Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 KEKUATAN TARIK SERAT IJUK (ARENGA PINNATA MERR)

dokumen-dokumen yang mirip
I.PENDAHULUAN. sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh, dan lebih kokoh bila. dibandingkan dengan tanpa serat penguat.

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

I. PENDAHULUAN. otomotif saja, namun sekarang sudah merambah ke bidang-bidang lain seperti

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT MATRIKS RESIN BERPENGUAT SERAT ALAM DENGAN BERBAGAI VARIAN TATA LETAK

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : Laboratorium Material Universitas Lampung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 31-34, Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI (NaoH) SERAT IJUK ( Arenga Pinata ) TERHADAP KEKUATAN TARIK

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

Pengaruh Perlakuan Alkali terhadap Kekuatan Tarik Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Digunakan pada Komposit Serat Tkks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%

Analisis Serat Pelepah Batang Pisang Kepok Material Fiber Komposit Matriks Recycled Polypropylene (RPP) Terhadap Sifat Mekanik dan SEM

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT KENAF - POLYPROPYLENE

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pengujian Komposisi Kimia Serat Ijuk di Laboratium Tekno logi Hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS VARIASI PANJANG SERAT TERHADAP KUAT TARIK DAN LENTUR PADA KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT Agave angustifolia Haw

DAFTAR PUSTAKA. Aruma, Arifu Apa Itu Komposit. Available at : (Diakses tanggal 12 Mei 2013 pukul WIB).

PEMBUATAN TAMENG PERISAI DEPAN MOTOR DARI BAHAN KOMPOSIT DENGAN PENGUAT SERAT IJUK

Gambar 4.1 Grafik dari hasil pengujian tarik.

DAFTAR PUSTAKA. Arumaarifu Apa itu Komposit. Diakses 12 Mei 2012.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIYESTER TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU APUS

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

Pengaruh Moisture Content dan Thermal Shock Terhadap Sifat Mekanik Komposit Hibrid Berbasis Serat Gelas dan Coir (Aplikasi: Blade Turbin Angin)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH MOISTURE CONTENT DAN THERMAL SHOCK TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT HIBRID BERBASIS SERAT GELAS DAN COIR

BAB I PENDAHULUAN. Serat batang pisang kepok(musa paradisiaca) pada umumnya hanya

BAB IV. (3) Lenght 208 μm (3) Lenght μm. (4) Lenght 196 μm (4) Lenght μm. Gambar 4.1. Foto optik pengukuran serat sisal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian komposisi dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji raw material, komposit sandwich untreatment dan komposit sandwich

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Grup konversi energi. ii iii. iii. Kata Pengantar Daftar Isi. Makalah KNEP IV Grup Engineering Perhotelan

STUDI EKSPERIMEN KEKUATAN MEKANIK DAUN NANAS HUTAN DENGAN METODE PENGUJIAN TARIK Firman 1, Muhammad Hasbi 2, Prinob Aksar 3

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat mendorong

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN

MODIFIKASI SERAT IJUK DENGAN RADIASI SINAR γ SUATU STUDI UNTUK PERISAI RADIASI NUKLIR

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengujian serat tunggal ASTM D

PEMANFAATAN LIMBAH SERAT SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PEMBUAT HELM PENGENDARA KENDARAAN RODA DUA

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a

STUDI SIFAT MEKANIK DAN MORFOLOGI KOMPOSIT SERAT DAUN NANAS-EPOXY DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DENGAN ORIENTASI SERAT ACAK

Djati Hery Setyawan D

BAB 1. penggunaan serat sintesis ke serat alam, di karenakan serat-serat sintetis

PENGARUH ALKALISASI TERHADAP KOMPATIBILITAS SERAT SABUT KELAPA ( Cocos Nucifera ) DENGAN MATRIKS POLYESTER

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISASI KUAT TARIK KOMPOSIT HIBRID LAMINAT KENAF E- GLASS/POLYPROPYLENE (PP) DENGAN VARIASI PERBANDINGAN SERAT DAN MATRIKS TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. komposit tidak hanya dari komposit sintetis tetapi juga mengarah ke komposit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

STUDI PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan pustaka Sejauh pengamatan peneliti tentang Pengaruh perlakuan alkali (NaOH)

Momentum, Vol. 14, No. 1, April 2018, Hal ISSN

KARAKTERISTIK KOMPOSIT SERAT KULIT POHON WARU (HIBISCUS TILIACEUS) BERDASARKAN JENIS RESIN SINTETIS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN PATAHAN KOMPOSIT

