BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dipelopori oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Peran Pembiayaan Murabahah Pada Sektor. Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Anggota Koperasi Simpan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) timbul peluang. untuk mendirikan bank-bank lain yang memiliki prinsip syariah.

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan telah berperan besar dalam pengembangan dan. pertumbuhan masyarakat modern.baik kegiatan usaha yang berskala besar

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB II LANDASAN TEORI. mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Al-Qur an dan As-Sunnah, termasuk dari segi ekonominya. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. melayani kebutuhan masyarakat melalui jasa-jasanya. 1 Perbankan syariah. Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB II STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH. Wattamwil yaitu simpanan (funding) dan pembiayaan (financing).

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yaitu untuk mendapatkan laba (profit). Di samping itu, untuk

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian suatu Negara. Posisi lembaga keuangan sangat

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank. jelas. Sistem operasionalnya menggunakan syariah islam,hanya produk dan

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara signifikan pada akhir-akhir ini, baik itu lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Sedangkan bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB IV ANALISIS PREFERENSI NASABAH TERHADAP SIMPANAN NUSA DAN SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdirinya Bank Syariah, yang beroperasi berdasarkan pada syariah Islam di Indonesia dipelopori oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di Bandung pada 15 Juli 1991, dan mulai beroperasi pada 19 Agustus 1991. BPRS tersebut adalah BPRS Dana Mardhatillah dan BPRS Berkah Amal Sejahtera. Beberapa bulan kemudian tepatnya 1 November 1991, berdiri Bank Umum Syariah (BUS) yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang mulai operasinya pada 2 mei 1992. Berdirinya Bank Syariah ini juga tidak terlepas dari legalitas yang diakui oleh Undang Undang Perbankan No.7 Tahun 1992. 1 Lebih jauh dari itu, dalam perkembangan selanjutnya, secara kelembagaan terjadi variasi. Konon, karena hambatan ketentuan yuridis formal, sementara gairah dan usaha mengembangkan ekonomi syariah terutama di kalangan bawah cukup tinggi, maka lahirlah variasi baru yang lazim dikenal dengan Baitul Maal wa at- Tamwil atau biasa disingkat BMT. 2 BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wa Tamwil atau dapat juga ditulis dengan Baitul Maal wa Tamwil. Secara harfiah/lughoowi baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Baitul Maal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembanganya, yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan Islam. Dimana baitul maal berfungsi untuk 1 Muhammad, Bank Syariah Analisis, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (Yogyakarta:Ekonisia, 2004) hal. 111 2 Ibid., hal.89 1

2 mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba. 3 Dari pengertian tersebut dapatlah ditarik suatu pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial BMT akan terlihat pada definisi baitul maal, sedangkan peran bisnis BMT terlihat pada definisi baitul tamwil. Sebagai lembaga sosial, baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ), oleh karenanya, baitul maal ini harus didorong agar mampu berperan secara professional menjadi LAZ yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infak, sedekah, wakaf dan sumber dana dana sosial yang lain, dan upaya pensyarufan zakat kepada golongan yang paling berhak sesuai dengan ketentuan asnabiah (UU Nomor 38 tahun 1999). 4 Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan yakni menghimpun dana anggota dan calon anggota (nasabah) serta menyalurkannya kepada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan lain yang dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan bank. Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan. 5 Aturan yang tidak tunduk dengan perbankan, akan tetapi manajemen dalam BMT sama dengan bank syariah yaitu funding (mengumpulkan dana) dan 3 Muhammad Ridwan, Manajemenn Baitul Maal wa Tamwil (Yogyakarta:UII Press, 2004)hal. 126 4 Ibid.,hal. 135 5 Ibid.,hal. 139

