BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup umur untuk bisa menghasilkan keturunan atau hamil. Usia normal wanita

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan. meningkatnya usia harapan hidup manusia (life expectancy).

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

PERBEDAAN PERILAKU ANTARA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mental (jiwa) yang sekarang banyak dialami masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persepsi adalah proses masuknya pesan atau informasi kedalam

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah utama gangguan jiwa di dunia adalah skizofrenia, depresi unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia, 1998). Skizofrenia adalah gangguan pada otak dan pola pikir (Kaplan & Sadock, 2010). Skizofrenia mempunyai karakteristik dengan gejala positif dan negatif. Gejala positif antara lain thougt echo, delusi, halusinasi. Gejala negatifnya seperti: sikap apatis, bicara jarang, efek tumpul, menarik diri. Gejala lain dapat bersifat non skizofrenia meliputi kecemasan, depresi dan psikosomatik. Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 2001). Depresi atau melankolia juga dapat diartikan sebagai suatu kesedihan dan perasaan yang berkepanjangan atau abnormal. Dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena, seperti tanda, gejala, sindrom, emosional, reaksi (Stuart, 2006). Penyakit yang ditandai dengan trias depresi, yaitu kesedihan berkepanjangan, motivasi menurun, aktivitas menurun. Depresi dapat mengenai seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi, dan pendidikan. Setiap orang mempunyai gejala depresi yang berbeda-beda tergantung pada orang. Kebanyakan perawat di area praktik

2 komunitas sering kali mencurigai depresi bila keluarganya memeriksakan seorang anggota keluarga yang sulit berpikir, mengeluh lelah setiap waktu, perubahan pola tidur dan makan, merasa sedih atau menarik diri dari aktifitas, bila rasa ini tetap berlanjut selama dua minggu atau lebih (Videbeck, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar dibandingkan masalah kesehatan lainnya. Depresi adalah masalah yang mempengaruhi seluruh tubuh, dengan mengganggu kesehatan mental, kesehatan fisik, rasa dan perilaku pada aktifitas yang biasa dilakukan (Copel, 2007). Semakin cepat keluarga memeriksakan seorang anggota keluarganya yang dicurigai depresi ke layanan kesehatan, semakin cepat strategi penanganan yang sesuai untuk menghadapi masalah ini yang sebetulnya adalah gangguan yang sangat nyata terhadap kesehatan. Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, pengobatan atau terapi (Copel, 2007). Salah satu terapi yang dapat dianjurkan pada pasien depresi adalah terapi aktivitas kelompok seperti terapi senam (Daley, 2002). Terapi senam aerobik sebagai salah satu terapi dalam mengatasi penyakit gangguan jiwa seperti depresi telah banyak dikembangkan. Manfaat senam aerobik memang banyak, semua tergantung dari jenis gerakan senam aerobik yang di lakukan. Tetapi pada umumnya manfaat senam aerobik salah satunya adalah melawan depresi. kegiatan aerobik yang teratur telah dikenal untuk meningkatkan mood seseorang dan membantu membendung efek depresi. Tidak hanya peningkatan denyut jantung dan memperbaiki mood seseorang, kegiatan aerobik dapat menyenangkan dan ramah (Nelly, 2009).

3 Menurut Dinata (2007) senam aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik yang dipilih sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kuntinuitas dan durasi tertentu. Berdasarkan tingkat intensitas gerakan dan pola kaki yang digunakan, maka senam aerobik dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu senam aerobik low impact atau benturan ringan, moderate impact atau benturan sedang, dan juga aerobik high impact atau benturan keras. Pada gerakan senam aerobik low impact maka salah satu kaki selalu berada dan menapak di lantai setiap waktu. Dalam sebuah studi, sebanyak tiga puluh pasien depresi yang diberikan beberapa terapi, didapatkan hasil bahwa dari semua terapi yang dilakukan, terapi olahraga memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan tingkat depresi dari pada yang tidak diberi terapi senam (Daley, 2002). Cukup banyak penelitian tentang pengaruh terapi olahraga dan aktivitas fisik terhadap gangguan kejiwaan, namun sebagian besar dari penelian tersebut lebih banyak dilakukan terhadap pasien dengan gangguan depresi (Lawlor & Hopker, 2001). Faulkner dan Sparkes (1999) melakukan sebuah uji tentang pengaruh senam sebagai terapi bagi pasien dengan skizofrenia, dan didapatkan hasil bahwa dengan rentang waktu 10 minggu dapat membantu mengurangi gangguan halusinasi dengar dan meningkatkan pola tidur yang lebih baik (Daley, 2002). Beberapa penelitian tentang aktivitas fisik dan terapi olahraga terhadap gangguan kejiwaan membuktikan, bahwa aktivitas fisik tersebut dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap orang lain (Campbell & Foxcroft,