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING BAHAN KOMPOSIT SERAT BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) BERMATRIKS POLYESTER

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

PERBANDINGAN KOMPOSIT SERAT ALAM DAN SERAT SINTETIS MELALUI UJI TARIK DENGAN BAHAN SERAT JUTE DAN E-GLASS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Fraksi Volume Serat Pelepah Batang Pisang Bermatriks Unsaturated Resin Polyester (UPR) Terhadap Kekuatan Tarik dan SEM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

benda uji dengan perlakuan alkali 2,5% dengan suhu 30 0 C dan waktu 1 jam,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN

TUGAS AKHIR BIDANG TEKNIK PRODUKSI PEMBENTUKAN DAN MATERIAL

Jl. Sumingkir No. 1 Tlp. (0281) Fax. (0281) Purwokerto Barat

Opa Slamet S,Burmawi,Kaidir

Transkripsi:

KEKUATAN TARIK SERAT IJUK (ARENGA PINNATA MERR) Imam Munandar 1, Shirley Savetlana 2, Sugiyanto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung, 2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung, Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro, No.1, Bandar Lampung 35145 Abstrak Serat ijuk merupakan serat alami yang ketersediaannya berlimpah, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Serat ijuk dapat digunakan sebagai penguat alternatif untuk bahan komposit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan tarik dan morphologi serat ijuk melalui hasil pengamatan photo Scanning Electron Microscope (SEM). Pengekstrakan serat ijuk dilakukan dengan menggunakan sisir kawat yang berfungsi untuk memisahkan serat ijuk dengan pelepahnya. Dalam penelitian ini, serat ijuk yang dipilih yaitu berdiameter 0.25-0.35mm, 0.36-0.45mm, dan 0.46-0.55 mm. Selanjutnya dilakukan perendaman menggunakan larutan alkali yaitu NaOH 5% selama 2 jam., kemudian di oven dengan suhu 80 0 C selama 15 menit. Setelah itu dila kukan pengujian tarik dengan standar ASTM D 3379-75. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa semakin kecil diameter serat, maka kekuatan tariknya semakin tinggi. Kekuatan tarik terbesar pada kelompok serat ijuk berdiameter kecil (0.25-0.35 mm) adalah sebesar 208.22 MPa, regangan 0.192%, modulus elastisitas 5.37GPa dibandingkan kelompok serat ijuk dengan diameter besar (0.46-0.55 mm) sebesar 198.15 MPa, regangan 0.37%, modulus elastisitas 2.84 GPa. Hal ini dikarenakan rongga pada serat berdiameter 0.46-0.55 mm lebih besar dibandingkan serat berdiameter 0.25-0.35 mm Keywords : Serat Ijuk, Oven, NaOH, Kekuatan Tarik, Scanning Electron Microscope (SEM) PENDAHULUAN Pada dewasa ini teknologi komposit serat mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pada dasarnya serat dibagi menjadi dua yaitu serat alami (natural fibers) dan serat buatan (synthetic fibers) [1]. Serat banyak dimanfaatkan di dunia perindustrian, seperti pabrik pembuat tali, industri tekstil, industri kertas, karena mempunyai kekuatan yang tinggi, serat sangat baik untuk material komposit. Perkembangan komposit tidak hanya komposit sintesis saja tetapi juga mengarah ke komposit natural dikarenakan keistimewaan sifatnya yang dapat didaur ulang atau terbarukan, sehingga mengurangi konsumsi petrokimia maupun gangguan lingkungan hidup. [3] Komposit serat alam memilki keunggulan lain bila dibandingkan dengan serat gelas, komposit serat alam sekarang banyak digunakan karena jumlahnya banyak, lebih ramah lingkungan karena mampu terdegradasi secara alami, harganya pun lebih murah dibandingkan serat gelas.[7] Pemanfaatan serat alam (natural fibers) seperti serat ijuk, kenaf, serat sabut kelapa, serat bambu, abaca, rosella, serat nanas, serat jerami, serat pisang dan serat alami yang lain yang biasa dimanfaatkan sebagai material temuan yang bersifat inovatif, bahkan gagasan yang terutama untuk bahan baku industri material komposit, yakni serat ijuk. Serat ijuk digunakan untuk keperluan rumah tangga seperti sapu, tali, kedapan air, atap dan lainnya Indonesia merupakan salah satu negara penghasil serat ijuk di dunia dengan kapasitas 164389 ton/ tahunnya dan provinsi Lampung menghasilkan serat ijuk sebesar 2004 ton/tahun [2] 52