3 financing (menyalurkan dengan pembiayaan). Dua fungsi ini memiliki keterkaitan yang sangat erat. Keterkaitan ini terutama berhubungan dengan rencana penghimpunan dana supaya tidak menimbulkan terjadinya dana menganggur (idle money) di satu sisi dan rencana pembiayaan untuk menghindari terjadi kurangnya dana atau likuiditas (illiquid) saat dibutuhkan di sisi lain. 6 Jumlah sumber dana (funding) dalam BMT sesungguhnya tidak terbatas. Namun demikian, BMT harus mampu mengidentifikasikan berbagai sumber dana dan mengemasnya ke dalam produk produknya sehingga memiliki nilai jual yang layak. Prinsip simpanan di BMT menganut azas wadi ah dan mudharabah. Prinsip wadi ah berarti titipan. Jadi prinsip simpanan wadiah merupakan akad penitipan barang atau uang pada BMT, oleh sebab itu, BMT berkewajiban menjaga dan merawat barang tersebut dengan baik serta mengembalikannya saat penitip (muwadi ) menghendakinya. Prinsip wadi ah dibagi menjadi dua yaitu wadi ah amanah (penitipan barang atau uang tetapi BMT tidak memiliki hak untuk mendayagunakan titipan tersebut) dan wadi ah Yad Dhomanah (penitipan barang atau uang kepada BMT, dan BMT memiliki hak mendayagunakan dana tersebut). Prinsip Mudharabah merupakan akad kerjasama modal dari pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana atau pengusaha (mudharib) atas dasar bagi hasil. Dalam hal ini penghimpun dana, BMT berfungsi sebagai mudharib dan 6 Ibid.,hal. 149-150

4 penyimpan sebagai shahibul maal. Prinsip ini dapat dikembangkan untuk semua jenis simpanan di BMT. 7 Selain fungsinya sebagai funding yang dijelaskan di atas, BMT juga memiliki fungsi financing yaitu pembiayaan. Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama BMT, karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Untuk produk - produk pembiayaan di BMT berdasarkan prinsip jual beli yaitu pertama jual beli bayar cicilan (Bai Muajjal/ Bai Bitsman Ajil) sistem ini anggota akan mengembalikan pembiayaan tersebut yakni harga pokok dan keuntungan dengan mengangsur sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Dan kedua jual bayar tangguh (Bai Al Murabahah) meliputi Al Murabahah, Bai As salam, Bai Al Istisna atau Al Ijaroh Muntahik Bit Tamlik. 8 Jual beli Al Murabahah ini berlaku umum untuk semua barang yang dapat diadakan seketika terjadi transaksi. Bai As salam merupakan pembelian barang yang dananya dibayarkan di muka, sedangkan barang diserahkan kemudian. Kondisi ini biasanya terjadi untuk produk produk pertanian. Dalam hal ini BMT membeli hasil panen petani, setelah panen, BMT akan menerima barangnya. Bai Al Istisna merupakan kotrak jual beli barang dengan pesanan. Ijaroh Muntahi Bit Tamlik merupakan akad perpaduan antara sewa dengan jual beli. 9 Dengan akad akad syariah yang dijelaskan di atas BMT dapat mensejahterakan masyarakat. Sehingga anggota dapat memilih akad yang sesuai 7 Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonosia, 2007) hal. 96 8 Ibid.,hal. 103 9 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal, hal. 167

5 kebutuhan dan masalah yang dihadapi anggota. Akad syariah yang tidak mengandung riba dan anggota atau nasabah seperti halnya patner bisnis dan dengan cara bagi hasil sehingga tidak menekan satu sama lain akan tetapi hasil dibagi rata antara kedua belah pihak. BMT sebagai wadah untuk masyarakat kecil sangatlah baik akad akad tersebut diterapkan karena kebanyakan masyarakat kecil dari mata pencaharian UMKM, dan pertanian. Sebagaimana masyarakat di Kabupaten Trenggalek yang sebagian besar mata pencaharian Pertanian dan jauh dari pertanian yang berkembang, sehingga sebagai BMT Peta yang bertempat di Kabupaten Trenggalek menerapkan pembiayaan dalam bidang pertanian sangatlah sesuai dengan masyarakat menengah ke bawah. Untuk penerapannya dalam sektor pertanian yaitu Bai As salam. 10 Apa yang diterapkan di BMT Peta tidak sesuai dengan BMT secara umumnya. Dalam prateknya BMT Peta untuk sektor pertanian tidak menggunakan akad As salam tetapi akad Al Murababah dikarenakan tingkat resiko yang tinggi yang ditawarkan dalam akad salam seperti barang hasil panen yang dibeli BMT apabila terjual dan harga turun akan mengurangi keuntungan atau malah merugikan BMT, BMT harus memiliki partner bisnis untuk menampung penjualan dari hasil panen. Untuk penerapan dalam akad murabahah yaitu pembelian barang oleh bank untuk nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi dengan pembanyaran ditangguhkan dalam jangka di bawah satu tahun. 11 10 Ibid.,hal. 167 11 Kantor KSPPS BMT Peta, Manajer Cabang KSPPS BMT Peta Trenggalek, (Trenggalek : KSPPS BMT Peta Cabang Trenggalek)

