Banat Pati, Skripsi, Jurusan Da wah Progam Studi BPI UIN Walisongo Semarang, 2014, h. 63

10 E. Sistematika penulisan Untuk memperoleh gambaran tentang skripsi secara keseluruhan, penulis sajikan sistematika penulisan skripsi dalam pembagian lima bab yaitu sebagai berikut: BAB I adalah BAB PENDAHULUAN, dalam bab ini berisi uraian mengenai alasan alasan yang menjadi latar belakang dalam penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, kajian pustaka/ keaslian penelitian dan sistematika penulisan. BAB II adalah BAB KERANGKA TEORI, dalam bab ini berisi tentang uraian teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini dibagi menjadi empat sub antara lain: yang pertama identitas dzikir, yang kedua kontrol diri, dan yang ketiga adalah hubungan antar variabel, dan yang keempat adalah hipotesis. BAB III adalah BAB METODOLOGI PENELITIAN, dalam bab ini berisi tentang jenis penelitia, identitas variabel, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV adalah BAB HASIL DAN PEMBAHASAN, dalam bab ini berisikan tentang kancah penelitian, hasil penelitian dan pembahasan. BAB V adalah PENUTUP, dalam bab ini berisi tentang kesimpulan, dan saran-saran.