4 2008), dan juga membantu mengontrol kemarahan pasien (Hassmen, Koivula & Uutela, 2000). Stuart (2006) mengungkapkan bahwa depresi adalah suatu kesedihan dan perasaan duka yang berkepanjangan. Diperkirakan, prevalensi depresi pada populasi dunia adalah adalah 3-8% dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif antara 20-50 tahun. WHO, memperkirakan pada tahun 2020 depresi akan menduduki peringkat kedua setelah penyakit jantung koroner dalam urutan daftar penyakit yang menimbulkan beban global dunia. Sekitar 20% wanita dan 12% pria. Menurut data riset kesehatan dasar tahun 2007 yang diadakan Departemen Kesehatan RI, gangguan mental emosional (depresi dan anxietas) dialami sekitar 11,6% populasi Indonesia (24.708.000 orang) yang usianya di atas 15 tahun. Untuk Jakarta, penderita yang mengalami depresi lebih tinggi yaitu 14,6 %. Prevalensi Jawa Tengah 10,2% artinya dari setiap 1000 penduduk ditemukan masalah depresi 102 orang, sementara di Banyumas tingkat prevalensinya 8,3% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2011). Berdasarkan data rekam medik RSUD Banyumas tahun 2011 diketahui data jumlah pasien gangguan jiwa ada 3.803 pasien, 15,014% diantaranya mengalami gangguan jiwa dengan depresi. Sedangkan data jumlah pasien gangguan jiwa periode bulan Januari sampai April 2012 sebanyak 564 pasien dan sebanyak 47 pasien mengalami gangguan jiwa dengan depresi yang terdiri dari 30 pasien dirawat di ruang Sadewa dan 17 pasien dirawat di ruang Bima. Dari survei pendahuluan diketahui bahwa terapi-terapi yang dilakukan di

5 Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu untuk pasien gangguan jiwa adalah Electro Convulsive Therapy (ECT), terapi psikofarmaka serta terapi senam. Terapi senam sudah rutin diberikan setiap satu minggu sekali pada hari jum at. Terapi senam aerobik ini dapat diterapkan pada pasien depresi selain tidak memerlukan biaya yang mahal, juga praktis untuk dilakukan oleh terapis. Akan tetapi, hingga saat ini belum pernah di lakukan penelitian tentang pengaruh terapi senam terhadap tingkat depresi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul Pengaruh terapi senam aerobik low impact terhadap tingkat depresi pada pasien skizofrenia di Ruang Sadewa RSUD Banyumas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu Apakah pemberian terapi senam aerobik low impact berpengaruh terhadap tingkat depresi pada pasien skizofrenia di Ruang Sadewa RSUD Banyumas?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi senam aerobik low impact terhadap tingkat depresi pada pasien skizofrenia di Ruang Sadewa RSUD Banyumas.

6 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik pasien skizofrenia di Ruang Sadewa RSUD Banyumas. b. Mengetahui tingkat depresi pada pasien skizofrenia sebelum dilakukan terapi senam aerobik low impact di Ruang Sadewa RSUD Banyumas. c. Mengetahui tingkat depresi pada pasien skizofrenia setelah dilakukan terapi senam aerobik low impact di Ruang Sadewa RSUD Banyumas. d. Mengetahui pengaruh terapi senam aerobik low impact terhadap tingkat depresi di Ruang Sadewa RSUD Banyumas. D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu dapat dibuktikan adanya pengaruh terapi senam aerobik low impact terhadap tingkat depresi pada pasien skizofrenia di Ruang Sadewa RSUD Banyumas. 2. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan pada pasien skizofrenia. 3. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan informasi ilmiah mengenai cara yang lebih aman dalam menurunkan tingkat depresi.

7 4. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan dan wawasan peneliti tentang manfaat terapi senam aerobik low impact terhadap tingkat depresi pada pasien skizofrenia. E. Penelitian Terkait 1. Akhmad (2011) dengan judul Pengaruh Terapi Senam Aerobic Low Impact terhadap Skor agression Self-Control Pada Pasien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Sakura RSUD Banyumas. Penelitian tersebut bersifat deskriptif dengan rancangan studi kasus dengan uji statistik menggunakan uji perbedaan (t test). Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan skor agresi antara pasien dengan terapi senam dan dengan kelompok kontrol. Skor agresi pasien dengan terapi senam aerobik lebih kecil dibandingkan dengan pasien yang tidak diberi terapi senam. Perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti terletak pada pasien gangguan jiwa. Penelitian Akhmad pada pasien gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan sedangkan pada penelitian ini terhadap pasien gangguan jiwa dengan depresi. Perbedaan lainnya pada uji statistik, dalam penelitian ini menggunakan perbandingan pre-post test sedangkan pada penelitian Harki menggunakan uji-t kasus kontrol. Adapun persamaannya terletak adalah sasaran penelitian yang sama-sama dilakukan terhadap pasien ganguan jiwa dengan terapi senam aerobik. 2. Sarah (2008) meneliti tentang pengaruh terapi senam terhadap penurunan depresi pada lansia. Metode yang digunakan menggunakan sampel secara

8 acak. Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa 17 item dari Halminton Rating Scccale for Depression (HRSD). Hasil penelitiannya menunjukkan senam berpengaruh signifikan terhadap penurunan depresi. Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas penelitian, pada penelitian ini adalah terapi senam aerobik low impact, sedangkan pada penelitian terdahulu variabel bebasnya terapi senam. Persamaannya adalah terapi yang digunakan adalah terapi senam pada kasus pasien yang mengalami depresi.