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 Perlakuan serat merupakan perlakuan yang diberikan terhadap serat untuk meningkatkan ikatan antara fiber dan matriks sehingga dapat meningkatkan sifat mekanik komposit seperti kekuatan tarik, kekuatan bending, dan modulus elastik.serat alami bersifat hydrophilic, yaitu suka terhadap air berbeda dari polimer yang hydrophilic. Pengaruh perlakuan alkali terhadap sifat permukaan serat alam selulosa telah diteliti dimana kandungan optimum air mampu direduksi sehingga sifat alami hydropholic serat dapat memberikan ikatan interfacial dengan matrik secara optimal.reaksi dari perlakuan alkali terhadap serat adalah: Fiber OH + NaOH Fiber O - NA + + H 2 O NaOH merupakan larutan basa yang tergolong mudah larut dalam air dan termasuk basa kuat yang dapat terionisasi dengan sempurna [4]. Menurut teori Arrhenius basa adalah zat yang dalam air menghasilkan ion OH negative dan ion postif. Larutan basa memiliki rasa pahit, dan jika mengenai tangan terasa licin (seperti sabun). Sifat licin terhadap kulit itu disebut sifat kaustik basa. [6] Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kekuatan tarik serat ijuk. Serat ijuk dengan sifat mekanik yang baik dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam pemilihan untuk dasar bahan alternatif pengganti serat gelas sehingga tercipta bahan dasar (filler) komposit baru yang dapat digunakan dalam industri METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Serat Ijuk, NaOH 5%, Aquades, Karton dan Lem Perekat, Sisir Kawat, Mikrometer Sekrup, Uji tarik Statis, dan Scanning Electrone Microscope (SEM) B. Prosedur Pengujian Dalam pengujian ini dilakukan tiga tahapan, yaitu persiapan serat ijuk, pengujian Tarik, dan pengujian Scanning Electron Microscope (SEM ) pada serat ijuk. 1. Persiapan Serat Ijuk Pemilihan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk dilepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itu menempel. Kemudian lempengan lempengan yang mengandung lidi-lidi ijuk dipisahkan dari serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk membersihkan serat ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, digunakan sisir kawat. Serat ijuk direndam dengan larutan alkali NaOH 5% selama 2 jam kemudian dibersihkan dengan aquades. 2. Pengujian Scanning Electron Microscope (SEM) Analisa Komposisi Kimia adalah hasil dari proses Scannning Electrone Microscope (SEM) untuk melihat morphologi permukaan serat yaitu sebelum dan setelah dilakukan uji tarik dengan mengambil salah satu sampel secara acak. 3. Pengujian Tarik Uji tarik yaitu ukuran spesimen uji tarik serat dengan standar ASTM D 3379-75. Spesimen uji tarik serat yang digunakan adalah serat yang telah diekstrak dimana diambil masingmasing 19 sampel. Ukuran untuk spesimen uji kekuatan tarik serat yang akan digunakan dalam penlitian ini adalah C. Lokasi Pengujian Adapun lokasi pengujian SEM di Laboratorium Science FMIPA ITB, Pengujian uji Tarik di Laboratorium Kimia Fisik FMIPA ITB dan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kekuatan Tarik pada Serat Ijuk Serat ijuk yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kabupaten Way Kanan, Provinsi 53