6 Tabel Anggota KSPPS BMT Peta Cabang Trenggalek No. Produk BMT Tahun Porsentase Porsentase jumlah anggota tahun 2016 jumlah anggota tahun 2017 (2016) (2017) 1 Pembiayaan 30 64 1,08% 2,28% Murabahah Murabahah Wakalah 2 Simpanan bil 925 946 33,57 % 33,73% 723 740 26,24% 26,39% (tabungan haji, qurban, haul, hari raya idul fitri dan sukarela) 3 Rahn 122 94 4,42% 3,35% Jumlah 1800 1844 100% 100% Sumber Data : Kantor KSPPS BMT Peta Cabang Trenggalek Spesifikasi di atas masalah jumlah anggota dalam tahun 2016 dan 2017. Jika dilihat dalam persentase atau angka secara utuh diatas dapat dilihat banyaknya masyarakat yang menggunakan pembiayaan murabahah baik itu murabahah bil wakalah atau murabahah. Faktor tersebut dikarenakan masyarakat di Trenggalek kebanyakan mata pencahariannya dalam sektor pertanian sehingga

7 bukan masyarakat yang sumber mata pencahariannya perindustrian atau pengusaha. Banyaknya lahan yang masih luas dan pegunungan yang menjulang tinggi membuat pekerjaan pertanian banyak digeluti masyarakat Trenggalek. Selain dalam sektor produktif dalam pertanian pembiayaan murabahah juga dalam sektor konsumtif seperti halnya pembelian montor dan alat alat elektronik lainnya. Kebutuhan konsumtif dan produktif sangatlah berkaitan. Untuk kebutuhan konsumtif untuk memudahkan dalam hal pribadi dan tidak menghasilkan sedangkan produktif barang yang dapat digunakan untuk menghasilkan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari seseorang. 12 Dalam BMT Peta untuk meminjamkan atau melakukan pembiayaan baik murabahah atau yang lainnya maksimal meminjam 10.000.000 dikarenakan untuk mengendalikan perputaran keuangan antara yang masuk (menabung), berinvestasi serta menyalurkan berupa pembiayaan. Apabila ada anggota yang menginginkan dan sangat membutuhkan dana lebih dari 10.000.000 maka anggota harus melakukan syarat tertentu yang dilakukan. Koperasi memberikan syarat tambahan guna tidak ada penyalahgunakan diluar kesepakatan bersama. 13 Sehingga peran lembaga yang tertuju dalam kalangan menegah ke bawah bisa terlokasikan dengan benar. Dalam masyarakat Trenggalek yang kebanyakan adalah kalangan menengah ke bawah dalam sektor pertanian yang memiliki dampak banyak seperti gagal panen karena kesalahan pada waktu pemberian pupuk dan umur tumbuhan, cuaca yang tidak memungkinkan, terlalu panas terur - 12 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, hal. 77 13 Manajer Cabang., Bapak Rohani Kantor KSPPS BMT Peta Cabang Trenggalek