Lampung.Serat ijuk dilakukan tarik statis dan morphologi serat ijuk dengan hasil pengamatan photo Scanning Electron Microscope (SEM). Pengujian tarik dilakukan bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik, modulus elastisitas, dan elongation pada serat ijuk sehingga diketahui kelayakan serat ijuk sebagai bahan penguat pada komposit. Pengekstrakan serat ijuk dilakukan dengan menggunakan sisir kawat yang berfungsi untuk memisahkan serat ijuk dengan pelepahnya. [5] Serat ijuk yang dipilih yaitu berdiameter 0.25-0.35mm, 0.36-0.45mm, dan 0.46-0.55 mm. Selanjutnya dilakukan perendaman menggunakan larutan alkali (Alkalisasi) yaitu NaOH 5% selama 2 jam. Alkalisasi perendaman ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan lapisanlapisan lilin pada permukaan fiber yang dapat menimbulkan lapisan batas antara fiber dan matriks. Serat ijuk tersebut yang telah direndam kemudian dibersihkan dengan aquades untuk menetralkan dari efek NaOH. Kemudian dikeringkan dengan alat oven dengan suhu 80 0 C selam 15. Setelah itu dilakukan pengujian dengan ASTM D 3379-75. Untuk mengetahui pengaruh diameter terhadap kekuatan tarik serat, dilakukan pengujian tarik pada ukuran serat yang berbeda. Gambar 2-4 menunjukkan grafik force dan pertambahan panjang pada pengujian tarik serat ijuk berdiameter 0.3-0.5 mm. Gambar 4. Grafik force vs elongation 0.5 mm Pada gambar 2-4 menunjukkan bahwa semua serat ijuk putus secara getas. Hal ini dikarenakan fibril pada serat tidak kuat. Fibril ini terlepas dari ikatannya dan terputus pada saat bersamaan (fibril putus secara serentak). Pengukuran diameter serat ijuk dengan membandingkan menggunakan SEM dan mikrometer sekrup. 1.Pengukuran diameter serat ijuk dengan menggunakan SEM. Pengukuran diameter pada serat ijuk dengan mengambil salah satu sampel secara acak untuk kelompok serat dengan diameter 0.25-0.35 mm, 0.36-0.45 mm, dan 0.46-0.55 mm. Pada gambar 5 diperlihatkan photo SEM yang menunjukkan diameter serat ijuk 0.25-0.35 mm dan gambar menunjukkan morphologi permukaan serat ijuk 0.25-0.35 mm. Gambar 5. Diameter 0.25-0.35 mm pada Serat Ijuk yang didapat SEM Gambar 2. Grafik force vs elongation 0.3 mm Pada gambar 6 diperlihatkan photo SEM yang menunjukkan diameter serat ijuk 0.36-0.45 mm dam gambar menunjukkan morphologi permukaan serat ijuk 0.36-0.45 mm. Gambar 3. Grafik force vs elongation 0.4 mm 54

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 Gambar 6. Diameter 0.36-0.45 mm pada Serat Ijuk yang didapat SEM Pada gambar 7 diperlihatkan photo SEM yang menunjukkan diameter serat ijuk 0.46-0.55 mm dan gambar menunjukkan morphologi permukaaan serat serat ijuk 0.46-0.55 mm. berbeda ketika dilihat menggunakan SEM. Hal ini ditunjukkan pengukuran diameter dengan menggunakan mikrometer sekrup yaitu 0.315, 0.36, dan 0.52 mm. Gambar 5a, 6a, dan 7a menunjukkan pengukuran dengan SEM dirataratakan untuk masing-masing diameter yaitu 0. 344, 0. 3693, dan 0.5534 mm Tabel 2. Sifat mekanik Serat Ijuk Kelompok Diameter Serat Ijuk (mm) Sifat Mekanik Serat Ijuk Strain (%) Stress (MPa) modulus elastisitas (GPa) 0.25-0.35 208.22 0.192 4.72 0.36-0.45 198.15 0.277 3.564 0.46-0.55 173.43 0.37 2.84 400 Ultimate Stress (MPa) Terhadap Diameter (mm) Gambar 7. Diameter 0.46-0.55 mm pada Serat Ijuk yang didapat SEM. Pada gambar 5a, 6a, dan 7a diperlihatkan photo SEM yang menunjukkan diameter serat 0.25-0.35 mm, 0.36-0.45 mm, dan 0.46-0.55 mm. Untuk menentukan diameter serat diambil tiga titik, yaitu di awal, di tengah, dan di ujung serat ijuk dengan jarak antar titik 2.15-2.55 mm. Pada gambar tersebut memperlihatkan ketiga titik diameter serat ijuk besarnya hampir sama. Pada gambar 5b, 6b, dan 7b morphologi semua serat menunjukkan permukaaan seratnya kasar. Permukaan serat yang kasar disebabkan perlakuan NaOH 5% dan menyebabkan daya ikat serat terhadap matriks tidak saling mengikat. Stress (MPa) 300 200 100 0 0.30 0.35 0.40 0.45 diameter (mm) Gambar 8 Grafik Tegangan Tarik Terhadap Serat Ijuk 0.50 0.55 2. Pengukuran diameter serat ijuk dengan menggunakan Mikrometer Sekrup. Pengukuran diameter serat dengan menggunakan SEM lebih akurat dibandingkan pengukuran menggunakan mikrometer sekrup. Akan tetapi, pengukuran diameter serat dengan menggunakan mikrometer sekrup tidak jauh Gambar 9. Grafik Deviasi Stress Terhadap Diameter 55

Serat Ijuk Pada gambar 8 dan 9 menunjukkan bahwa diameter mempengaruhi terhadap kekuatan tarik pada serat ijuk. Semakin kecil diameter serat ijuk maka kekuatan tariknya semakin besar. Hal ini ditunjukkan kelompok diameter 0.25-0.35 mm dengan rata-rata kekuatan tariknya adalah 208.22MPa dengan standar deviasinya 70.33MPa. Selanjutnya, semakin besar diameternya maka kekuatan tariknya semakin kecil. Rata-rata kekuatan tarik kelompok diameter 0.46-0.55 mm adalah sebesar 173,24MPa dengan standar deviasinya 26,88 MPa. semakin kecil diameter serat ijuk maka regangannya semakin kecil. Hal ini ditunjukkan kelompok serat ijuk yang berdiameter 0.25-0.35 mm dengan rata-rata regangan adalah 0,19 % dengan standar deviasinya 0,10 %. Semakin besar diameter serat ijuk, maka regangannya semakin besar. Kelompok serat ijuk 0.46-0.55 mm dengan rata- rata regangan adalah 0,37% dengan standar deviasinya 0,09%. 7 6 Modulus elastisitasterhadap Diameter (mm) 0.6 0.5 Strain (%) Terhadap Diameter (mm) modulus elastisitas 5 4 3 0.4 2 Strain (%) 0.3 0.2 0.1 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 Diameter (mm) Gambar 12. Grafik modulus elastisitas Terhadap Diameter Serat Ijuk 0.50 0.55 0.0 0.30 0.35 0.40 0.45 Diameter (mm) 0.50 0.55 Gambar 10. Grafik Strain Terhadap Diameter Serat Ijuk Gambar 13. Grafik deviasi modulus elastisitas Terhadap Diameter Serat Ijuk Gambar 11. Grafik Deviasi Strain Terhadap Diameter Serat Ijuk. Pada gambar 10 dan 11 menunjukkan bahwa Pada gambar 12 dan 13 menunjukkan bahwa semakin kecil diameter maka modulus elastisitasny semakin besar. Kelompok Serat ijuk berdiameter 0.25-0.35 mm mempunyai rata-rata modulus elastisitasnya adalah 5.39 GPa dengan standar deviasinya 0.78 GPa. Sedangkan semakin besar diameter serat ijuk maka modulus elastisitasnya semakin kecil. 56

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 Kelompok Serat ijuk yang berdiameter 0.46-0.55 mm diperoleh modulus elastisitas ratarata adalah 2.84 GPa dengan standar deviasinya 0,24 GPa. Gambar 14 menunjukkan salah satu morphologi kelompok serat ijuk dengan diameter 0.25-0.35 mm sebelum dan sesudah uji tarik. Gambar 14. Photo SEM Morfologi kelompok Serat Ijuk yang Berdiameter 0.25-0.35 mm sebelum uji tarik, Setelah dilakukan uji tarik. Gambar 15 menunjukkan morphologi kelompok serat ijuk dengan diameter 0.36-0.45 mm sebelum dan setelah uji tarik Gambar 15. Photo SEM Morphologi Serat Ijuk yang Berdiameter 0.36-0.45 mm sebelum uji tarik, Setelah dilakukan uji tarik. Gambar 16 menunjukkan morphologi kelompok serat ijuk dengan diameter 0.46-0.55 mm sebelum dan setelah uji tarik. Gambar 16. Photo SEM Morphologi Serat Ijuk yang Berdiameter 0.46-0.55 mm sebelum uji tarik, Setelah dilakukan uji tarik. Serat yang mempunyai kekuatan tarik yang besar adalah kelompok serat ijuk yang berdiameter 0.25-0.35 mm. Gambar 14 menunjukkan salah satu morphologi kelompok serat ijuk dengan diameter 0.25-0.35 mm. Pada serat ini terdapat rongga kosong pada pinggir serat. Kelompok serat ijuk yang berdiameter 0.46-0.55 mm mempunyai kekuatan tarik yang kecil. Pada gambar 16 menunjukkan morphologi salah satu kelompok serat ijuk dengan diameter 0.46-0.55 mm. Pada serat ini terdapat banyak rongga kosong pada tengah serat sehingga sifat serat ijuk adalah getas. Kelompok serat ijuk yang berdiameter 0.25-0.35 memiliki regangan yang kecil dan modulus elastisitas yang besar. Sedangkan kelompok serat ijuk yang berdiameter 0.46-0.55 mm memiliki regangan yang besar dan modulus elastisitas yang kecil. Diameter serat mempengaruhi terhadap kekuatan tariknya. Semakin kecil diameter maka kekuatan tariknya besar. Hal ini dikarenakan pada kelompok serat ijuk berdiameter 0.25-0.36 mm mempunyai jumlah ikatan fibrilnya banyak dan ukuran fibrilnya yang kecil sehingga ikatan fibrilnya kuat. Sedangkan semakin besar diameter maka kekuatan tariknya kecil. Kelompok Serat ijuk yang berdiameter 0.46-0.55 mm mempunyai jumlah ikatan fibrilnya sedikit dan ukuran fibrilnya yang besar sehingga ikatan antar fibrilnya tidak kuat. Secara umum, serat alami banyak mengandung selulosa yang tinggi, tetapi serat alami mempunyai perbedaan struktur mikro particular. Struktur mikro particular adalah ikatan hydrogen intra dan intermolekul yang kuat dan ukurannya berbeda-beda. Semakin besar ukuran molekul maka ikatan antar molekulnya semakin renggang. Sedangkan semakin kecil ukuran molekul maka ikatan antar molekulnya semakin kuat. Oleh karena itu, struktur mikro particular pada serat ijuk berpengaruh terhadap kekuatan tarik. Struktur mikro serat ijuk mempunyai kandungan selulosa sebesar 85%. Besarnya kandungan selulosa ini menyebabkan hampir memenuhi permukaan serat ijuk sehingga ikatan fibril 57