8 menerus, hujan terus menerus juga menghambat pertumbuhan yang ditanam. Penanganan yang tepat baik itu waktu pemberian pupuk dan obat sesuai umur dan cuaca yang mendukung sangatlah memberikan dampak pada hasil yang diperoleh si petani. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS BMT Peta Trenggalek) merupakan lembaga keuangan yang menyediakan pembiayaan di sektor pertanian. Banyaknya tenaga kerja di sektor pertanian mendorong Koperasi menerapkan pembiayaan guna mengembangkan perekonomian menengah ke bawah.apalagi di wilayah Trenggalek yang kebanyakan bekerja sebagai petani baik itu di pegunungan ataupun di dataran (persawahan).pembiayaan yang ditawarkan dalam lembaga koperasi ini pembiayaan murabahah. Melihat masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk membahasnya lebih lanjut dalam bentuk skripsi, yang akan peneliti beri judul Peran BMT Melalui Pembiayaan Murabahah Pada Produk Sektor Pertanian Dalam Meningkatkan Pendapatan Anggota Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Peta Cabang Trenggalek. B. Fokus Permasalahan Fokus penelitian berfungsi untuk member batas hal hal yang akan diteliti dan berguna dalam memberikan arah selama proses penelitian, utamanya pada saat pengumpulan data yaitu membedakan antara data mana yang relevan dengan tujan penelitian kita.

9 Berdasarkan penelitian tersebut, obyek yang diteliti adalah peran lembaga melalui pembiayaan murabahah pada produk sektor pertanian guna meningkatkan pendapatan anggota. Dalam hal ini peneliti akan membahas pembiayaan murabahah itu sendiri dan peran pembiayaan murabahah akan peningkatan pendapatan anggota di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) BMT Peta Cabang Trenggalek. C. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Peran pembiayaan murabahah pada produk sektor pertanian di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Peta Cabang Trenggalek untuk meningkatkan pendapatan Anggota Koperasi? 2. Apa Faktor pendukung dan penghambat pembiayaan murabahah pada produk sektor pertanian dalam meningkatkan pendapatan anggota Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah? D. Tujuan Permasalahan Tujuan dari penulisan karya skripsi adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan peran pembiayaan murabahah dalam meningkatkan pendapatan anggota Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dalam sektor pertanian. 2. Untuk mendiskripsikan faktor penghambat dan pendukung pembiayaan murabahah pada sektor pertanian dalam meningkatkan pendapatan anggota KSPPS BMT Peta Cabang Trenggalek.

10 E. Pembatasan Masalah Karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga kerja penulis memberikan batasan penelitian dengan tujuan agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas, adapun penelitian ini hanya membahas mengenai peran lembaga BMT di suatu wilayah Kabupaten trenggalek dengan pembiayaan murabahah dalam sektor pertanian dapat meningkatkan pendapatan anggota KSPPS BMT Peta cabang Trenggalek. F. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis adalah untuk mencoba mengenali dan menambah wawasan dan dapat memahami mengenai pembiayaan murabahah dalam sektor pertanian untuk meningkatkan pendapatan anggota di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) BMT Peta Cabang Trenggalek. 2. Secara praktisi adalah sebagai saran, informasi, referensi bagi BMT yang melakukan pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah. 3. Secara penelitian lanjutan adalah mengetahui adanya akad dalam BMT di bidang pertanian yaitu mekanisme akad murabahah di dalam sektor pertanian guna meningkatkan pendapatan anggota di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) BMT Peta Cabang Trenggalek. G. Penegasan Istilah BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wa Tamwil atas dapat juga ditulis dengan Baitul maal wa baitul tamwil. Secara harfiah/ lughowi baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Dari pengertian