serat ijuk yang semakin kuat pula. Kekuatan tarik serat ijuk sebesar 208 MPa, dan regangan sebesar 0.192%.. Kekuatan tariknya lebih tinggi dibandingkan serat coir, serat eceng gondok, serat nanas, serat ijuk. Serat ijuk mempunyai sifat getas. Hal ini dikarenakan ikatan fibril pada serat tidak kuat, maka beban tarik menyebabkan fibril ini terlepas dari ikatannya dan terputus padat bersamaan (fibril putus serentak). SIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan maka didapat simpulan sebagai berikut : 1. Semakin kecil diameter serat maka kekuatan tariknya besar, karena rongga pada serat kecil dan ikatan antar molekulnya banyak sehingga kekuatannya kuat. Semakin besar diameter maka kekuatan tariknya kecil, karena rongga pada serat besar dan ikatan molekulnya sedikit sehingga kekuatan tariknya rendah. 2. Pada kelompok diameter 0.25-0.35 mm mempunyai kekuatan tarik yang paling tinggi yaitu sebesar 208.22 MPa, regangan sebesar 0.192% dan modulus elastisitas yang tinggi sebesar 5.37 GPa. Kekuatan tarik terendah didapatkan dari kelompok serat berdiameter 0.46-0.55 mm yaitu kekuatan tarik sebesar 173.43 MPa, regangan sebesar 0.37%, dan modulus elastisitas yang rendah sebesar 2.842GPa 3. Kekuatan tarik serat ijuk cukup tinggi sehingga dapat dipertimbangkan sebagai sumber terbarukan yaitu sebagai material penguat dalam komposit. DAFTAR PUSTAKA [1] Christiani s,.evi. 2008. Karakterisasi Ijuk Pada Papan Komposit Ijuk Serat Pendek Sebagai Perisai Radiasi Neutron. Universitas Sumatera Utara [2] Lampung Dalam Angka, 2008. Provinsi Lampung. [3] Diharjo, K, dan Triyono, T. 2003. Buku Pegangan Kuliah Material Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. [4] Kartini, Ratni. 2002. Skripsi, Pembuatan dan Karakterisasi Komposit Polimer Berpenguat Serat Alam. Instintut Pertanian Bogor. [5] Dinas Perkebunan Jawa Barat.2012. Budidaya Tanaman Aren Indonesia. [6] Rusmiyatno, fandhy. 2007. Pengaruh Fraksi Volume Serat Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekuatan Bending Komposit Nylon/Epoxy Resin Serat Pendek Random. Universitas Negeri Semarang. [7] Mueler, Dieter H. October 2003. New Discovery in the Properties of Composites Reinforced with Natural Fibers. JOURNAL OF INDUSTRIAL TEXTILES, Vol 33, No 22 Sage Publication. 58