11 tersebut dapat ditarik suatu pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. 14 Peran ialah aspek dinamis dari kedudukan atau status. Peran menentukan apa yang diperbuat seseorang bagi masyarakat. Peran menentukan kesempatan kesempatan yang diberikan masyarakat kepadanya. Peran diatur oleh norma norma yang berlaku. Secara bahasa, murabahah adalah bentuk mutual (bermakna saling)dari kata ribhyang artinya keuntungan dan warabaahanyang artinya laba. Ribhundapat diartikan pertambahan nilai modal. Jadi murabahah artinya saling mendapatkan keuntungan. Dilihat dari pengertian di atas, maka murabahah merupakan jual beli amanah. Dan pengertian di atas memiliki kesamaan yaitu penjual dan pembeli sama sama mengetahui harga asal dari suatu komoditi yang dijual. Perbedaanya terdapat dalam menentukankeuntungan. Dan disini terlihat dalam jual beli amanah yang termasuk didalamnya adalah murabahah dalam menstandarisasi harga tidak mempunyai keterkaitan dengan waktu. 15 Koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dari anggota dan menyalurkan melalui mekanisme usaha jasa keuangan syariah dan ditunjukkan penyalurannya untuk anggota koperasi, atau calon anggota koperasi. Pertanian Istilah pertanian secara etimologi berasal dari kata Agriculture, Agri berarti tanah dan culture memiliki arti pengelolaan.jadi, pertanian dalam arti 14 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil., hal.125 15 Idris Ahmad, Fiqih Menurut Madzab Syafi I hal. 31

12 luas ialah kegiatan pengelolaan tanah.pengelolaan ini dimaksudkan untuk kepentingan kehidupan tanaman dan hewan, sedangkan tanah digunakan sebagai wadah atau tempat kegiatan pengelolaan tersebut, yang semuanya digunakan untuk kelangsungan hidup manusia. 16 Pendapatan yaitu hasil dari seseorang yang telah bekerja atau berusaha.sedangkan peningkatan yaitu pencapaian seseorang yang ber angsur angsur membaik dari keadaan sebelumnya.sehingga peningkatan pendapatan adalah pencapaian seseorang dalam berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya.ciri dalam lebih baik atau peningkatan dengan melihat ukuran penghasilan dari sebelumnya mengalami peningakatan atau meningkat.sehingga dengan adanya peningkatan dapat memberikan kekuatan seseorang dalam mengembangkan usaha yang dikelolanya. 17 H. Sistematika Penulisan Pembahasan dalam penelitian ini terdiri atas enam bab dengan sistematika penulisannya sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penulisan, penegasan istilah/definisi istilah, sistematika penulisan. 18 BAB II : KAJIAN PUSTAKA 16 Ashari dan Saptana Prospek Pembiayaan Syariah untuk Sektor Pertanian (Bogor:Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian) hal. 23 17 Muhammad Ridwan, Manajemen BMT.. hal. 11 18 Pedoman penulisan skripsi, IAIN Tulungangung, (Tulungagung: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, 2016) hal.24

13 Bab kedua Kajian teori yaitu sebagai kerangka untuk menganalisis temuan data pada bab empat, yang terdiri dari produk produk BMT, pembiayaan salam (pertanian), tinjauan Umum murabahah bil wakalah, Tinjauan Umum Ekonomi Syariah, Pertumbuhan Pertanian di Kabupaten Trenggalek, dan penelitian Terdahulu. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ketiga berisi tentang Metode penelitian yang memuat jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran penelitian, sumber data, teknikpengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan data, dan tahap tahap penelitian. BAB IV : HASIL PENELITIAN Hasil penelitian, terdiri dari :paparan data, pembahasan temuan penelitian meliputi peran pembiayaan murabahah pada produk sektor pertanian untuk meningkatkan pendapatan anggota KSPPS BMT Peta Cabang Trenggalek dan Faktor Pendukung dan penghambat pembiayaan murabahah pada produk sektor pertanian dalam meningkatkan pendapatan anaggota KSPPS BMT Peta Cabang Trenggalek BAB V : PEMBAHASAN Bab kelima berisi pembahasan merupakan hasil dari penelitian dibandingkan dengan teori yang dikemukakan serta perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang diteliti peneliti. BAB VI : PENUTUP Bab keenam penutup yang terdiri dari kesimpulan, implikasi penelitian dan saran penelitian. Daftar pustaka. 19 19 Pedoman Penulisan Skripsi, IAIN, hal. 25-29

14 Bagian akhir, terdiri dari : daftar rujukan, lampiran lampiran, surat pernyataan keaslian tulisan, daftar riwayat hidup.